Waktu berjalan dengan cepat, hari ini adalah sesi terakhir keduanya. Dan mereka sepakat akan melakukan di apartemen milik Jeonghan.

“Kamu mau beli makan sekali, Han?” Keduanya makin dekat, sampai sekarang Seungcheol sudah berani memanggil Jeonghan dengan sebutan “Han” dimana sebutan itu hanya untuk orang-orang terdekat.

“Saya mau masak, pak.” Jawab Jeonghan

Seungcheol sempat menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan. “Kamu bisa masak?”

“Bisa pak, kan saya sekarang tinggal sendiri kalo ga masak gimana? Saya kan ga sekaya bapak yang bisa beli, bahkan bisa beli restorannya.”

“Kenapa kamu tidak tinggal sama orang tua kamu lagi?”

“Mau mandiri aja sih pak, saya nyicil apartemen ini juga pake gaji saya jadi saya sama sekali ga minta orang tua saya.”

Seungcheol mengangguk mengerti. Beberapa menit kemudian mobil Seungcheol sampai di besmen apartemen Jeonghan lalu keduanya menuju unit apartemen Jeonghan.

“Pak Seungcheol mau mandi dulu?” Tanya Jeonghan

“Saya gak bawa baju Han, gak usah deh.”

Jeonghan masuk ke kamarnya, mengganti pakaiannya dan kemudian membawa baju bersih serta dalaman untuk Seungcheol.

“Kayaknya muat deh, soalnya itu gede banget.”

“Oh kamu punya baju gede juga.” Seungcheol menerima baju yang Jeonghan berikan.

“Punya mantan saya sih, pak.”

Seungcheol menatap Jeonghan tidak suka, lalu memberikannya kembali pada Jeonghan baju tersebut. “Mending saya gak usah ganti baju.”

Jeonghan tertawa. “Bercanda, itu niatnya emang buat mantan saya cuma keburu putus jadi ga sempet saya kasih. Itu baru kok, dalemannya juga kayaknya pas sama bapak.”

“Oh kamu sampe tau ukuran celana dalamnya, ya.”

“Iya pak, kan dulu sebelum pegang punya bapak saya pegang punya dia. Jadi saya tau ukuran dia.” Seungcheol melotot mendengar ucapan Jeonghan sedangkan Jeonghan hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Seungcheol.

“Besaran punya saya atau dia?”

Jeonghan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur. “Saya gak mau jawab, nanti bapak sedih lagi.”

“Jeonghan.” Seungcheol merengek sambil berjalan mengikuti Jeonghan dari belakang.

. . . . . . . . . . .

“ahhh! Ah! Ah! Ah! Ah! Ah!” Jeonghan terlonjak-lonjak akibat tumbukan keras Seungcheol. Matanya terpejam menikmati setiap gerakan dari belakangnya. Ini ronde ketiga yang mereka lakukan, setelah makan malam Seungcheol langsung 'memakannya' tanpa henti.

“Nghhh—pak Seungcheol—nghhh”

“Shit, kamu enak banget Jeonghan.” Seungcheol mendongakkan kepalanya ketika kejantanannya diremat oleh lubang Jeonghan. Ini luar biasa baginya.

“Mmhhm... ahhh! Ah! Ah! Haa... Haaa.... Haa....” keduanya sama-sama saling mencapai puncak mereka. Ini sudah ketiga kalinya cairan Seungcheol menyembur di dalam lubang Jeonghan.

Jeonghan ambruk dengan tengkurap, sedangkan Seungcheol ia sudah bergulir ke sebelah Jeonghan dan kemudian ia membawa Jeonghan ke dalam pelukannya. Mengecup kening laki-laki yang sudah terlelap itu.

“Good night, Jeonghan.”