ternyata selama ini....

Jeonghan terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sehabis kejadian kemarin ia harus di rawat inap selama beberapa hari. Kata dokter ia sempat mengkonsumsi obat penggugur kandungan, padahal ia sama sekali tidak mengkonsumsi itu. Karena buat apa juga? Toh dia dan suaminya sudah menerima semuanya.

“Udah bangun, Han?” Jeonghan mengangguk

“Sakit ga perutnya?”

“Udah enakkan sih mas.”

“Mau minum?” Jeonghan mengangguk lagi. Seungcheol langsung membantunya untuk minum.

“Mas, Han laper.”

“Makannya sekarang kamu makan ya? Kasian dedeknya ga makan dari kemarin.”

Jeonghan menatap perutnya sudah agak membuncit lalu mengelus-elusnya. “Tapi Han gak pernah konsumsi obat itu mas.”

“Iya mas percaya sama Han, Han kan sayang banget sama dedek kan? Mas percaya bukan Han.”

“Tapi siapa ya mas? Kok jahat banget sama Han.”

“Mas juga belum tau, Mingyu lagi cari tau. Sekarang Han jangan banyak mikir dulu ya? Nanti dedeknya kepikiran juga. Mas suapi ya sayang?” Jeonghan mengangguk. Walaupun cuma sekitar 7 suap yang masuk ke dalam tubuh Jeonghan setidaknya ada nutrisi untuk anak mereka.

“Oh ya mas, kemarin ada nomor tidak dikenal lagi yang kirim foto ke Han. Itu bukan mas kan?” Jeonghan takut kalau ternyata itu benar suaminya.

“Mas seharian di kantor, kamu bisa tanya Minghao. Mas gak bohong, jadi terserah Han mau percaya apa engga sama mas.”

“Han percaya sama mas.”

. . . . . . . . . . .

“Lepasin gue.”

“Gak, sebelum lo ngaku ke Jeonghan. Jahat banget sih lo jadi cewek.”

“Bukan gue pelakunya.” Mingyu berusaha keras menahan tubuh orang yang di depannya ini.

“Iya bukan lo tapi lo dalangnya.”

Mingyu sampai di depan kamar rawat Jeonghan, di sana ada Jisoo dan Seokmin yang sedang menunggu.

“Mas Mingyu, ini kenapa? Won lo kenapa?”

Sowon. Terduga yang menjadi dalang dari masalah Jeonghan.

“Jisoo mending masuk dulu, mas jelasin di dalem biar barengan sama Seungcheol Jeonghan.” Mingyu masuk sambil membawa Sowon dan diikuti oleh Jisoo dan Seokmin.

Dengan kasar Mingyu mendorong tubuh Sowon sampai wanita itu hampir jatuh.

“Mas Mingyu, kok Sowon dikasarin gitu?” Tanya Jeonghan

“Tau Ming, kok lo kasar sama cewek.”

“Orang kayak dia emang harus dikasarin.”

“Sebentar sebentar ini ada apa sih?”

“Jeonghan, asal lo tau ya temen lo ini adalah dalang dari kejadian lo bisa sampe masuk rumah sakit.”

“Hah? Maksudnya?”

“Dia bayar waiters di sana untuk masukin sesuatu ke dalam makanan lo.”

Semua orang yang ada di sana tidak percaya.

“Won, elo.....” Bahkan Jeonghan tidak tau harus bagaimana sekarang.

“Dia bohong, Han. Gue ga mungkin kayak gitu.”

“Lo mau ngaku atau gue pecahin pala lo sekarang juga?”

Sowon hanya diam.

“Won, lo ga bener ngelakuin hal itu kan won?” Pertanyaan Jisoo pun tidak dijawab oleh Sowon.

“Won, jawab.” Jisoo bahkan sudah mulai kesal. Ia sampai menggoyangkan lengan Sowon meminta kejelasan. Tapi Sowon masih tidak mau menjawab.

“Sowon, bener kamu yang ngelakuin itu?” Tanya Seungcheol, lalu Sowon menggeleng.

“Masih gak mau ngaku juga ya lo?” Mingyu seperti sudah siap menghantam kepala Sowon dengan nampan kosong di atas nakas samping ranjang Jeonghan. Kalau tidak di cegah Seokmin mungkin Sowon sudah terkena nampan itu.

“Mas Mingyu sabar dulu mas. Sowon mending lo ngaku deh, sebelum gue ga bisa nahan mas Mingyu lagi.”

“Ngapain gue ngaku sesuatu hal yang gak gue lakuin?”

“Iya elo ga ngelakuin tapi ini ide lo. Ngaku gak lo?” Mingyu geram dengan Sowon yang keras kepala tidak mau mengaku.

“Sowon mending kamu ngaku aja atau mas panggil polisi sekarang juga?” Seungcheol sudah tiba bisa main-main lagi. Karena ini menyangkut nyawa suami dan calon anaknya.

“Sowon.”

“Oke-oke, gue ngaku iya bener gue yang ngelakuin. Gue yang nyuruh waiters itu ngasih obat ke makan Jeonghan.”

Jawaban Sowon membuat mereka semua di sana semakin terkejut.

“Won, gila ya lo?” Jisoo bener-bener tidak habis pikir dengan Sowon.

“Nahkan, busuk.” Mingyu menatap remeh Sowon.

“Sowon, saya gak tau apa yang membuat kamu melakukan hal itu ke Jeonghan. Tapi yang kamu lakuin itu udah tindak kriminal, kamu bisa bunuh anak saya bahkan kamu bisa bikin Jeonghan gak bisa punya anak lagi.”

“Salah apa gue sama lo, won?”

“Salah karena lo nikah sama mas Seungcheol.”

“Lo kalo naksir Jeonghan ya tau batasnya dong, won.” Ucap Jisoo kesal.

“Lo pikir gue kayak gini karena gue suka sama Jeonghan?”

“Ya terus? Gak mungkin kan lo suka sama mas Seungcheol?”

“Hahahaha emangnya kenapa kalo gue suka sama mas Seungcheol?”

“Sowon lo gila? Dia suami temen lo.”

“Gue yang duluan suka sama mas Seungcheol. Gue. Gue yang pertama kali ketemu sama dia. Terus lo Han dengan gampangnya lewat nyokap lo lo bisa dapetin dia? Sedangkan gue? Gue harus usaha dulu biar dia ngeliat gue. Tapi apa? Lagi-lagi gue cuma di liat sebagai temen lo. Gue muak banget.”

“Seungcheol, lo tau dia siapa?” Tanya Mingyu

Seungcheol menggeleng. “Sowon kan?”

“Dia Sojung.” Seungcheol terkejut mendengar ucapan Mingyu. Seungcheol kemudian memperhatikan Sowon dari atas sampai bawah.

“Helo, mas Seungcheol. Inget kan sama gue? Sekarang apa lo inget janji lo yang mau nikahin gue pas kita dewasa nanti?”

Seungcheol ingat. Tapi dia tidak pernah berjanji. Dia hanya mengiyakan, tapi itu dulu sewaktu dia dan Sowon masih sekolah dan sebelum Sowon pergi ke Paris. Jadi ia pikir kalau Sowon hanya bercanda dulu, apalagi sepertinya Sowon tau kalau dulu ia suka dengan Clara.

“Sowon, itu kejadian udah lama banget. Dulu kita masih kecil, belum mikir panjang dan aku pikir kamu cuma bercanda.”

“Gue ga pernah bercanda, mas. Sekarang gue nagih ke lo, makannya gue kasih obat penggugur kandungan ke makanan Jeonghan biar anak lo berdua mati dan Jeonghan ga bisa punya anak lagi akhirnya lo marah dan ceraiin dia.”

“Gila sih, sakit ya lo?” Tanya Mingyu.

“Gue cuma mau ambil apa yang harusnya punya gue, mas Mingyu.” Ucap Sowon nyolot.

“Ya tapi dia udah punya orang lain. Mikir dong lo, kalo akhirnya lo ga bisa dapetin Seungcheol artinya dia bukan jodoh lo.” Mingyu makin kesal.

“Gak, mas Seungcheol punya gue. Dia harusnya sama gue, bukan sama Jeonghan. Jeonghan lo brengsek banget.” Sowon berteriak membabi buta. Sedangkan Jeonghan sudah tidak tau apa yang terjadi, semuanya terjadi secara bersamaan.

“Akhhhh—.”

“Han, kenapa sayang? Sakit perutnya?”

“Mas, sakit banget. Han gak kuat.”

Seungcheol langsung memencet bel untuk memanggil dokter. Beberapa menit kemudian dokter dan suster yang menangani Jeonghan datang.

“Tolong jangan membuat ke gaduhan ya mas mbak ini rumah sakit.”

Mingyu langsung menggiring Sowon untuk pergi.

“Jeonghan lo harus mati. Lo ga pantes sama mas Seungcheol. Cuma gue, gue yang pantes buat bersanding sama mas Seungcheol.”

Dokter memeriksa kondisi perut Jeonghan.

“Dok gimana?” Tanya Seungcheol

“Tidak apa-apa pak, hanya kram. Tapi kram terjadi karena pak Jeonghan terlalu banyak pikiran. Tolong jangan terlalu banyak bikin pikiran untuk pak Jeonghan ya, pak.”

“Baik dok, terima kasih.”

Dokter pun mengangguk dan langsung pergi.

“Han...”

“Mas, boleh gak tinggalin gue sendiri dulu?”

“Jeonghan, tapi—.”

“Please gue butuh waktu sendiri dulu. Gue perlu mencerna semuanya dengan baik.”

“Oke, mas di luar ya? Kalo butuh apa-apa telpon aja.” Seungcheol menaruh ponsel Jeonghan dekat dengan Jeonghan agar ia bisa gampang mengambilnya. Lalu ia keluar, di luar pun ia langsung ditodong oleh Sowon.

“Mas Seungcheol, Jeonghan cuma nyusahin mas aja. Mending lo tinggalin aja.” Sowon bahkan dengan beraninya memegang lengan Seungcheol.

Dengan cepat Seungcheol menghempaskan tangan Sowon dan mendorongnya dengan kencang sampai perempuan itu terjatuh.

“Semua ini gara-gara lo. Lo yang bikin suami gue masuk rumah sakit, sampe dia kayak gini. Kalo sampe ada apa-apa sama dia dan calon anak gue, Lo yang bakal ancur di tangan gue. Mending lo pergi deh, abis ngelakuin hal jahat kayak gitu masih punya muka lo minta gue untuk nikahin lo? Sakit jiwa ya lo?” Seungcheol sudah benar-benar muak. Lalu ia mengambil ponsel dan mencari nama Minghao.

“Ko, lo tau perusahaan orang tuanya Sowon? Iya Kim furniture. Tarik semua saham gue di sana, bahkan saham keluarga Choi juga. Jangan sampe ada yang nyisa. Udah lo ikutin aja omongan gue.” Seungcheol langsung memutus sambungan teleponnya.

“Mas, lo gila ya? Perusahaan papa gue bisa bangkrut.”

“Lo pikir gue perduli? Lo harusnya bersyukur gak gue masukin ke penjara. Pergi deh, eneg banget gue liat muka lo.”

“Mas, gue mohon jangan lakuin itu. Gue minta maaf sama lo.”

“Permintaan maaf lo ga bakal bikin Jeonghan sehat tiba-tiba.”

“Mas Seungcheol gue mohon.”

“Usir Ming, gue kesel liatnya.”

“Udah ayo, gue sekalian balik Cheol. Ntar malem gue kesini lagi.”

Seungcheol mengangguk. “Thanks, Ming.”

Jisoo dan Seokmin juga ikut pamit saat itu juga.

“Sampe Jeonghan kenapa-kenapa gue ga segan-segan ngancurin lo sampe ke akar-akarnya, Sowon.” Ucap Seungcheol dalam hatinya.