terima kasih, mas Seungcheol.

Seungcheol dan Jeonghan sampai di hotel yang akan mereka inapi selama 2 hari.

1004 Jeonghan merasakan degup jantungnya berdegup kencang. Seungcheol bahkan memilih kamar sesuai tanggal lahirnya.

Seungcheol membukakan pintu dan mendorong koper yang ia bawa tadi. Keadaan di dalamnya sungguh membuat Jeonghan ingin menangis.

Bagaimana bisa laki-laki ini begitu romantis?

“Maaf ya, mas gak tau kamu suka apa engga. Tapi ini hasil akhir usaha mas. Maaf kalo kamu kurang suka.”

Jeonghan tidak menjawab. Ia malah berjalan mengitari kamar itu. Banyak balon-balon dan bunga-bunga. Jeonghan tersenyum melihat tulisan di atas ranjang.

Happy birthday.

“Jeonghan?”

Jeonghan menoleh ke arah Seungcheol yang sudah berada di belakangnya. Ia juga melihat Seungcheol yang sudah mendekat dan mengelus pipinya.

Mas-nya ini selalu hangat.

“Kamu mau tau kan alasan mas lembur terus waktu itu?”

Jeonghan mengernyitkan keningnya dan mengangguk.

“Alasannya adalah ini, mas nyiapin ini semua buat ulang tahun kamu.” Jeonghan terkejut. Jadi, Seungcheol bukan melakukan hal yang aneh?

“Mas gak pernah selingkuh. Mas lembur karena ini. Karena mas mau buat ulang tahun kamu berkesan.”

Jeonghan merasakan air matanya akan jatuh saat ini juga. Bisa-bisanya dia menuduh suaminya yang tidak-tidak.

“Mas, maaf.”

“Ini bukan salah kamu, Jeonghan. Ini salah mas yang ga pernah jujur sama kamu. Kamu berhak marah karena yang kemarin, mas pantes dapet itu semua.”

“Mas, harusnya gue juga ga nuduh lo yang enggak-enggak. Harusnya gue denger penjelasan lo dulu. Harusnya waktu itu gue ga emosi yang berlebihan. Maaf, mas maafin gue. Gue ga becus jadi suami lo.” Jeonghan menangis terisak-isak dipelukan Seungcheol.

“Kamu jangan ngomong gitu. Jeonghan yang paling tepat jadi suami mas, mas bersyukur bisa dapetin Jeonghan. Pokonya Jeonghan yang terbaik buat mas. Jangan pernah mikir kalau satu kesalahan Jeonghan bikin Jeonghan gak pantes jadi suami mas.”

Jeonghan mengeratkan pelukannya. Baju Seungcheol juga sudah basah karena air matanya.

“Sekarang kita mandi, terus mas mau ajak Han ke suatu tempat lagi.”

“Kemana?”

“Surprise. Ayo, mandi sana.”

Jeonghan menghentikan tangan Seungcheol yang mendorongnya pelan masuk ke kamar mandi. “Mas?”

“Ya?”

Seungcheol melihat rona merah di wajah Jeonghan.

“Mau mandi bareng aja gak?”

. . . . . . . . . . . .

Lagi-lagi Jeonghan dibuat takjub oleh Seungcheol.

“Mas, ini.....”

“Suka gak?”

Jeonghan mengangguk ribut. “Suka banget.”

“Yaudah yuk?”

Keduanya duduk di kursi yang sudah disediakan. Jeonghan tersenyum lebar dengan tangan masih menggenggam tangan Seungcheol.

“Hey, suka banget ya?”

Jeonghan mengangguk. “Kok lo romantis banget sih mas? Duh gue jadi mau nangis lagi.”

“Mas seneng kamu seneng, mas kira kamu gak bakal suka.”

“Suka banget, mas Seungcheol. Han suka banget.”

Seungcheol gemas sendiri dengan tingkah laku Jeonghan. Ia mengambil tangan Jeonghan yang ia genggam untuk ia kecup berkali-kali.

“Makasih ya mas.”

“Makasih juga ya Jeonghan udah kasih mas satu kesempatan lagi.”

Jeonghan mengangguk. “Kita mulai dari awal ya mas?”

“Iya sayang. Iya.”

Jeonghan tersenyum mendengar ucapan suaminya. Dadanya terasa hangat mendengar ucapan sayang dari mulut Seungcheol. Jeonghan bangun dari duduknya dan duduk di atas pangkuan Seungcheol. Lalu ia mencium Seungcheol dengan rakus. Tapi tidak membuat Seungcheol kewalahan, Seungcheol masih bisa mengimbangi gerakan bibir Jeonghan.

Dengan nafas tersengal, Jeonghan kembali mengecup bibir suaminya.

“Terima kasih, mas Seungcheol.”