Soonyoung terbangun dan langsung melihat ke sekelilingnya—ini bukan kamarnya. Lalu pandangannya tertuju pada seorang laki-laki yang tertidur dengan menggenggam tangannya. Jihoon. Ada Jihoon di sampingnya. Dan ia tidak tau kenapa rasanya hangat sekali ketika Jihoon menggenggam tangannya. Ia menggenggam balik tangan Jihoon, sesekali ia elus dengan lembut.
“Nghhhhh.” Jihoon mengerang ketika ia merasakan ada sesuatu yang mengelus tangannya.
“Soonyoung, lo udah bangun? Masih sakit gak? Atau butuh sesuatu?”
Soonyoung menggeleng. Tapi tidak melepaskan genggaman tangannya.
“Soon?”
“Saya bikin ulah ya?”
Jihoon terdiam, lalu ia mengangguk. “Lo hampir nyelakain Athan sama kak Han.”
Jihoon melihat Soonyoung mendesah panjang, Jihoon tau Soonyoung menyesal.
“Penyakit sialan.”
Soonyoung melepaskan genggaman tangannya dan memukuli dirinya sendiri.
“Soon hey jangan gini.” Jihoon mencoba menghentikan Soonyoung.
“Saya nyakitin Athan.”
“Athan udah baik-baik aja.”
“Mereka pasti benci sama saya.”
“No, gak ada yang benci sama lo.”
Dilihat Soonyoung sudah mulai tenang, Jihoon membawanya ke dalam pelukannya.
“Gak ada yang benci sama lo, young.”
Soonyoung membalas pelukan Jihoon. “Saya mau sembuh, Hoon.”
“Iya, kita berobat bareng-bareng ya young.”