Seungcheol sudah sampai di depan rumah Jeonghan, dengan membawa beberapa hadiah untuk Hana dan Jeonghan. Dengan susah payah ia ketuk pintu rumah itu beberapa kali sampai ada sesosok perempuan kecil yang membukakan pintunya.

“Daddy.” Pekiknya girang, kaki Seungcheol dipeluk oleh anak itu.

“Hana, biarin Daddy nya masuk dulu.” Ucap Jeonghan dari dalam. Hana pun menurut, ia mempersilahkan Seungcheol masuk.

“Banyak banget kak bawaan kamu.” Ucap Jeonghan sambil membantu Seungcheol menaruh barang-barangnya.

“Buat kamu sama Hana.” Hana yang mendengar namanya disebut Seungcheol, langsung memekik senang. Karena ini pertama kalinya ia dibelikan hadiah sebegitu banyak.

“Apa ga berlebihan, kak?” Jeonghan memberikan segelas air dingin untuk Seungcheol.

“Gak dong, kan aku ga pernah beliin Hana hadiah.” Seungcheol meneguk airnya, setelahnya ia taruh gelasnya di atas meja. Dengan sekali gerak, ia sudah merangkul pinggang Jeonghan. Awalnya Jeonghan terkejut, tapi ia juga langsung menaruh tangannya di pundak Seungcheol.

“Daddy, ini semua untuk Hana?”

“Iya sayang, tapi yang 3 itu punya papa ya.”

Hana mulai membuka satu persatu hadiahnya, ia senang karena dapat banyak boneka dan mainan tapi Daddy nya juga membelikannya beberapa buku bacaan.

“Barang kamu udah dipacking semua kak?”

“Udah sayang, tinggal berangkat besok.” Seungcheol dengan berani mengecup perut Jeonghan.

“Yaudah, kamu mau tidur dulu gak?”

Seungcheol mengangguk. “Aku ngantuk sih.”

“Yaudah tidur, ntar aku bangunin pas masakannya mateng.”

Seungcheol berdiri dari duduknya, kemudian ia mengecup kening Jeonghan.

“Hana, temenin Daddy bobok yuk?”

Kemudian Hana membereskan semua kekacauan yang ia perbuat, setelah selesai ia langsung ikut Daddy nya masuk ke kamar sang papa.

Jeonghan hanya menggeleng melihat ayah dan anak itu. “Kalah start sama anak.”

. . . . . . . . . . . . .

Jam 5 sore Jeonghan membangunkan Seungcheol dan Hana, setelahnya menyuruh keduanya mandi.

“Hana, besok Daddy pulang.” Ucap Jeonghan

“Pulang kemana?”

“Ke rumah Daddy.” Ucap Seungcheol.

“Hana mau ikut Daddy.” Ucap Hana sedih.

“Iya, nanti Hana sama papa nyusul Daddy ya. Tapi Hana harus temani papa dulu disini.”

“Kenapa? Hana ingin dengan Daddy.” Ucap Hana sambil menundukkan kepalanya, matanya sudah bersiap-siap akan menangis.

Seungcheol menghampiri Hana, dia berjongkok di samping Hana. “Hana, Daddy di sana nanti sibuk kerja. Tidak ada waktu dengan Hana, jadi Hana sama papa tunggu disini ya? Daddy janji gak akan lama, sayang. Ya?”

Hana mengangguk, kemudian ia memeluk Seungcheol. “Nanti Daddy belikan Hana hadiah lagi tidak?”

“Iya dong, makannya Daddy kerja dulu ya. Nanti Hana ke sana, Daddy udah punya uang banyak dan bisa beliin Hana hadiah lagi.”

“Janji?” Hana melepaskan pelukannya dan mengacungkan jari kelingkingnya, kemudian Seungcheol menautkan jarinya ke milik Hana. “Janji.”

“Tapi Hana harus jadi anak baik ya kalau mau dibelikan hadiah lagi.” Ucap Seungcheol

“Oke, Daddy.”

. . . . . . . . . . . . . .

Jeonghan menutup pintu kamarnya dan mendapati Seungcheol sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya.

“Besok pesawat kamu jam berapa kak?”

“Abis makan siang sih, kenapa?”

“Aku ikut anter ya?” Jeonghan duduk di depan Seungcheol, tangannya ia gunakan untuk merapihkan rambut Seungcheol.

“Kamu ga kerja emang?”

“Nanti aku izin telat dateng.”

“Nanti di omelin bos kamu.”

“Engga kok, kalo izin gapapa.”

“Yaudah, nanti ajak Soonyoung juga deh biar kamu pulangnya ga berdua Hana doang. Aku khawatir.”

Jeonghan mengangguk. “Kak?”

“Kenapa?”

“Kamu udah kelar sama istri mu itu?”

“Minggu depan sidang putusannya, Han. Perminggu depan aku udah jadi duda.” Ucap Seungcheol

“Duda anak satu.”

“Duda keren anak satu lebih tepatnya.”

Jeonghan mencubit perut Seungcheol. “Pede banget.”

Seungcheol tertawa, lalu ia mengambil sesuatu dari kantung celananya.

“Han?”

Jeonghan termangu menatap sesuatu yang Seungcheol pegang. Itu cincin.

“Han, mungkin ini terlalu cepet. Aku juga belum sah bercerai, tapi aku pastiin Minggu depan aku udah ga ada status hubungan dengan siapa-siapa. Kamu juga minta 5 bulan lagi aku jemput kamu kesini, maksud aku kalau 5 bulan lagi kita menikah gimana? Aku udah nunggu ini lama, tapi baru kesampaian sekarang. Han, aku pengen banget hidup sama kamu. Pengen banget ngabisin waktu sama kamu. Aku pengen jadi orang yang selalu kamu andalkan kalau kamu ga bisa akan sesuatu, aku pengen gantian sama kamu untuk jaga Hana atau jemput Hana pulang sekolah.”

Jeonghan menatap Seungcheol dengan mata berkaca-kaca. Jadi ini buah dari kesabarannya selama 5 tahun?

“Han, besarin Hana bareng-bareng yuk sama aku?”

Air mata Jeonghan turun begitu saja, dengan cepat ia memeluk Seungcheol. Memeluknya erat bahkan sampai Seungcheol dengan cepat mengangkatnya untuk duduk dipangkuannya.

“Mau?”

Jeonghan mengangguk. “Mau kak, aku mau.” Seungcheol menyematkan cincin itu di jemari Jeonghan, kemudian bibir keduanya menempel dan saling melumat satu sama lain.

Skip time.

“Eh, aku belum bukan hadiah dari kamu.” Ucap Jeonghan, ketika ia bangun Seungcheol dengan cepat kembali menariknya ke dalam pelukan.

“Bukanya besok aja kalo aku udah di Indonesia.”

Jeonghan mengernyitkan keningnya. “Kenapa?”

“Surprise.” Ucap Seungcheol tepat di telinga Jeonghan, setelahnya Seungcheol mengecup telinga Jeonghan, sampai membuat sang empu melenguh. Dan kita biarkan keduanya memadu kasih malam itu. Eak.