Seungcheol sampai ditempat kerja Soonyoung bekerja.

“Dr. Soonyoung ada?” Tanya Seungcheol pada salah satu perawat di sana.

“Ada di ruangannya pak.”

Setelah mengucapkan terima kasih, Seungcheol masuk ke dalam ruangan Soonyoung tanpa mengetuk pintu.

“Buset dah, berasa wilayah lu.”

Seungcheol tidak menjawab, ia malah membuka lemari pendingin di ruangan Soonyoung dan mengambil sekaleng cola dan langsung meneguknya. Setelahnya ia duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

“Coy, kagak liat ada manusia disini?”

Seungcheol menatap Soonyoung. “Lah kirain ob lagi bersih-bersih ruangan.”

“Kurang ajar.”

“Udah kelar kerjaan lu?”

“Gue mau periksa satu pasien lagi, abis itu kelar.”

“Yaudah ayo.”

“Kemana?”

“Gua ikut lu periksa pasien.”

“Ngapain? Menuh-menuhin ruangan aja.”

Tapi Soonyoung tetap mengajak Seungcheol. Sesampainya di sana mereka disambut 2 orang laki-laki yang lebih muda dari mereka.

“Pagi dokter Soonyoung.”

“Pagi Jeonghan. Gak kerja? Biasanya Chan yang disini.”

Jeonghan tersenyum samar. “Chan lagi pulang dok, gantian.”

“Oke, saya periksa dulu ya ayahnya.” Jeonghan mengangguk. Lalu tidak sengaja menatap Seungcheol yang sedang menatapnya. Seungcheol langsung membuang muka ketika Jeonghan secara tidak sengaja memergokinya.

“Jeonghan?”

“Iya dok.”

“Ayah kamu bener-bener harus di operasi secepatnya. Ini udah parah banget.”

“Gimana ya dok, saya belum ada uangnya. Saya juga baru keluar dari kerjaan saya. Saya masih cari-cari kerjaan.”

“Loh kenapa kok keluar?”

“Iya katanya saya udah terlalu sering izin dok. Jadinya bos gak kasih lagi.”

“Ya ampun saya ikut sedih, tapi saya gak bisa bantu apapun kecuali doa.”

“Gakpapa dok, doa juga berharga banget buat saya.”

“Nyong?” Seungcheol yang daritadi mendengar pembicaraan Soonyoung dan Jeonghan.

“Kenapa?”

“Gimana kalo dia kerja sama gue?”

“Hah? Ada lowongan di kantor lu?”

Seungcheol menatap Soonyoung dan Jeonghan secara bergantian.

“Jadi surrogate.”

Hah?