Seungcheol mondar-mandir di depan ruang operasi dimana ada Jeonghan yang sedang bertaruh nyawa.

“Cheol, lo duduk aja gue jadi ikutan pusing ngeliatnya.” Ucap Soonyoung

“Gue ga bisa tenang, nyong.”

“Berdoa, Cheol. Serahin semuanya sama yang di atas, doain bagong juga semoga dia bisa bantuin Jeonghan.” Ucap Jun. Seungcheol langsung mendudukkan dirinya di sebelah Jun, mulutnya beberapa kali merapalkan doa untuk semua yang di dalam.

Beberapa menit kemudian ayah Jeonghan, Chan, mami, papi Seungcheol sudah sampai di rumah sakit.

“Mas, gimana?” Tanya sang mami

“Lagi proses mi. Doain ya mi.”

“Pasti.” Sang mami menggenggam erat tangan Seungcheol yang dingin.

Skip time.

Hampir 1 jam lebih lamanya Jeonghan di dalam. Semuanya cemas karena operasi tidak kunjung selesai.

“Pak, Chan takut mas Han kenapa-kenapa.”

“Stt, kamu ga boleh gitu. Doain semoga mas mu sama bayinya selamat.”

Beberapa menit kemudian lampu kamar operasi sudah mati. Menandakan operasi sudah selesai. Pintu ruangan itu terbuka, Mingyu yang keluar dari sana.

“Gong gimana?” Seungcheol langsung mendekati Mingyu.

“Lancar Cheol, Jeonghan sama anak lo selamat.”

Mereka semua mengucapkan syukur.

“Terus gue udah bisa ngeliat Jeonghan?”

“Nanti kalo udah di ruang rawat. Bentar lagi juga anak lo mau dibawa ke ruang bayi.”

Mingyu melihat Seungcheol yang masih tidak puas dengan jawabannya.

“Jeonghan aman Cheol, anak lo ganteng kayak lo berdua.” Ucap Mingyu

“Lebih mirip siapa gong?” Tanya Soonyoung

“Nah ini, gue bersyukur banget ni anak lebih mirip sama Jeonghan.”

“Ya emang kenapa kalo lebih mirip gue?” Tanya Seungcheol sewot

“Maksud gue, miripnya lebih ke aura malaikat kayak Jeonghan. Bukan buaya rawa kek lo.” Semua yang di sana tertawa, mereka tau Mingyu sedang mencairkan suasana di sana.

Saat sedang berbincang, seorang suster datang.

“Dok, pasien dan bayinya sudah siap dibawa ke ruang rawat. Sekarang?”

“Iya sekarang.”

Suster itu masuk kembali, dan beberapa menit kemudian membawa Jeonghan dan bayinya keluar.

“Gong, kok Jeonghan merem? Dia kenapa gong?” Tanya Seungcheol panik ketika melihat Jeonghan dengan mata terpejam.

“Tidur itu dia, lo tenang aja sih ah.”

“Jadinya caesar ya, Mingyu?” Tanya mami Choi

“Iya Tante, Jeonghan udah ga kuat ngeden tadi karena diteken kenceng.”

“Gapapa deh, yang penting selamat dua-duanya. Makasih ya Mingyu sudah bantu Jeonghan.”

Mingyu tersenyum. “Sudah tugas saya, Tante.”

“Yaudah, sekarang kita bisa liat Jeonghan kan?” Tanya papi Choi

“Bisa om, silahkan. Gue ganti baju bentar, ntar nyusul ke sana Cheol.” Mingyu masuk kembali ke ruang operasi, dan yang lain menuju ruangan Jeonghan.

Setelah mengganti pakaian, Mingyu keluar untuk menuju ruangan Jeonghan juga. Tapi baru membuka pintu, sudah ada kekasihnya di sana.

“Kok masih disini, Soo?”

Bukannya menjawab, Jisoo malah memeluknya erat. Mingyu membalasnya dengan tak kalah erat.

“Mingyu, makasih. Makasih udah bantu Jeonghan.”

“Kan ini tugas aku, yang.” Mingyu mengecup pucuk kepala Jisoo

“Kamu hebat, Mingyu. Aku sayang banget sama kamu.”

“Aku sayang kamu juga, Soo. Ke ruangan Han, yuk?”

Lalu keduanya melepaskan pelukan mereka, berjalan beriringan dengan tangan saling menggenggam.

“Mingyu?”

“Ya yang?”

“Aku mau kasih hadiah ke kamu.”

“Hadiahnya apa?”

“Nanti aja aku kasih taunya.”

“Oke.”

“Mingyu?”

“Ya sayang?”

“Besok malem aku nginep di apartemen kamu ya?”

Skip time.

“Sayang, udah bangun?” Seungcheol langsung mendekati Jeonghan yang baru membuka matanya.

“Mas, baby-nya….” Jeonghan meraba perutnya. Tapi ia juga merasakan sakit di sana. Lalu menggeleng, mengingat apa yang terjadi beberapa jam lalu.

“Mas, baby-nya gimana….”

“Stt, sayang hey. Baby-nya ada di ruang bayi. Sebentar lagi dibawa kesini.”

“Baby-nya gapapa kan mas?”

“Gapapa, sayang. Baby kita sehat. Ganteng kayak kamu.”

Beberapa menit kemudian ada suster yang datang dengan membawa bayi mereka.

“Selamat malam pak, ini bayi nya. Selamat ya.”

“Makasih sus.” Jeonghan menerima bayinya. Air matanya jatuh dengan sendirinya. Bayi yang selama ini ia tunggu-tunggu akhirnya berada di pelukannya saat ini.

“Mas….” Jeonghan menatap Seungcheol

“Makasih ya sayang, makasih udah bertahan dan bisa membawa dia ke dunia ini. Makasih sekali lagi.” Seungcheol mengecup kening Jeonghan.

“Cheol, kayaknya gue sama yang lain pamit pulang dulu. Besok kita kesini lagi. Udah malem juga.” Ucap Juna

“Iya ned, makasih ya udah bantuin gue. Nyong, jihoon, wonwoo, Jisoo juga.”

Mereka mengangguk.

“Papi mami juga pulang ya Cheol?”

“Iya Pi. Bapak sama Chan mau disini aja? Besok Cheol anter pulang.”

“Bapak sama gue aja Cheol, kan gue mau anter Jisoo juga.” Ucap Mingyu

“Oke deh, titip ya gong. Nyong, titip bokap nyokap gue juga.”

“Siap boss. Jeonghan, pulang ya kita.”

“Iya dokter Soonyoung, makasih ya. Jihoon hati-hati.”

“Besok aku kesini lagi ya kak?”

Jeonghan mengangguk.

“Oh ya Han, jangan terlalu banyak gerak dulu ya. Kalo caesar sakitnya setelah persalinan. Anaknya kasih ke Cheol dulu aja.”

“Iya dokter Mingyu, makasih ya.”

Lalu mereka semua pamit. Tinggallah mereka bertiga.

“Sakit ya yang?”

“Baru berasa, mas.”

“Sini anaknya.”

“Aku masih kuat mas.”

“Kalo sakit banget bilang ya.”

Jeonghan mengangguk. “Mau kamu kasih nama siapa mas?”

“Juno. Choi Juno.”

Jeonghan tersenyum sambil melihat bayinya. “Halo Juno, ini papa.”