Seungcheol merapihkan bekas makan siang Jeonghan, ia juga membersihkan tangan serta mulut Jeonghan setelah usai makan. Jeonghan merasa tampak terharu, karena diperlakukan layak oleh Seungcheol.

“Dokter belum kunjungan yang?” Tanya Seungcheol

“Tadi aku tanya, abis makan siang.”

Seungcheol mengangguk, kemudian ia kembali berkutat dengan laptopnya. Karena harus menunggui Jeonghan ia harus membawa kerjaannya kemana-mana, tapi jelas itu keinginannya. Ia ingin merawat Jeonghan. Anggap aja latihan.

“Cherr?”

Seungcheol mendongak menatap Jeonghan. “Apa? Kamu butuh apa? Mau minum?”

“Bukan, aku ga butuh apa-apa.”

“Terus kenapa sayang?” Tanya Seungcheol sambil mendekat ke arah Jeonghan. Kembali meninggalkan kerjaannya.

Jeonghan mengambil kedua tangan Seungcheol dan ia genggam erat. “Mau makasih.”

“Makasih untuk apa? Emang aku ngapain?”

“Ih, kamu kan ngerawat aku terus udah seminggu ini kamu ga kemana-mana disini doang.”

“Ya terus aku harus kemana? Aku pergi kalo kamu pergi.”

“Iya makannya aku mau makasih sama kamu, kamu jadi harus susah payah buat nungguin aku.”

“Iya sama-sama sayang, harusnya kamu ga usah makasih karena ini emang kewajiban aku.”

“Bukan kewajiban kamu tau.”

“Yaudah anggep aja aku lagi latihan.”

“Latihan apa?”

“Latihan jadi suami yang baik.”

Ucapan Seungcheol membuat Jeonghan bersemu. Dan Seungcheol selalu suka jika Jeonghan bersemu.

“Berr, aku cium boleh gak sih?” Jeonghan menatap Seungcheol.

“Aku abis minum obat, cherr. Pait nanti.”

“Gapapa, biar aku tau rasa paitnya yang bikin kamu ngerengek terus.”

Jeonghan tertawa, lalu ia mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya. Seungcheol memajukan kepalanya untuk melahap bibir Jeonghan, kedua tangan Jeonghan ia sampirkan ke leher nya.

Keduanya sama-sama terbuai, jujur sudah cukup lama kedua bibir mereka tidak bersentuhan. Seungcheol memperdalam ciumannya membuat Jeonghan melenguh ketika langit-langit mulutnya serta lidahnya di hisap oleh Seungcheol. Posisi keduanya yang awalnya saling berhadapan, kini Jeonghan sudah berbaring dengan bibir keduanya yang masih menyatu. Tangan Seungcheol pun masuk ke dalam baju Jeonghan, mengelus-elus perut datar Jeonghan sesekali ia menyentuh kedua puting Jeonghan.

Tubuh Jeonghan melengkung ketika Seungcheol mencubit pelan salah satu putingnya. Sakit tapi nikmat juga. Ketika Jeonghan terbuai, Seungcheol dengan cepat membuka kancing baju Jeonghan. Tapi untungnya Jeonghan cukup sadar. Ia menghentikan Seungcheol yang hampir membuka seluruh kancingnya.

“Kita di rumah sakit, cherr.” Ucap Jeonghan ketika mereka sudah saling melepaskan.

Seungcheol menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jeonghan. “Sorry, berr.”

“No, gapapa sayang. Cuma kita di rumah sakit bisa aja tiba-tiba suster masuk.” Ucap Jeonghan sambil mengelus-elus punggung Seungcheol.

“Maaf juga aku kelewat batas.”

“Gapapa sayang, kalo di kamar mungkin aku bakal kasih cuma kita di rumah sakit. Ntar aja ya kalo udah pulang?”

Seungcheol menatap Jeonghan. “Boleh?”

“Ya boleh, kan udah pernah juga.”

Senyum Seungcheol merekah dan kembali memeluk Jeonghan. “Makasih sayang.” Jeonghan tertawa melihat tingkah Seungcheol.

. . . . . . . . . . . .

“Tapi kamu udah yakin, Jun?”

“Daripada aku disini, mending aku ikut kamu ke sana kan nu?”

Wonwoo memeluk Jun. “Thank you, Jun.”

“Tapi kamu temenin aku berobat ya, nu?”

Wonwoo melepaskan pelukannya dan menatap Jun. “Pasti. Aku pasti temenin kamu. Sampai kapanpun, Jun.”

Jun kembali memeluk Wonwoo. Mengecupi pundak laki-laki itu, mengucapkan terima kasih karena sudah mau menemaninya.

“Sorry aku ajak kamu jauh dari keluarga ya, Jun.”

Jun mengeratkan pelukannya pada Wonwoo. “Kemanapun kamu pergi aku bakal selalu ikut, nu.”