Seungcheol menaruh handphonenya lalu ia bergegas menuju Jeonghan yang berada di dapur.

“Yang?”

Jeonghan menoleh dan menatap Seungcheol datar.

“Gak.”

Seungcheol memajukan bibirnya. “Yaelah yang, udah lama nih engga.”

“Mas gak liat aku lagi pegel-pegel?”

“Kan mas yang gerak.”

“Ya sama aja, aku ikutan gerak.”

“Yang.”

“Engga ya mas.”

Seungcheol berjalan menjauh dari Jeonghan dengan langkah lesu, Jeonghan menghela nafasnya.

“Ditolak engga tega, di iyain gue nya capek. Pengen juga sih, tapi gimana ya.” Ucap Jeonghan

. . . . . . . . . . .

“Eunghhhh mas.”

Seungcheol sudah menggerakkan pinggulnya dengan cepat, ia menahan pinggul Jeonghan agar bergerak berlawanan dengannya. Kepalanya terdongak ke atas ketika lubang milik Jeonghan meremas miliknya.

“Jeonghan gak pernah ga enak.”

“Terushhh mashh.”

Keduanya merasakan pusing di kepala mereka.

“Han, dikit lagi mas mau keluar.”

“Han juga mas.”

Oek oek oek

Keduanya terhenti dan saling pandang.

“Areum mas.”

“Yang, dikit lagi sumpah.” Seungcheol kembali menggerakkan pinggulnya.

Oek oek oek

Seungcheol tidak menghentikan gerakannya, tapi Jeonghan menyuruhnya berhenti.

“Mas, anaknya itu nangis.”

Seungcheol masih terus bergerak. “Yang, dikit lagi.”

“Seungcheol, anak lo nangis.” Seungcheol berhenti ketika Jeonghan membentaknya. Lalu ia mengeluarkan miliknya dari lubang Jeonghan dan memakai kembali pakaiannya, begitu juga dengan Jeonghan yang langsung memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya, lalu ia pergi menuju kamar anaknya.

. . . . . . . . .

Jeonghan kembali ke kamarnya setelah Areum tertidur dengan pulas, tapi ia tidak menemukan suaminya ada di sana.

“Kamu kemana mas?” Ia mencoba menghubungi handphone Seungcheol yang ternyata Seungcheol tidak membawa handphonenya.

“Mas.” Jeonghan merasakan akan menangis sekarang.

. . . . . . . . . .

“Kok lo disini mas?” Seungcheol sedikit bergeser ketika Hansol datang. Seungcheol berada di rumah orang tuanya.

“Suntuk gue.”

“Kenapa?”

“Gapapa.”

“Yaelah, masih aja. Berantem sama kak Han?”

Seungcheol tidak menjawab.

“Mas, lo umur berapa sih? Berantem itu harusnya dikelarin masalahnya bukan malah kabur gini.”

“Gue cuma lagi suntuk aja sol.”

“Suntuk sama kak Han? Sama Areum?”

Lagi-lagi Seungcheol tidak menjawab.

“Atau lo cemburu sama Areum?”

Skakmat

“Cemburu sama Areum? Benerkan gue?”

“Gue sama Jeonghan lagi ngewe, terus tiba-tiba Areum nangis terus Jeonghan minta gue berenti padahal bentar lagi sampe.”

“Hah? Lo serius ngambek gara-gara gagal keluar?” Wah gila sih, lo ketauan bunda abis deh. Lagian lo jadi laki gak bisa tahan nafsu banget sih? Kasian banget kak Han punya laki kelebihan hormon kek lo.”

Ucapan Hansol menusuk tepat ke ulu hatinya.

“Mas, berkeluarga tuh bukan masalah ngewe doang. Ayah kan sering bilang sama kita. Kalo kita udah milih seseorang artinya kita harus bisa ngertiin dia seutuhnya. Jelas kak Han mentingin Areum, kalo misalkan Areum kenapa-kenapa gimana? Beh nyesel lu pasti. Gimanapun Areum juga masih kecil, masih butuh pengawasan, kalo misalkan yang ngawasin lalai terus dia celaka gimana? Gimana pertanggungjawaban lu ke kak Han? Ke ayah-bunda? Ke mama-papanya kak Han? Ke Tuhan?”

Seungcheol tidak menjawab, ia langsung buru-buru pergi tanpa menghiraukan panggilan Hansol.

. . . . . . . . .

Seungcheol buru-buru masuk ke dalam rumahnya, dan ia mendapati Jeonghan sedang menangis di sofa ruang tamu.

“Sayang.”

Jeonghan mendongak, ia berlari ke arah Seungcheol.

“Mas, maafin Han. Maafin Han bikin mas kesel, jangan tinggalin Han, mas.” Seungcheol memeluk erat Jeonghan, ia mencium kening Jeonghan berkali-kali.

“Maafin Han, mas.”

“Jeonghan, yang harusnya minta maaf itu mas. Harusnya mas ngertiin, karena kita udah bukan pasangan suami-suami baru menikah, tapi sekarang udah ada Areum. Harusnya mas paham kalo Areum harus nomor satu di atas segalanya. Maaf mas kekanak-kanakan. Maaf sayang.” Jeonghan juga membalas pelukan Seungcheol tidak kalah erat.

“Mas?”

“Ya sayang?”

“Ayo lagi?”

Seungcheol mengecup kening Jeonghan lagi. “Kapan-kapan aja ya? Mas tau kamu capek. Kita tidur aja, bawa Areum biar tidur sama kita.”

Saat Seungcheol akan mengajaknya ke kamar, Jeonghan menolaknya.

“Han mau, mas.”

“Han?”

“Please ayah. Papa mau banget. Tadi kan papa belum keluar. Ya?”

“Yaudah, tapi satu ronde aja ya?”

“2 ya mas?”

“Yang?”

“Pleaseee.”

“Oke.”

“Han di atas?”

“Nanti capek.”

“Pleaseee.”

“Yaelah yang, gue mana bisa nolak kalo lu manis banget gini.”

Jeonghan tersenyum lebar, ia tau Seungcheol tidak akan pernah bisa menolaknya.

“Oke, password nya?”

“Singa, kelinci on top boleh?”

“Gas, yang.”