Seungcheol membantu Jeonghan berjalan masuk ke dalam rumahnya.
“Tas nya masih di mobil, Cheol? Biar papa ambil.” Ucap papa Jeonghan
“Pa, gak usah. Biar Cheol aja nanti papa sama mama di dalem aja.” Papa Jeonghan pun mengangguk.
“Cherr, si oney mau dateng.” Ucap Jeonghan
“Sama Seokmin?”
Jeonghan mengangguk. “Bentar lagi sampe katanya.”
“Oke sayang.”
Seungcheol berlari kecil menuju mobilnya untuk mengambil barang-barang Jeonghan.
“Berry di dalem?” Tanya oney
Seungcheol mengangguk.
“Mau gue bantuin mas?” Tanya Seokmin
“Engga, ini terakhir. Masuk sana.”
Akhirnya Joshua dan Seokmin masuk ke dalam rumah Jeonghan. Mereka disambut oleh kedua orang tua Jeonghan dan Jeonghan.
“Jadi repot-repot segala kamu bawa makanan, Josh.” Ucap mama Jeonghan
“Gak repot Tante, lagian Tante kan pasti ga sempet masak, mau beli juga pasti kelamaan.”
“Yaudah ayo kita makan semua.” Ucap papa Jeonghan.
Akhirnya mereka semua langsung menyantap makanan yang Joshua bawa.
“Ma, Jun mana?” Tanya Jeonghan.
“Di kamar, Han.”
“Gak diajak makan?”
“Tadi udah papa suruh turun, katanya nanti.”
Jeonghan mengangguk dan kembali makan. Beberapa menit kemudian Jun benar keluar dari kamarnya menuju meja makan. Ia cukup menebalkan mukanya di depan semua orang. Lo pasti bisa, Jun.
“Makan dek.” Ucap Jeonghan. Jun menatap Jeonghan dan mengangguk, kemudian ia makan tanpa berbicara apapun lagi.
Setelah makan, mereka semua masih di sana. Seungcheol membantu mengupas kulit jeruk untuk Jeonghan. Tangan Jeonghan masih sakit sedikit karena peristiwa kemarin tapi sudah lebih baik.
“Ma, pa, aku mau ngomong sesuatu sama kalian. Sama Jeonghan juga.” Ucapan Jun membuat semua orang di depannya menatapnya.
“Mau ngomong apa dek?” Tanya mamanya.
“Aku udah dapet dokter untuk penyakit ku.”
“Oh ya? Bagus dong, mulai kapan dek? Ntar kakak temenin ya.” Ucap Jeonghan.
Jun menggeleng. “Gak usah, lo doain aja gue cepet sembuh. Lagian gue ga dapet dokter disini.”
“Terus dimana?” Tanya papanya.
“Aussie.” Ucapan Jun membuat semua orang terkejut.
“Kenapa jauh banget? Lo emang ga cocok sama Hao?” Kali ini Seungcheol yang bertanya.
“Cocok kok, kata Hao juga gue udah mulai membaik.”
“Terus kenapa jauh banget?” Tanya mamanya.
“Karena Wonwoo dipindah ke sana dari kantornya.”
“Wonwoo?” Tanya Jeonghan
Jun mengangguk. “Jun udah mutusin mau hidup baru sama Wonwoo di sana, pa ma.”
. . . . . . . . . . . . .
Jun mengatur nafasnya sebelum masuk ke kamar Jeonghan.
Tok tok tok tok
“Masuk.”
Jun membuka kenop pintu kamar Jeonghan dan menyembulkan kepalanya. “Gue ganggu bentar boleh?”
“Yang lama juga gapapa, sini.” Jeonghan menerimanya dengan senang.
Jun masuk ke dalam, kemudian ia duduk di sebelah Jeonghan.
“Gimana keadaan lo?” Tanya Jun
“Udah lebih baik kok, cuma masih pusing dikit. Dikit doang.” Jawab Jeonghan.
Jun mengangguk. Kemudian keheningan menyelimuti mereka beberapa menit.
“Jeonghan?”
“Ya?”
“Sorry. Sorry udah bikin lo jadi begini.”
“Iya dek, aku udah maafin kok.”
“Gue sebenernya malu banget sama kalian, gue udah jahat banget, gue ngancurin hidup semua orang, dan sekarang gue minta pengampunan dari kalian.”
“Dek, udah ya? Gak usah dibahas lagi. Aku sama Cheol udah maafin kamu kok. Kita berdua udah ga marah sama kamu.”
Jun mengangguk. “Maaf juga karena gue belom bisa jadi adek yang baik buat lo.”
“Dengan kamu mau sembuh aja kamu udah jadi adik baik buat aku.”
“Jeonghan, gue boleh peluk lo?”
Jeonghan mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya. Jun memeluk Jeonghan dengan erat. Bahkan ia menangis. Ini pertama kalinya mereka berpelukan sambil menangis lagi.
“Aku berdoa kamu sembuh cepet, jangan mikirin semua yang udah terjadi, kamu fokus sama pengobatan kamu aja di sana.”
Jun mengeratkan pelukannya pada Jeonghan. “Sorry sekali lagi, kak. Kalau gue boleh minta sama Tuhan, gue bakal minta jadi adek lo lagi di kehidupan gue selanjutnya.”
. . . . . . . . . . . . .
Jun keluar dari kamar Jeonghan sambil mengelap bekas air matanya. Di depan kamar Jeonghan ia bertemu Seungcheol. Ternyata Seungcheol sudah di sana sejak tadi.
“Gue minta maaf. Maaf gue ancurin hidup lo dari dulu.” Ucap Jun pada Seungcheol.
Seungcheol mengangguk. “Gue udah maafin lo, Jun.”
“Gue titip Jeonghan.”
“Tanpa lo minta gue bakal jaga Jeonghan terus. Lo ga usah khawatir, fokus sama penyembuhan lo aja. Gue pastiin Jeonghan baik-baik aja selama sama gue.”
Jun mengangguk. “Gue tau lo, mas. Thanks.”
“Btw, gimana akhirnya bisa sama nu?” Tanya Seungcheol
Jun tersenyum, menerawang jauh ketika ia dan Wonwoo saling menemukan. “Gue salah sangka ternyata.”
“Salah sangka gimana?”
“Ternyata selama ini yang gue mau bukan lo mas, tapi Wonwoo. Gue biasa aja waktu liat lo sama Jeonghan, tapi gue ga bisa liat lo sama Wonwoo.”
Seungcheol tertawa kecil, lalu ia mengangguk dan menepuk-nepuk pundak Jun.
“Gue pun ngerasa kalo bukan gue akar masalahnya.”
Jun mengangguk.
Setelah itu Jun pamit masuk ke kamarnya. Sedangkan Seungcheol masuk ke kamar Jeonghan.
“Cherr, besok temenin aku mau gak?”
“Kemana?”
“Anter Jun.”
Seungcheol tersenyum dan mengangguk. “Mau, sayang.”
Skip time.
Jeonghan menyamankan posisinya di pelukan Seungcheol.
“Capek ya?”
Jeonghan mengangguk. “Padahal cuma kayak gitu tapi capek banget.”
“Karena emang harus istirahat dulu, makannya aku belum berani ngajak kamu begituan.”
“Tapi aku pengen.” Ucap Jeonghan sambil memanyunkan bibirnya.
Seungcheol mengecup sekilas bibir Jeonghan. “Aku juga pengen, tapi aku tahan. Tunggu kamu sehat total ya, sayang.”
“Okay.” Jeonghan memainkan jarinya di dada Seungcheol.
“Berr?”
Jeonghan mendongak menatap Seungcheol. “Kenapa?”
“Ada ga yang kamu pengen lagi selain pengen itu?”
Jeonghan berpikir, lalu menggeleng. “Gak tau kayaknya ga ada.”
“Aku ada.”
“Pengen apa?”
“Pengen nikah.” Jeonghan menegakkan tubuhnya ketika mendengar ucapan Seungcheol.
“Sama siapa?” Tanya Jeonghan cepat.
Seungcheol menatapnya bingung. “Ya sama kamu, emang sama siapa lagi?”
“Huft kirain sama siapa.” Jeonghan bernafas lega.
Seungcheol menjawil hidung Jeonghan. “Aku masih disini setelah hampir seminggu nungguin kamu karena paduka masih pengen dipeluk terus-terusan, kamu masih mikir aku mau nikah sama siapa,hm?” Jeonghan tertawa kemudian ia mengecup bibir Seungcheol.
“Sorry, kirain kamu berubah pikiran karena aku banyak mau.”
“Kan aku udah bilang, aku ga bakal sama siapa-siapa kalo bukan sama kamu.”
Jeonghan memeluk erat tubuh Seungcheol. “Aku juga pengen, cherr.”
“Pengen apa?”
“Nikah sama kamu.”