Seungcheol datang ke lokasi yang sudah Jisoo tentukan. Ia harus rela kalau wajahnya lagi-lagi kena pukulan. Seungcheol sudah menemui Jisoo yang sedang duduk bersama seorang laki-laki.

“Jisoo?”

Jisoo melihat wajah Seungcheol. “Oh ini si brengsek.” Jisoo sudah akan bergerak memukul Seungcheol tapi tangannya ditahan. “Tadi kan kamu bilang mau dengan kepala dingin omonginnya.”

Jisoo menurunkan tangannya. Kemudian ia duduk sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Duduk mas, oh ya sebelumnya gue Seokmin temennya Jisoo.”

“Saya Seungcheol.” Lalu mereka bertiga duduk saling berhadapan.

“Gini mas Seungcheol, saya baru tau masalahnya dari Jisoo. Maaf kalo lancang, mas beneran ada main dibelakang Jeonghan kah?”

Seungcheol benar-benar lelah dituduh seperti ini terus. Kenapa semua orang berpikiran yang sama?

“Kalau saya bilang saya tidak seperti yang kalian tuduhkan bagaimana?”

“Ya iyalah gak mau ngaku, mana ada maling mau ngaku.” Ucap Jisoo sewot.

Seungcheol menghela nafasnya. “Maaf ya Jisoo, kalau saya buat Jeonghan sedih. Tapi saya berani sumpah kalau saya tidak pernah melakukan hal yang ada dipikiran kalian. Terserah kamu mau percaya atau tidak.”

“Terus lo kemana aja? Kenapa lembur terus? Lo tau gak sih Jeonghan tuh ngeluhin itu semua di grup chat kita. Lo tuh sebenernya gimana sih sama sahabat gue? Kalo lo emang ga bisa terima dia, lo bilang baik-baik jangan malah kayak gini.”

“Iya makannya saya minta maaf. Saya juga sudah minta maaf pada mama papa mertua saya. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya.”

“Jadi intinya elo ga ngelakuin ya mas? Terus selama lo lembur lo kemana?” Tanya Seokmin.

“Tapi maaf saya belum bisa cerita.”

“Tuh kan emang elo nya aja yang brengsek.”

“Jisoo, kamu gak boleh kayak gitu. Siapa tau emang ada alasan lain dibelakang mas Seungcheol ngelakuin ini.”

“Jisoo, tolong kasih saya satu kesempatan lagi.”

Jisoo bangun dari duduknya. “Bangun lo.” Seungcheol masih bergeming. “Cepetan.” Akhirnya Seungcheol bangun.

Jisoo menarik kerah baju Seungcheol. “Gue udah izin ke Jeonghan buat nonjok lo.”

BUKKKKKKKKKK

“Itu buat elo yang udah bikin Jeonghan nangis.”

BUKKKKKKKKKK

“Itu buat elo yang udah bohong ke Jeonghan.”

BUKKKKKKKKKK

“Dan ini buat elo yang gak mau kasih tau apa yang sebenernya terjadi.”

Seungcheol terjatuh karena pukulan terakhir dari Jisoo yang cukup keras. Seokmin membantunya untuk bangun.

“Udah ayo Seok.”

“Soo, tapi ini mas Seungcheol harus dianterin dulu.”

“Udah—uhuk—gapapa Seokmin biar saya—uhuk—telpon sekretaris saya.”

“Nah udah denger kan kamu? Ini orang bisa tanpa kita.” Jisoo langsung menarik tangan Seokmin untuk pergi dari tempat itu.

Dengan menahan sakit disekitar wajahnya, Seungcheol berusaha menghubungi Minghao.

“Ho, jemput gue.”