Setelah Seungcheol pergi, Jeonghan bergegas membersihkan badannya. Setiap melihat tanda kemerahan yang Seungcheol buat ditubuhnya membuat hatinya sakit.

Apakah ia jalang yang digunakan lalu ditinggalkan begitu saja?

Apakah ia tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan?

Tapi, setelah kejadian kedua Seungcheol seperti ini ia mendapatkan jawabannya. Jawabannya adalah, hanya ia yang terbelenggu dengan keadaan itu sedangkan Seungcheol, ia sudah berperan sesuai dengan apa yang seharusnya.

Menyedihkan.

Setelah selesai Jeonghan keluar dari kamar mandi, karena memang hanya ia seorang jadi ia tidak membawa baju ke kamar mandi.

Ia berdiri di depan lemari bajunya dan Seungcheol, memilih baju yang hangat.

Tapi saat sedang memilih, sepasang lengan memeluk tubuhnya kembali—sama seperti yang tadi Seungcheol lakukan padanya.

Jeonghan menoleh, dan ia menemukan Seungcheol di sana.

“Mas?”

“Mandinya jangan lama-lama sayang, nanti sakit.”

“Kok mas disini? Bukannya mas udah pergi daritadi? Ada yang ketinggalan ya?” Jeonghan memberondong pertanyaan pada Seungcheol.

Seungcheol menggeleng.

“Terus kenapa?”

Bukannya menjawab, Seungcheol melepaskan pelukannya dan menarik tangan Jeonghan untuk duduk di ranjang bersamanya.

“Sayang, mas minta maaf ya?”

Jeonghan mengerutkan keningnya. “Minta maaf kenapa mas?”

“Harusnya mas gak ninggalin kamu gitu aja.”

“Mas, tapi aku gapapa.”

“Gak mungkin, kamu pasti sedih banget. Sayang, mas juga inget waktu pertama kali kita ngelakuin mas nyebut nama orang lain. Mas minta maaf banget ya sayang.”

Jeonghan tidak tau kenapa tiba-tiba saja air matanya menetes dari kedua matanya. Ia langsung buru-buru memeluk Seungcheol—menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungcheol.

“Sayang mau kan maafin mas?”

Jeonghan mengangguk.

“Makasih ya sayang. Sekarang bobok yuk.”

“Mas gak jadi ke mba Rachel?”

“Engga, mas disini aja sama Han.”

“Mas, Han gapapa. Mas jangan kasian sama Han.”

“Mas gak kasian sama Han, mas emang maunya disini. Mau sama Han.” Jeonghan mengeratkan pelukannya.

“Disini aja ya, mas.”

“Iya sayang.”

Tolong biarkan Jeonghan egois untuk sekali ini saja.