Setelah selesai urusan dengan bank, Jisoo dan Seungcheol datang ke kantor milik Seungcheol. Seungcheol bilang kalau ada lagi yang harus ia bicarakan dengan Jisoo.
“Selamat siang bapak Seungcheol.”
“Siang.”
“Baru dateng pak? Gak bagus buat citra perusahaan kalo bos nya aja dateng siang terus.”
“Won?”
“Ya pak?”
“Cubit tititnya. Ini perintah.”
“Siap pak.”
“Eh eh eh jangan dong. Ntar ga bisa bangun.”
“Lagian lu pada ngapain sih disini?”
“Kita disini mau kenalan dong pak sama calon bapak negara.” Wajah Jisoo bersemu merah seketika.
“Jangan mau ya sayang, ntar kamu gatel-gatel.”
“Jiakhh sayang sayang bisa aje ni anak tua.” Mingyu sudah siap akan berlari ketika Wonwoo sudah mengambil ancang-ancang akan mencubitnya.
“Won, si Deri udah lo hubungin kan?”
Wonwoo mengangguk. “Lagi diperjalanan pak.”
“Yaudah gue sama Jisoo masuk dulu, jangan ada yang ikut. Oh ya Soo, ini temen-temen aku yang kacamataan namanya Wonwoo, yang bule namanya Vernon, yang mukanya kayak pk namanya Mingyu.”
“Kayak pk? Pk itu apa, Cheol?”
“Penjahat kelamin, pak Jisoo.” Vernon lebih dulu menjawab.
“Sialan.” Wonwoo dan Vernon tertawa, sedangkan Seungcheol langsung menarik tangan Jisoo masuk ke dalam ruangannya.
. . . . . . . . . .
“Selamat siang, pak Seungcheol.”
“Eh der, masuk-masuk. Udah makan belum lo? Pesen sana, gue makan dulu.”
“Udah pak, aman kok. Lanjutin dulu aja pak. Atau mau langsung?”
“Boleh deh, sekalian aja.” Jisoo malah sibuk memperhatikan keduanya.
“Oke, pak Jisoo perkenalkan nama saya Deri saya pengacara pak Seungcheol.”
“Iya mas Deri, panggil Jisoo aja.” Deri melihat ke arah Seungcheol dan Seungcheol mengangguk—mengizinkan.
“Oke Jisoo, saya cuma mau minta tanda tangan kamu disini.” Deri menyerahkan berkas pada Jisoo tapi Jisoo tidak tau apa isinya.
“Ini adalah berkas yang isinya adalah bahwa pak Seungcheol memberikan 50% kekayaannya pada Jisoo, jadi setengah dari saham di seluruh aset Seungcheol adalah milik Jisoo.”
Jisoo melongo mendengarnya. Lalu menatap Seungcheol meminta kejelasan tentang hal ini.
“Sayang, dari dulu sampai sekarang cuma kamu yang ada dipikiran aku. Kamu yang selalu aku jadikan penyemangat pas aku mau nyerah. Jadi semua yang aku punya adalah milik kamu.”
“Tapi kamu ga usah segininya, Cheol. Kamu udah mau bayarin semua utang aku aja aku bersyukur banget.”
“Gapapa sayang, ini emang seharusnya jadi hak kamu.”
“Tapi aku ngerasa ga pantes untuk dapet ini semua, Cheol.”
“Kamu selalu pantes, Soo.”
Jisoo bergerak menuju Seungcheol, ia langsung memeluk Seungcheol dengan erat. Mengucapkan terima kasih dan kata-kata sayang untuk Seungcheol. Lagi-lagi ia merasa dicintai kedua kalinya oleh Seungcheol.