Seokmin sampai di bandara, kemudian ia berlari kencang sambil meneriakkan nama Jisoo—berharap Jisoo mendengarnya.
Hampir 30 menit, tapi tidak ada tanda-tanda Jisoo masih di sana. Ia bahkan sudah mengecek keberangkatan pesawat ke Amerika—sudah berangkat 15 menit yang lalu. Itu artinya Jisoo sudah pergi.
Seokmin berjalan gontai menuju mobilnya, tapi sekali lagi ia menoleh berharap Jisoo kembali tapi nihil tidak ada Jisoo di sana. Jisoo nya sudah pergi.
Brukkkk
Seseorang menabrak dirinya. Semua barang-barang orang itu berantakan. Dengan cepat Seokmin membantunya tanpa berbicara.
“Maaf mas, saya gak liat.”
Gerakan tangan Seokmin terhenti ketika mendengar suara itu.
“Soo?”
Orang itu mendongak menatap Seokmin. Yup, itu Jisoo.
“Seok—min.” Tanpa ba-bi-bu Seokmin langsung memeluk Jisoo dengan erat.
“Jangan tinggalin aku Soo, aku mohon jangan pergi.”
“Seok, lepasin dulu.”
“Engga, aku gak bakal lepasin kamu lagi Soo. Gak akan.”
“Ih, aku engap tau. Diliatin orang-orang juga itu. Malu.”
Seokmin melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Jisoo.
“Aku ga perduli.” Seokmin mencium bibir Jisoo. Ia tetap menggerakkan bibirnya walaupun Jisoo meminta di lepas. Hampir 5 menit mereka dalam posisi itu. Seokmin akhirnya melepaskan ciuman itu.
“Pulang sama aku Soo?”
“Ke Amerika?”
Seokmin tertawa. “Ke rumah dulu yuk? Minta restu ibu, abis itu kita ke mami papi kamu. Mau?”
“Mau.”
. . . . . . . . .
Seokmin dan Jisoo sedang berada di salah satu kamar hotel, mereka baru saja selesai melakukan malam panas mereka. Posisinya sekarang Jisoo berada di dalam pelukan Seokmin.
“Kok kamu gak jadi pergi, Soo?”
“Oh kamu mau aku pergi?”
“Engga, bukan itu maksud aku. Kamu kenapa kok tiba-tiba batalin semuanya?”
“Karena Jeonghan.”
“Hah?”
“Seok, Jeonghan bilang sama aku setelah kamu baca surat dari aku, kamu nangis-nangis. Minta aku buat ga pergi. Jeonghan bilang kalo kamu cinta sama aku. Dan tadinya aku gak percaya, tapi waktu ketemu kamu di bandara tadi aku jadi yakin kalau kamu serius sama aku.”
Seokmin mengecup kening Jisoo. “Aku cinta banget sama kamu, Soo.”
“Aku juga.”
“Kirain kamu ga jadi pergi karena gak mau jauh dari aku.”
“Tadinya aku mau tetep pergi, biar kamu nyusulin ke sana eh gak tau kenapa tadi aku ke toilet tapi penuh banget. Bener-bener penuh, pas aku udah dapet giliran eh pesawatnya udah berangkat. Aku gak liat jam sama sekali.”
“Berarti kita emang gak boleh jauh-jauhan.”
“Aku juga gak mau jauh dari kamu Seok.”
Seokmin membawa Jisoo ke ciuman mereka.
“Soo?”
“Hm?”
“Ronde 3, yuk?”
“SEOKMIN ARGHHHH.”