Seokmin merasakan tubuhnya pegal karena daritadi Jeonghan tidak melepaskan pelukannya.
“Udah malem nih, pulang ya aku?” Tanya Seokmin yang dibalas dengan pelukan yang mengerat.
“Lah gimana dah ini makin kenceng meluknya, besok kerja nih kesiangan deh aku.” Seokmin memainkan rambut Jeonghan yang sedikit panjang.
“Bentar lagi.” Balas Jeonghan.
Lalu keheningan menyelimuti mereka, Seokmin sibuk dengan menciumi rambut Jeonghan sedangkan Jeonghan sibuk menghirup aroma parfum Seokmin. Beberapa menit kemudian Jeonghan melepaskan pelukannya.
“Kan besok ketemu lagi.” Ucap Seokmin sambil mengelus-elus pipi Jeonghan ketika laki-laki itu cemberut.
“Besok aa jemput gak?” Jeonghan mengambil tangan Seokmin yang berada di pipinya.
“Kamu mau dijemput?”
Jeonghan mengangguk. “Mau nyobain ke pule dong, a.”
“Yaudah besok aku jemput terus kita ke pule.”
“Oh ya, aku ambilin jaket kamu dulu.” Jeonghan bergegas masuk untuk mengambil beberapa jaket milik Seokmin, sedangkan Seokmin membereskan semua sampah bekas jajanan mereka. Tadi, jajanan itu akhirnya tidak bisa Jeonghan makan semua, dan berakhir Soonyoung dan Jeongyeon yang menghabiskannya.
“Nih a.” Jeonghan memberikan paperbag ukuran besar berisi jaket-jaket Seokmin—ada 8 jaket yang diambil alih Jeonghan.
“Berasa abis ambil laundry.” Seokmin menerima paperbag itu, tapi lagi-lagi tubuhnya di peluk oleh sang pujaan hati.
“Gak pulang-pulang deh.” Jeonghan mendongak menatap Seokmin, membuat Seokmin mau tidak mau menunduk untuk menatap Jeonghan lalu mengecup bibir Jeonghan. Awalnya hanya sebuah kecupan, lama-kelamaan menjadi sebuah lumatan yang membuat Jeonghan sedikit mengerang ketika dengan sengaja Seokmin menggigit bibir bawahnya dengan sedikit kencang.
Jeonghan mengelus bibirnya yang sedikit sakit. “Kanibal.”
“Lagian siapa suruh bibirnya enak, hm?” Seokmin kembali mengecup bibir itu.
“Aa, aku mau tanya.”
“Tanya apa?” Seokmin menaruh paperbag tadi lalu duduk kembali dan kemudian menarik Jeonghan untuk duduk di pangkuannya.
“Aa dulu sama Jisoo gini juga?”
“Gini gimana?”
“Ya manis gini, bisa bikin bete ilang.” Jeonghan menangkup wajah Seokmin.
“Jujur iya, abisnya kamu sama Jisoo kalo bete harus dimanjain. Cuma bedanya, kalo Jisoo itu ga bisa diajak ke tempat-tempat murah, dia bisa ke pule aja udah sebuah anugrah. Tapi bukan berarti aku bisa bilang nenangin kamu itu lebih gampang, intinya kalian punya sifat yang berbeda. Dan yang sekarang pengen aku turutin terus ya kamu bukan Jisoo.”
Jeonghan mengangguk mengerti, lalu ia mengecup seluruh wajah Seokmin. Sedangkan Seokmin memejamkan matanya menikmati bibir kenyal Jeonghan menyentuh seluruh wajahnya.
Kemudian Jeonghan bangkit dari duduknya, dan menarik tangan Seokmin agar ikut bangkit.
“Udah nih aku boleh pulang?” Tanya Seokmin
Jeonghan tertawa. “Maaf ya aku nahannya lama banget.”
“Gapapa, aku juga maunya sama kamu terus cuma ga enak sama tetangga.”
Jeonghan mengangguk. “Makasih ya a udah mau ajak aku jajan.”
“Sama-sama, tapi besok-besok jangan banyak-banyak ya jajannya? Aku gapapa kalo banyak, asal abis. Untungnya tadi ada nyong sama Jeongyeon yang bantuin, kalo ga kan jadi buang-buang makanan.”
“Iya aa, maaf ya tadi aku laper mata.”
Seokmin tersenyum. “Ini yang bikin kamu beda sama Jisoo. Kamu cenderung lebih penurut kalo aku bilangin.”
“Iya ya, kenapa aku nurut banget? Kan aku lebih tua dari kamu.”
“Nurut sama kepala rumah tangga itu pahala tau.”
Jeonghan mencubit pipi Seokmin. “Kasih aku status dulu.” Seokmin hanya tertawa.
“Aa tuh kenapa sih kalo aku bilang gitu ketawa mulu? Aa gak lagi ngerjain aku kan?”
“Ngerjain apa? Kalo ngerjain kamu mana mau aku diajak ke pasar rame kayak tadi, mending gofood-in aja.”
“Ya abis aa kalo aku bahas itu langsung mengalihkan pembicaraan.”
“Kan aku udah bilang, pelan-pelan aja aku gak mau buru-buru dan nantinya malah ga jadi. Yang penting sabar sama aku, oke?”
Jeonghan mengangguk. “Tapi awas ya kalo aa cuma PHP-in aku.”
“Hamba mana berani PHP-in paduka Yoon Jeonghan. Intinya, sabar. Santai aja, aku ga bakal kemana-mana dan aku pastiin kamu juga gak bakal kemana-mana.”
“Aku suka kepedean kamu.”
Seokmin tertawa. “Udah ah, pulang ya?”
“Hati-hati ya a.”
“Iya sayang.” Wajah Jeonghan bersemu merah ketika mendengar panggilan dari Seokmin.
Seokmin mencium kening Jeonghan. “Sayang kamu.”
“Sayang aa juga.”