Seokmin dan Jisoo sedang menikmati makan siang mereka.
“Jadi gimana itu utang keluarga kamu Seok?”
“Ya mau gak mau saya yang harus bayar pak.”
“Berapa sih? Dan masih berapa lagi?”
“40 juta, saya baru bayar 10 juta. Ya bapak tau sisanya masih banyak.”
“Lagian kok utang sebanyak itu kamu gak tau?”
“Kayaknya waktu itu buat pengobatan bapak saya deh pak.”
“Terus gimana kamu bayar sisanya?”
Seokmin mengangkat bahunya. “Gak tau deh. Saya ada niat mau jual diri sih pak.”
Uhuk
Jisoo yang sedang minum, tersedak mendengar ucapan Seokmin.
“Udah gila.”
Seokmin tertawa. “Tapi kayaknya sih gak laku.”
“Eh tapi banyak ga sih pak, kolega bapak yang butuh baby sugar? Kenalin ke saya dong pak.”
Jisoo menggeleng. “Udah ga waras.”
Seokmin kembali tertawa, sebenarnya ia senang menjahili bosnya itu dan saat ini ia sedang mencoba menjahili Jisoo.
Lalu keduanya sama-sama terdiam, Jisoo karena pikirannya dan Seokmin karena ia kembali makan.
“Oh saya tau kamu harus ngapain.”
“Ngapain?”
“Gapapa, kamu jual diri aja.”
Uhuk
Gantian Seokmin yang tersedak. Ia menatap Jisoo tidak percaya, karena sebenarnya ia hanya bercanda tapi kenapa Jisoo membuatnya menjadi serius.
“Pak.....”
“Tapi jualnya ke saya.”
“Hahhhhhhhh?”
“Iya jualnya ke saya. Kamu jual, saya beli. Saya pastiin utang kamu lunas dalam sekejap.”
Seokmin menempelkan punggung tangannya di kening Jisoo.
“Bapak panas ya?”
Jisoo menepisnya. “Saya sehat-sehat aja.”
“Pak, bapak sadar ga sih sama apa yang baru aja bapak bilang?”
Jisoo mengangguk. “100% saya sadar.”
Seokmin mengacak-acak rambutnya. “Buat apa bapak beli saya? Gak ada gunanya. Malah nyusahin bapak.”
“Loh kamu banyak gunanya kok, kan selama ini yang ngurusin saya itu kamu. Sampai makan siang pun kamu yang urus, dimana letak kamu tidak berguna?”
Kali ini Seokmin diam. Karena yang Jisoo omongkan benar, tapi sebenarnya itu ya sebagian besar pekerjaannya.
“Saya pinjemin 30 juta, kamu bayarnya dengan nikah sama saya.”
“Pak, serius dulu dong.”
“Saya udah serius, Seokmin.”
“Tapi gimana kalo keluarga bapak gak setuju bapak nikah sama saya?”
“Saya gak butuh persetujuan mereka.”
“Pak, kalo bapak nikah sama saya kita gak bakal bisa punya keturunan.”
“Kita bisa adopsi anak.”
“Pak, bapak kan butuh pewaris untuk perusahaan bapak.”
“Seokmin?”
“Ya pak?”
“Saya sebenernya gak butuh anak. Saya cuma butuh orang yang nemenin saya saat semua orang mungkin bakal ninggalin saya. Dan saya maunya kamu, Seokmin. Kamu yang nemenin saya.”
Setelah mendengar penuturan Jisoo, Seokmin tidak lagi membantah.