Seokmin dan Jeonghan lebih dulu sampai di sana, lalu keduanya menempati tempat yang biasa Seokmin dan teman-temannya tempati.

“Kamu mau makan apa yang?” Tanya Seokmin pada Jeonghan yang sedang mengelap tangannya dengan tissu basah.

“Ada apa aja sih a?” Jujur, ini pertama kalinya ia diajak ke tempat tongkrongan Seokmin. Pule hampir mirip dengan pasar lama yang kemarin mereka datangi, tapi bedanya ini hanya milik satu orang—seperti angkringan tapi lebih ke makanan berat.

“Banyak yang ada soto, bakso, nasi bakar, macam-macam ayam dan ikan, eh ada seafood juga dan lainnya.” Jeonghan masih belum menjawab, ia malah mengelap kedua tangan Seokmin juga dengan tissu basah.

“Yang rekomend apa a?”

“Aku sama anak-anak biasanya makan gado-gado tapi yang biasa bikin lagi pulkam jadi kalo beda tangan beda rasanya, tapi selain itu aku suka nasi bakar ayam nya sih yang, nanti pake sate-satean.”

“Yaudah aku nasi bakar aja.”

“Yaudah aku pesen dulu, minum air putih aja ya?” Jeonghan mengangguk. Seokmin langsung menuju kasir untuk memesan makanan, sedangkan Jeonghan sibuk dengan ponselnya.

“Kak?” Jeonghan menoleh dan mendapati Soonyoung di sana.

“Kok cepet sih?” Tanya Jeonghan

“Iyalah, kan gua kagak jemput orang dulu jadinya cepet.” Seokmin sudah selesai memesan dan kembali duduk di sebelah Jeonghan.

Beberapa menit kemudian Seungkwan dan Jisoo datang.

“Lu udah pesen nyong?” Tanya Seungkwan

“Belom, sekalian Kwan gue ayam geprek aja dah minumnya good day cappucino dingin.”

“Ayo Soo, lu udah pesen kan Seok?”

Seokmin mengangguk. “Dah gue.” Seungkwan dan Jisoo pergi ke kasir.

“Tadi Jisoo bareng sama Kwan, nyong?” Tanya Seokmin

“Kagak tau gua Seok, tapi tadi datengnya bareng sih.”

“Anterin balik nanti dah.”

“Lu aja napa, kak Jeonghan biar sama gue.”

Ucapan Soonyoung membuat Jeonghan sedikit terkejut.

“Ngaco banget lu.” Jawab Seokmin

“Emang ngapa dah?” Tanya Soonyoung lagi.

Seokmin menoyor kepala Soonyoung. “Pake nanya lagi lu.”

Soonyoung tertawa, lalu memakan tahu krispi yang Seungkwan beli tadi.

“Gapapa kok Seok kalo kamu mau anterin Jisoo, nanti aku sama soon aja.” Ucap Jeonghan, tapi jelas itu bukan 100% dari lubuk hati terdalam Jeonghan.

“Gak lah yang, yakali aku malah nganterin orang lain.” Ucap Seokmin, dan bertepatan dengan Seungkwan dan Jisoo yang sudah kembali ke tempat mereka.

“Lo berdua tuh udah jadian belom sih?” Tanya Seungkwan tiba-tiba.

Seokmin menggeleng. “Belom.”

“Lah kak, kok lu mau aja digantung sama masteng ini?” Soonyoung sendiri terkejut, ia juga baru tau.

Jeonghan tertawa canggung. “Tau nih soon, php doang kayaknya.”

“Wah parah sih, tampol nyong.” Ucap Seungkwan memanas-manasi. Makanan mereka datang secara bersamaan.

“Seok, ini nasi bakar kamu.” Jisoo menyerahkan makanan pesanan Seokmin.

“Makasih Soo, tapi ini punya Jeonghan.” Seokmin menggeser nasi bakar itu.

“Tumben, kamu biasanya pesen itu.” Jeonghan hanya diam mendengarkan Jisoo berbicara, apa-apain sih maksudnya dia begitu?

“Iya lagi pengen makan ayam cabe ijo.” Seokmin menerima ayam cabe ijo dari Seungkwan.

Lalu mereka fokus pada makanan mereka masing-masing.

“Enak ga yang?” Tanya Seokmin

Jeonghan mengangguk. “Agak pedes dikit, tapi masih bisa dinikmatin.”

“Kamu mau nyobain punya ku gak?”

“Pedes banget ya?”

Seokmin menggeleng. “Enak pokonya.” Seokmin menyuapi Jeonghan nasi ayam ijo miliknya. Jeonghan dengan senang hati menerimanya.

“Enakkan?” Jeonghan mengangguk.

“Aku mau bawa pulang tapi ayamnya aja boleh ga a?”

“Boleh dong, nanti pesen ya buat mama papa sama Jeongyeon juga.”

“Makasih aa.”

“Sama-sama sayang.”

Uhuk!

Seungkwan terbatuk-batuk karena mendengar ucapan kedua bucin itu.

“Ga pacaran tapi sayang-sayangan.” Cibir Seungkwan.

“Namanya juga php, Kwan.” Jawab Soonyoung

“Ngurusin gue mulu lu pada.” Ucap Seokmin

“Jangan mau dipanggil sayang kak, gorengan jatoh juga dipanggil sayang sama dia.” Ucap Seungkwan.

Jeonghan tertawa. “Masa aku disamain sama gorengan sih a.”

“Jangan di denger yang, kamu lebih berharga dari gorengan. Gorengan jatoh bisa aku beli lagi, tapi kalo kamu jatoh kan aku sedih jadinya. Percaya aku aja pokonya.” Seokmin langsung merangkul pinggang Jeonghan dengan sebelah tangannya yang tidak kotor.

“Oh ya Seok, besok weekend kamu ke rumah nenek kan? Nenek ulang tahun kan besok?” Tiba-tiba saja Jisoo bertanya. Seungkwan dan Soonyoung hanya diam.

“Iya Soo, besok nenek ulang tahun.”

“Kamu udah nyari kado belum? Mau barengan sama aku?” Tanya Jisoo

“Gue udah beli Soo.”

Jisoo mengangguk mengerti. “Kalo besok aku bareng kamu, oke gak?”

“Gue sama Jeonghan, Soo.”

“Oh, Jeonghan diundang juga?”

“Diundang, nenek kok yang ngundang.”

Lalu hening diantara mereka.

“A, aku mau ke toilet.”

“Deket pintu masuk tadi yang, mau aku anter gak?”

“Aku sendiri aja.” Jeonghan langsung pergi menuju toilet. Beberapa menit kemudian ia sudah selesai buang air kecil, saat sedang mencuci tangannya tiba-tiba saja Jisoo sudah berada disebelah Jeonghan.

“Lo tuh udah akrab ya sama keluarganya Seokmin?” Tanya Jisoo tanpa melihat Jeonghan.

“Lumayan sih.”

“Tapi sorry ya Jeonghan, lo dikenalin ke keluarganya tapi belum ada status, lo ga merasa janggal sama Seokmin?”

“Janggal gimana?”

Jisoo melipat kedua tangannya di dada. “Seokmin belum move on dari gue.”

Ingin rasanya Jeonghan guyur Jisoo dengan air dingin. Pede banget sih!

“Lo tau darimana kalo Seokmin belum move on?”

“Ya karena dia belum nembak lo.”

Jeonghan tertawa sinis. “Gini ya Jisoo, orang belum pacaran bukan berarti dia belum move on tapi emang mungkin dia lagi nyiapin diri buat orang selanjutnya, biar gak melakukan kesalahan yang sama sampe bikin si orang ini pergi kayak mantannya.”

Jisoo hanya diam.

“Gue juga tau kok kalo Seokmin sayang sama gue, gue ngerasain itu. Jadi, kalo lo merasa dia belum move on, coba lo ngaca dulu yang belum move on itu elo atau dia? Seokmin bilang kok, kalo dia ga bakal balikan sama mantannya, lo inget ga dulu dia pernah ngomong gitu sebelum kalian pacaran?”

Skakmat!

Dulu memang Seokmin pernah berbicara seperti itu, ia mengatakan kalau ia tidak akan pernah kembali pada orang yang sudah membuangnya.

“Jadi, sebaiknya lo yang move on. Mungkin, lo ga sadar kalo ada orang yang bener-bener pengen sama lo. Tapi yang jelas itu bukan Seokmin.” Jeonghan meninggalkan Jisoo yang masih membisu.

. . . . . . . . . . .

21.00

Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang, karena sudah malam dan lelah karena sudah beraktivitas dari pagi. Jisoo juga akhirnya Seungkwan yang mengantar pulang.

Jeonghan juga hanya diam saja daritadi.

“Kamu kenapa?” Tanya Seokmin yang peka melihat sikap Jeonghan.

Jeonghan menggeleng. “Gapapa kok a.”

“Aku tau loh kalo kamu bete.” Seokmin mulai menjalankan mobilnya.

Jeonghan menghela nafasnya. “A, kamu tuh udah move on kan dari Jisoo?”

“Tiba-tiba banget?” Jeonghan melihat kerutan di kening Seokmin. Mungkin dia bingung.

“Ya engga, aku kepikiran aja tiba-tiba. Soalnya kan kamu emang ga pernah bahas-bahas pacaran sama aku jadi aku kepikiran aja.”

Jeonghan merasakan tangannya di genggam oleh Seokmin.

“Masih ga percaya sama aku yang?”

Jeonghan menggeleng. “Cuma overthinking aja, a.” Jeonghan mengerucutkan bibirnya.

“Mending over loving me aja dah yang.”

“Ya itu juga udah over.”

Seokmin tertawa lalu mengacak-acak rambut Jeonghan. “Sabar aja sabar.”

“Okay, aku sabar. Aku sabar banget.” Seokmin makin tertawa melihat tingkah Jeonghan.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan rumah Jeonghan.

“Dah aku mau turun, hati-hati kamu a.” Ketika akan keluar tangan Jeonghan ditahan Seokmin.

“Jangan mikirin yang enggak-enggak, aku sayang kamu. Cuma itu yang perlu kamu tau.” Seokmin mengecup kening Jeonghan lumayan lama.

Jeonghan memeluk erat Seokmin, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seokmin lalu mengecup beberapa kali di sana.

“Aku juga sayang sama kamu a, aku percaya sama kamu.”