seokhan
Seokmin dan Jeonghan sampai di rumah nenek Seokmin, hari ini ulang tahunnya dimana seluruh keluarga besar Seokmin hadir.
“Santai aja santai, kagak bakal di ospek.” Ucap Seokmin ketika melihat Jeonghan gugup.
“Gugup banget tau a.” Seokmin menggandeng tangan Jeonghan untuk masuk ke dalam.
“Nenek.” Seokmin menyalami tangan neneknya begitu juga Jeonghan.
“Selamat ulang tahun ya nek.” Ucap Jeonghan
“Aduh, makasih ya anak ganteng.”
“Kado dari Jeonghan sama aa.” Seokmin memberikan paperbag bawaannya.
“Pake segala kado, makasih ya Jeonghan.”
“Sama-sama nek.” Jeonghan tersenyum ketika kadonya diterima oleh nenek Seokmin.
“Aa sama Jeonghan ke kamar dulu nek, rebahan bentar.”
“Yaudah sana pada istirahat.” Setelah pamitan keduanya masuk ke dalam kamar Seokmin, sebelumnya mereka bertemu keluarga Seokmin yang lain, berbincang sebentar lalu masuk ke kamar.
“Jisoo diundang ya a?” Jeonghan membuka jaket yang ia kenakan.
“Gak tau deh yang, aku ga nanya nenek. Sini yang, bobokan dulu.” Jeonghan menggeleng.
“Malu a ada sodara kamu, lagian aku harusnya bantu-bantu ga sih?”
“Ini mah udah kelar yang, tinggal makan aja kita. Sengaja aku biar kamu ga capek.”
“Ih, ntar aku ga diterima di keluarga kamu lagi a. Disangka males.”
“Gaklah, kamu ga ngapa-ngapain juga mereka terima kok. Sini dong, aku belum dicium nih.”
Jeonghan masih menggeleng. “Takut ketauan.”
“Yaelah ketauan paling langsung dinikahin.”
Jeonghan menggebuk Seokmin dengan bantal. “Ngaco.”
. . . . . . . . . . .
Acara makan-makan pun selesai, saat ini semua keluarga Seokmin sedang berbincang-bincang. Oh ya, Jisoo ternyata datang. Dan saat ini ia juga sedang ikut berbincang dengan keluarga Seokmin.
“Ini yang nikah duluan aa atau mas?” Tanya salah satu om Seokmin.
Seokmin tertawa. “Mas lah om, masa mas.”
“Yang punya pacar kan kamu duluan Seok, kayaknya kamu duluan.” Ujar seseorang yang dipanggil mas.
“Mau aa Seokmin atau mas Seungcheol duluan terserah, yang penting kalau udah ada calonnya langsung aja.” Ujar nenek mereka.
“Calonnya sih ada nek, cuma gak tau mau apa engga.” Ucapan Seokmin membuat keluarga bersorak riuh dan Jeonghan merona.
“Tanya atuh a, mau gak sama aa.” Ucap salah satu Tante Seokmin.
“Oh gini, dari kemaren dia rewel banget masalah status. Aa sebenernya belum pacaran sama Jeonghan, tapi aa serius gitu pokonya jadi daripada Jeonghan rewel lagi, sekarang aa tanya deh, Jeonghan mau gak jadi pacar aa? Kita pacaran dulu aja, aku masih nabung soalnya.” Jeonghan terkejut karena Seokmin menembak nya di depan keluarga besarnya dan saat ini keluarga besar Seokmin tampak menjadi bertambah riuh ketika mendengar ucapan Seokmin.
“Terima atuh kak Jeonghan, kasian euy udah lama ga disayang si aa.” Ucap adik sepupu Seokmin membuat Seokmin tertawa.
“Gimana, mau gak?” Tanya Seokmin lagi, dan lagi-lagi keluarganya bersorak riuh.
“Aa serius ga sih?” Tanya Jeonghan.
“Yah atuh udah di depan keluarga masa bercanda yang.”
Keluarga Seokmin masih bersorak “terima” kepada Jeonghan. Membuat kegugupan Jeonghan bertambah.
“Jadi?” Seokmin bertanya lagi.
Jeonghan mengangguk. Keluarga Seokmin semakin kencang suaranya.
“Apa atuh aku ga paham ngangguk gitu.”
“Iya, aku mau aa.” Jawaban Jeonghan membuat rumah itu makin ricuh kegirangan.
“Akhirnya euy punya pacar lagi.” Ucap kakak sepupu Seokmin.
“Sebenernya mah udah tau bakal diterima, pura-pura gak tau aja.” Jeonghan mencubit perut Seokmin pelan. Seokmin tertawa sambil merangkul pinggang Jeonghan.
Semua gembira hari ini tanpa terkecuali begitu juga seseorang yang mungkin mereka lupa kalau orang ini pernah ada di posisi Jeonghan—walaupun tidak ditembak di depan keluarga besar—tapi tetap saja ia pernah menjadi bagian keluarga itu. Atau bahkan akan selalu menjadi bagiannya?
Tadi Jisoo keluar ketika Jeonghan sudah menerima Seokmin. Tidak tau kenapa bukan sakit yang ia rasakan, tapi malah sebuah perasaan lega. Lega karena akhirnya ia tau apa yang harus ia lakukan. Move on.
“Kalau mau nangis, nangis aja Jisoo. Nangis bukan berarti kamu lemah loh.” Jisoo menoleh dan mendapati seseorang di sana.
“Mas Seungcheol?”
Laki-laki itu tersenyum manis padanya.