sebelum puasa.

Jeonghan mendorong tubuh Seungcheol agar jatuh ke atas ranjang dengan sekuat tenaganya. Setelahnya, ia menaiki Seungcheol yang sedang menatapnya.

“Mas dapet hadiah juga kah?”

Jeonghan mengangguk. “Tapi...”

“Tapi?” Seungcheol tersenyum ketika melihat Jeonghan tersenyum juga.

“Tapi ga boleh kenceng-kenceng dan ga boleh lebih dari 3 ronde.”

“Kenapa? Mas kan laper banget ini. Hampir sebulan gak makan Han.” Jeonghan melihat Seungcheol yang membasahi bibirnya yang kering. Lalu dengan gerak cepat, Jeonghan memakan bibir suaminya lagi dengan sedikit mengemutnya.

“Han kasih tau kalo udah selesai.”

“Oke.”

“Han on top?”

Seungcheol tertawa. “Okay, Han on top.”

Jeonghan langsung buru-buru membuka baju Seungcheol dan membuangnya ke sembarang arah. Jeonghan menatap lapar tubuh kekar suaminya itu.

“Kenapa? Kangen juga ya?”

Jeonghan mengangguk ribut. Lalu ia langsung menyerang bibir suaminya dengan rakus. Menggigit, menjilat, menghisap. Ia lakukan berulangkali. Sampai membuat mereka berdua melenguh panjang.

Setelah puas, ia menyerang leher Seungcheol. Seungcheol sendiri mendongakkan kepalanya agar Jeonghan lebih leluasa mengerjai lehernya. Dan benar saja, Jeonghan memberikan beberapa tanda kemerahan di leher Seungcheol.

Jeonghan menghentikan kegiatannya, ia menatap Seungcheol yang dibawahnya dengan senyum lebarnya. Ia bisa melihat tanda-tanda kemerahan itu dari atas.

“Puas?”

Jeonghan menggeleng. “Dadanya belum.”

“Dada mau nunjukin ke siapa? Emangnya mas buka-buka baju kalo diluar?”

“Gapapa, sekalian sih maksud Han. Soalnya bibir Han masih mau.”

Seungcheol tertawa lagi. “Lakuin, sayang. Lakuin.”

Jeonghan memekik senang. Ia langsung membubuhkan bibirnya di atas dada Seungcheol—bahkan sampai turun ke perut suaminya itu.

Setelah puas, Jeonghan membuka bajunya dan membuangnya ke sembarang arah juga.

“Mas mau buat tanda juga?”

“Han udahan belum? Kalo belum bikin dulu aja.”

“Udah, tapi Han juga mau mas. Mau digigit-gigit.”

“Oke, nanti mas gigit-gigit. Sekarang buka celana Han dulu, terus masukin punya mas ke lubang Han.”

“Mau langsung?”

“Kan tadi pas mandi udah mas siapin, sayang.” Wajah Jeonghan bersemu lagi. Memang benar, saat mereka mandi tadi secara tidak langsung Jeonghan memang menggoda Seungcheol sampai Seungcheol akhirnya memasukkan dua jarinya ke dalam lubang sempit itu.

Jeonghan bangun dan langsung membuka celananya, lalu ia juga membuka celana Seungcheol sampai keduanya saat ini bertelanjang bulat.

Jeonghan kembali naik ke atas Seungcheol. Jeonghan sudah melumuri kejantanan Seungcheol dengan lubricant dan kemudian ia menggenggam kejantanan Seungcheol lalu ia arahkan ke lubangnya.

Anghhh Jeonghan melenguh ketika kepala kejantanan Seungcheol sudah berhasil masuk ke dalam lubangnya.

“Pelan-pelan aja, sayang.”

Jeonghan mendongak dan memejamkan matanya ketika ia terus mendorong tubuhnya agar memakan semua kejantanan suaminya.

Ouhhh.

“Mas, penuh banget.” Kejantanan Seungcheol berhasil masuk sepenuhnya ke dalam lubang Jeonghan.

“Kalo sakit diemin dulu, sayang.”

Jeonghan menggeleng. Ia malah langsung menggerakkan pinggulnya dengan gerakan naik turun. Memompa kejantanan Seungcheol dengan cepat.

Seungcheol bisa melihat wajah cantik Jeonghan dari bawah. Jeonghan cantik setiap saat, apalagi saat sedang mendesahkan namanya seperti ini.

“Mmhhm... ahhh! Ah! Ah! Haa... Mas....”

Seungcheol menggenggam kedua tangan Jeonghan agar menjadi tumpuan tubuh Jeonghan juga. Jeonghan masih terus bergerak dan meracau di atas sana.

“Mas, Han mau keluar.... Mmhhm...”

“Keluarin aja, sayang. Mas juga sebentar lagi.”

“Yaudah Han nungguin mas aja.” Gerakannya makin cepat ketika Jeonghan juga merasakan Seungcheol yang akan meledak.

“Ouhhh—mas.”

“Jeonghan—nghhh.”

Jeonghan ambruk di atas tubuh Seungcheol. Nafasnya tersengal-sengal akibat pelepasannya. Seungcheol juga merasakan hal yang sama. Ia mengelus-elus punggung telanjang Jeonghan. Sesekali ia mengecup—menggigit telinga suaminya.

“Good job, Hannie.”

Ketika sudah selesai dengan pelepasannya, Jeonghan menatap Seungcheol meminta untuk dicium kembali. Dengan senang hati Seungcheol menurutinya.

Kali ini Seungcheol membalikkan posisi mereka. Seungcheol mengecupi seluruh wajah Jeonghan lalu turun ke leher—memberikan tanda kemerahan—lalu turun lagi tepat di kedua gundukan kecil Jeonghan.

Seungcheol memasukkan salah satu puting Jeonghan ke dalam mulutnya dan memilin yang lainnya. Jeonghan tidak bohong kalau mulut Seungcheol adalah yang terbaik. Seungcheol selalu melakukannya dengan lembut—mampu membuatnya terbang ke langit dalam seketika—mulut Seungcheol memabukkan untuknya.

Jeonghan menekan kepala Seungcheol yang masih ada di dadanya. Seungcheol paham. Seungcheol peka. Seungcheol tau apa yang Jeonghan mau.

Setelah puas dengan salah satu putingnya, Seungcheol kembali memasukkan puting yang satunya. Namun kali ini tangannya bergerak turun ke arah kejantanan Jeonghan. Seungcheol menggenggamnya sebentar sebelum akhirnya jarinya masuk ke dalam lubang Jeonghan—kembali membuka jalur untuk kejantanannya masuk.

“Mas Seungcheol—.” Jeonghan mendongakkan kepalanya ketika kedua jari Seungcheol berhasil mengobrak-abrik lubangnya. Kepalanya pusing seketika karena kenikmatan yang Seungcheol berikan.

“Jeonghan, mas ga tahan. Mas masuk lagi ya, sayang.”

Jeonghan mengangguk. “Masuk mas. Masukin Han. Lubang Han gatel huhuhu.”

Seungcheol menarik kedua tangan Jeonghan—membantunya bangun—lalu membalikkan tubuh Jeonghan agar membelakanginya.

Jeonghan menegang ketika Seungcheol menggelitik lubangnya dengan kepala kejantanannya.

“Jeonghan, mas masuk ya sayang.” Jeonghan mengangguk ribut.

Seungcheol mendorong pinggulnya agar kejantanannya masuk sepenuhnya ke dalam lubang Jeonghan.

Jeonghan menggigit bibirnya ketika setengah kejantanan Seungcheol masuk. Sampai akhirnya masuk sepenuhnya.

Seungcheol menggeram ketika kejantanannya diremat oleh lubang Jeonghan. Ia memegang pinggul suaminya agar bisa bergerak leluasa.

“Mmhhm...” Jeonghan mendesah ketika Seungcheol menggerakkan pinggulnya dengan gerakan lembut.

“Mas, Han mau yang cepet.”

“Katanya mas gak boleh kenceng-kenceng?”

“Tapi ini kepelanan, mas. Han gatel banget huhuhu.”

Sesuai keinginan Jeonghan, Seungcheol menggerakkan pinggulnya lebih cepat membuat Jeonghan terlonjak-lonjak.

“ahhh! Ah! Ah! Nghh.. mas..”

“Jeonghan, kamu kenapa enak banget si sayang? Mas jadi pengen makan Han terus.. ah! Ah!...”

Jeonghan tidak bisa menjawab karena Seungcheol bahkan seperti tidak mengizinkannya berbicara kecuali mendesah.

“Ah..! Ah! Ah! Haa... ahhh! Ah!..”

Kedua tangan Seungcheol memelintir puting Jeonghan. Seungcheol membungkukkan tubuhnya untuk mengecup—membuat tanda kemerahan—di punggung Jeonghan.

“Mas, Han keluar... Ah!... Ah!.. ahhh!...

Cairan Jeonghan mengotori sprei hotel itu. Mungkin mereka akan membayar lebih untuk room servis hotel.

“Arghhhhhhhh.. ahhh! Haa...” Seungcheol keluar di dalam Jeonghan sekali lagi.

Seungcheol memeluk Jeonghan yang ambruk di atas ranjang, ia mengecupi punggung telanjang Jeonghan.

“I love you, Jeonghan.”

Setengah kesadaran Jeonghan menghilang seketika. Ia baru saja mendengar suaminya mengucapkan kata-kata sakral. Haruskah ia membalasnya?

Jeonghan meringis ketika Seungcheol mengeluarkan miliknya dari dalam Jeonghan. Seungcheol berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengambil handuk serta air hangat untuk membersihkan Jeonghan.

“Makasih mas.” Ucap Jeonghan parau ketika Seungcheol selesai memakaikan kembali bajunya.

“Sama-sama, sayang.” Seungcheol mengembalikan handuk dan baskom itu ke kamar mandi.

“Mau langsung tidur? Atau kamu laper lagi?”

Jeonghan mengecek ponselnya melihat jam di sana. 02.00 dini hari.

“Mau tidur, tapi mau kasih tau mas sesuatu dulu.”

“Apa?”

Jeonghan dengan menahan nyeri di bagian bawahnya, ia berjalan pelan menuju kopernya. Mengambil sesuatu di sana.

Sebuah amplop. Lalu ia memberikannya pada Seungcheol. Sedangkan Seungcheol menerimanya dengan bingung. Ini apa?

“Buka aja mas.”

Seungcheol langsung membuka amplop tersebut dan melihat isinya. Seketika dirinya membeku. Sedangkan Jeonghan takut, takut kalau Seungcheol tidak senang dengan itu.

Seungcheol menatap Jeonghan.

“Han, ini....”

Jeonghan mengangguk. “Han hamil, mas Seungcheol.”