Seungkwan berkunjung ke rumah Jeonghan hari ini. Seungkwan memencet bel rumah Jeonghan 2x sampai yang ke 3x pintu baru terbuka.

“Cari siapa?”

Seungkwan terkejut karena seorang wanita yang ada di sana.

“Ini rumahnya kak Han kan ya kak?” Tanya Seungkwan

Tiba-tiba wajah wanita itu menjadi datar. Seungkwan melihat betul perubahan wajah itu.

“Ini rumahnya Seungcheol.”

Seungkwan mengernyit heran, rumah Seungcheol kan berarti rumah Jeonghan juga.

“Kak Han nya ada kak?”

Belum sempat wanita itu menjawab, Jeonghan sudah muncul.

“Kwan.” Pekik Jeonghan ketika melihat Seungkwan sudah ada di sana.

“Kok gak langsung masuk?” Tanya Jeonghan, Jeonghan sedikit menabrak bahu Nara—ia seperti tidak menganggap Nara ada di sana.

Jeonghan menarik tangan Seungkwan untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Gue pikir gue salah rumah, soalnya bukan kak Han yang bukain pintu. Itu siapa kak?”

“Ke taman belakang aja yuk Kwan, ntar gue ceritain. Lo sendirian?”

“Ya emangnya mau sama siapa?”

“Lah Hansol?”

“Kok Hansol?”

“Lah bukannya sama Hansol?”

“Kok bisa sama Hansol?”

“Ih gak tau ah rumit deh. Ayo.” Setelah meminta tolong pada bibi untuk membuatkan minuman dan cemilan Jeonghan dan Seungkwan menuju halaman belakang rumah Jeonghan.

Keduanya duduk di ayunan yang ada di sana.

“Jadi dia siapa?”

“Nara.”

Seungkwan terkejut, ia tau tentang Nara tapi belum tau seperti apa wajahnya.

“Kok ada disini?”

“Gue suruh dia tinggal disini sampe lahiran, nanti kalo anaknya udah lahir kita tes DNA kalo bener anaknya Cheol ya gue harus rela di madu.”

“Ah udah gila lo kak.”

“Terus gue harus gimana Kwan? Bingung gue tuh. Satu sisi gue percaya sama Cheol, tapi di sisi lain gue juga ragu.”

“Lo yakin mau di madu?”

“Sebenernya gak mau, tapi mau gak mau Kwan. Gue ga bisa biarin anak itu tanpa bapaknya.”

“Tapi sekali lagi gue tanya, lo yakin itu anaknya kak Cheol?”

“Gue ragu.”

“Aduh rumit banget sih kak, semoga aja bukan anaknya kak Cheol deh.”

“Amin, gue juga berharap begitu.”

“Terus nyokap bokap lu sama kak Cheol udah tau?”

Jeonghan menggeleng. “Hansol juga belum tau.”

“Mau sampe kapan disembunyiin?”

“Gak tau deh, pusing gue juga.”

“Udah jangan terlalu dipikirin deh kak, kasian anak lo ntar kepikiran juga.”

. . . . . . . . . .

Hansol langsung masuk setelah usai memarkirkan mobilnya.

“Lo siapa?”

Hansol melihat seorang wanita sedang berdiri di depan kulkas. Wanita membalikkan tubuhnya, Hansol menatapnya tajam.

“Lo ngapain disini?”

“Gue tinggal disini.”

“Lo gila?”

“Soon gue bakal nikah sama kakak lo. Jaga bicara lo.”

“Yakin banget lo.”

“Itu kenyataanya.”

Saat Hansol akan kembali membalas ucapan Nara, Jeonghan dan Seungkwan datang.

“Sol.” Panggil Seungkwan

“Kenapa dia ada disini kak?”

“Sol, ayo ke belakang dulu nanti kakak jelasin.” Jeonghan menarik tangan Hansol.

“Harusnya lo sopan juga sama gue. Gue bakal jadi kakak ipar lo nantinya.”

Jeonghan, Hansol dan Seungkwan berhenti ketika mendengar ucapan Nara. Jeonghan meremat tangan Hansol sambil mencoba mengatur emosinya.

“Dasar gak punya sopan santun.” Nara berjalan melewati mereka.

“Aww.” Nara terpekik ketika Seungkwan dengan tiba-tiba menjambak rambutnya

“Sorry kak, tadi gue liat ada kecoa di rambutnya kakak.”

“Jangan kurang ajar ya lo.”

Nara sudah akan menampar pipi Seungkwan, tapi dengan sigap Hansol menahannya.

“Berani lo daratin tangan lo di pipinya dia, abis lo sama gue.” Ucap Hansol, lalu ia menghempaskan tangan Nara.

“Kenapa nih?” Tanya Seungcheol yang tiba-tiba muncul.

“Cheol, mereka jahatin aku.”

Jeonghan menatap Nara tidak percaya.

“Han, lo gapapa?”

Nara terdiam. Seungcheol tidak perduli pada dirinya.

“Han gapapa mas, tapi tadi Seungkwan hampir ditampar sama Nara.”

Seungcheol menatap Nara dengan marah. “Bisa gak lo jaga sikap?”

“Cheol, tapi mereka duluan. Dia jambak rambut aku.” Ucap Nara sambil menunjuk Seungkwan

“Lo itu numpang disini. Jaga sikap lo.”

“Cheol, kamu ga percaya sama aku?”

“Benalu.”

Seungcheol langsung menarik tangan Jeonghan untuk pergi dari sana, diikuti oleh Hansol dan Seungkwan dibelakang mereka. Sebelum mereka menghilang dari pandangan Nara, Jeonghan sempat menoleh sebentar lalu tersenyum, sedangkan Nara mengepalkan tangannya.

“Lo liat aja Jeonghan, gue gak akan tinggal diem.”