Saat Seungcheol sampai di apartemennya pemandangan pertama yang ia temukan adalah bundanya sedang bercanda ria dengan Jeonghan sambil memasak. Ini selalu jadi impian Seungcheol, melihat bundanya akur dengan pasangannya. Tapi kalau saat ini Naya yang menjadi pasangannya mungkin ia tidak akan menyaksikan ini secara langsung. Naya tipe orang yang tidak suka berlama-lama di dapur, sedangkan bundanya adalah orang yang suka berlama-lama di dapur.

“Mas, udah pulang?”

Suara halus Jeonghan membuyarkan lamunan Seungcheol, Seungcheol mengangguk dan tersenyum lalu ia mencium tangan bundanya.

“Bunda kenapa gak bilang kalau mau kesini? Mas bisa jemput di rumah.”

“Nungguin kamu mah lama mas, bunda keburu kangen sama Jeonghan.”

“Bunda cuma kangen sama Jeonghan, tidak sama mas. Mas sedih.” Ucap Seungcheol sambil berjalan menuju kamarnya. Jeonghan dan bunda Choi tertawa.

“Mas mu tuh Han.”

Mas mu

Jeonghan tersenyum malu, lalu ia kembali memasak soto untuk Seungcheol.

. . . . . . . . .

“Bunda, nanti nginep kan? Nanti tidurnya sama Han.”

“Loh, memangnya boleh sama mas mu? Kamu tidur sama bunda?”

“Boleh, kan Han sama mas engga tidur sekamar.” Jawab Jeonghan enteng, lalu sedetik kemudian Jeonghan tersadar.

“Hah? Kalian gak sekamar? Mas, maksudnya apa?”

“Itu-itu bunda..” Seungcheol bingung harus menjawab apa, ia meminta pertolongan pada Jeonghan.

“Ehm, itu bunda selama Jeonghan hamil Jeonghan tuh gak mau tidur sama mas. Kayak kesel aja gitu bawaannya.”

“Jadi selama hamil aja kan?”

“Hahaha iya dong bunda, terus si bayi darimana asalnya kalo Han sama mas gak sekamar?”

“Mungkin aja Cheol lagi mabuk terus gak sadar menyetubuhi kamu?”

“Hahaha gak mungkin bunda, Han beneran deh. Ini kita sama-sama sadar. Ya kan mas?”

“I-iya bun.”

“Bunda bercanda tau mas, masa iya mas begitu. Yaudah bunda nginep di sini, nanti bunda bilang sama ayah.”

“Yeay.” Pekik Jeonghan, sedangkan Seungcheol bersyukur kalau bundanya percaya omongan Jeonghan. “Maafin mas ya bund”

. . . . . . . . .

Jeonghan sedang membersihkan piring-piring kotor di atas meja makan.

“Biar saya aja Han.”

“Engga usah mas, mas istirahat aja. Ini tinggal cuci doang kok.”

“Yasudah saya yang cuci.”

“Ih keras kepala banget sih.”

Seungcheol tidak menjawab, ia langsung mencuci piring yang tadi Jeonghan bawa dari meja makan.

“Baby, jangan ikutin sifatnya ayah Cheol ya?” Ucapan Jeonghan membuat gerakan tangan Seungcheol terhenti, dadanya berdebar-debar saat mendengar kata-kata Jeonghan.

Ayah Cheol?

Seungcheol kembali melanjutkan kegiatan mencuci piringnya dengan senyum mengembang.

“Semoga sifat kamu kayak papa Han ya baby.”