Saat ini Soonyoung berada di apartemen Jeonghan. Ia datang tiba-tiba saja saat Jeonghan hanya berdua dengan Athan.
“Kamu kenapa kesini gak kabarin aku dulu Sun?”
Soonyoung menoleh menatap Jeonghan sekilas dan kembali bermain dengan Athan.
“Gak boleh? Biasanya juga gitu.”
“Ya tapi sekarang kan beda, aku gak enak sama mas Cheol kalo bawa laki-laki lain ke rumah tanpa ada siapapun.”
Soonyoung meremat kecil tangan Athan yang ada di genggamannya sehingga Athan menangis—karena sakit.
“Sun, kamu nyakitin Athan.”
“Kamu juga nyakitin aku Han.”
Jeonghan berusaha mengambil Athan dari Soonyoung, tapi Soonyoung tidak memberikannya.
“Sun.”
“Athan anak aku, dia baik-baik aja sama aku.”
“Tapi Athan nangis Sun.”
“ITU KARENA KAMU JAHAT SAMA AKU HAN.”
Athan dan Jeonghan terkejut ketika Soonyoung berteriak. Athan bahkan sudah menangis dengan kencang.
“Athan sedih kalo kamu jahat sama aku. Ya kan sayang, kamu sedih kan papa jahat sama Daddy?” Nada suara Soonyoung
Jeonghan hampir menangis, ia benar-benar takut dengan Soonyoung sekarang. Ia buru-buru menyuruh Seungcheol pulang.
“Kamu chat siapa Han? Laki-laki brengsek itu?”
“Aku chat temen-temen aku Sun.”
Lalu Soonyoung berjalan ke arah Jeonghan dengan Athan di gendongannya. Jeonghan berjalan mundur perlahan.
“Kamu takut sama aku Han?”
“Sun, kamu jangan gini. Kamu buat Athan takut sama kamu.”
“Athan nangis karena kamu jahat sama aku Han.”
Jeonghan menggeleng, ia masih berjalan mundur sampai akhirnya tubuhnya terpojok.
“Sun.”
Saat Soonyoung akan meraih Jeonghan, pintu apartemen terbuka. Dan ada di Jihoon di sana.
“Heh, lo ngapain?”
“Ji, tolong.” Ucap Jeonghan lirih
Jihoon mendekat ke arah Jeonghan dan Soonyoung. Tapi Soonyoung menghalanginya.
“Jangan mendekat.”
Jihoon terhenti ketika Soonyoung menghadangnya.
“Wah sakit ya lo?”
Soonyoung terdiam.
“Lo beneran sakit? Harusnya elo di rumah sakit jiwa bukan malah berkeliaran di sini.”
“Saya ga sakit.”
“Lo sakit. Lo ngapain masih ngejar-ngejar orang yang udah bersuami?”
“Kalo aja kakak kamu gak dateng, mungkin sekarang Jeonghan udah jadi punya saya.”
Jihoon tersenyum miring. “Sakit lo.”
“Saya gak sakit, Jihoon.”
“Heh, Kwon Soonyoung Lo harusnya sadar dong kalo kak Han gak bakal mau sama lo. Mana mau dia sama laki-laki kasar kayak lo? Hah? Dan gue bilangin sama lo ya, mendingan lo berobat karena kalo lo kayak gini gue pastiin lo akan tua membusuk sendirian.” Ucapan Jihoon membuat Soonyoung terdiam, ini Jihoon gunakan untuk memberi aba-aba pada Jeonghan agar berjalan pelan, dan sinyal itu Jeonghan tangkap. Ia berjalan pelan menjauhi Soonyoung masih belum merespon.
“Lo bahkan buat Athan takut sama lo. Jadi lo masih ngarep kak Han bakal mau sama lo?” Tanya Jihoon sambil menarik perhatian Soonyoung sambil Jeonghan berjalan pelan menjauhi Soonyoung.
“Kasih ke gue si Athan.” Ucap Jihoon, Soonyoung tersadar bahwa Jeonghan sudah berada jauh di depannya.
“Han?”
“Sun, aku mohon jangan sakitin Athan.”
“Kasih ke gue. Cepet. Atau Lo mau gue panggilin polisi karena udah bikin gak nyaman disini?”
Soonyoung masih enggan memberikan Athan pada Jihoon. Dan di saat yang sama, Seungcheol datang bersama Seokmin—Jeonghan juga menghubunginya.
“Soon, kasih ke gue ya Athan nya. Dia nangis daritadi.” Ucap Seokmin sambil berjalan pelan-pelan ke arah Soonyoung.
“Gak. Gue gak akan pernah kasih Athan ke kalian, dia anak gue.”
“Oke Athan anak lo, tapi kalo lo sayang sama Athan lo jangan bikin dia nangis.”
“Athan.” Soonyoung baru tersadar saat melihat Athan menangis. Ia buru-buru memeluk erat Athan agar tidak menangis lagi.
Seokmin mengajak Jihoon berjalan mendekat ke arah Soonyoung yang kembali lengah. Dibelakang Seungcheol mencoba menenangkan Jeonghan.
“Kasih ke Jihoon ya, soon?” Soonyoung masih memeluk erat Athan.
Jihoon mengambil tangan Athan, lalu Seokmin dengan cepat menyuntikkan suntikan berisi obat tidur ke Soonyoung. Soonyoung terjatuh, dan untungnya Athan berhasil Jihoon ambil.
“Mas Cheol, boleh minta tolong bantu angkat?” Seungcheol dengan sigap membantu Seokmin mengangkat tubuh Soonyoung.
“Seok, itu oke?” Tanya Jeonghan
“Oke kak, itu yang biasa gue kasih ke dia kalo dia ngamuk.”
. . . . . . . . .
“Jadi sebenarnya Soonyoung kenapa?” Tanya Jihoon.
Seokmin dan Jeonghan saling berpandangan, lalu Jeonghan mengangguk pada Seokmin.
“Jadi Soonyoung mengidap fear of abandonment.” Ucap Seokmin
“Itu apa?” Tanya Seungcheol
“Itu trauma mas, trauma masa lalu dimana pengidapnya takut akan kehilangan seseorang.”
“Dia pernah ditinggalin?”
“Soonyoung dulu pernah punya orang yang akan dia nikahin, namanya Lee Chan. Seminggu sebelum menikah, Chan meninggal karena kecelakaan sama Soonyoung. Harusnya mereka dipingit, tapi Soonyoung maksa untuk ketemu saat itu. Dan ya kecelakaan terjadi, Chan meninggal ditempat sedangkan Soonyoung dia koma beberapa bulan. Setelah dia bangun, yang dia cari ya Chan. Sebelum Chan juga pernah sama seseorang, dia meninggal juga tapi kalau yang dulu karena si orang itu sakit keras jadi emang ga bisa di tolong.”
Jihoon terdiam, ia menyesal sudah berkata kasar pada Soonyoung tadi. Lalu ia pamit untuk melihat keadaan Soonyoung.
“Gue ga tau kalo lo serapuh ini. Maaf Soonyoung, maaf.” Jihoon mengelus sebentar tangan Soonyoung tapi kemudian ia tarik kembali karena ia tidak ingin mengganggu Soonyoung, tapi saat akan pergi Soonyoung menarik tangannya dengan keadaan mata terpejam.
“Jangan pergi, jangan tinggalin aku.” Igau Soonyoung, akhirnya Jihoon menetap di sana dengan tangan yang masih Soonyoung genggam.
Di depan kamar, ada seseorang yang memperhatikan mereka, lalu orang itu menutup kembali pintu kamar dan pergi.