rooftop

“Sayang?”

Hao menoleh dan mendapati Mingyu di depan sana, ia berlari kecil menuju kekasihnya dan langsung memeluknya.

“Gu.”

“Gak dingin disini?”

“Dingin banget, kamu kenapa lama banget sih? Kemana aja? Godain cewek-cewek itu pasti ya?”

Mingyu tersenyum, ia mengeratkan pelukannya. “Aku beli cincin, sayang.”

“Buat apa?” Tanya Hao saat pelukan mereka terlepas

“Buat ngelamar kamu lah.”

“Kenapa repot-repot sih gu?”

“Aku gak repot sama sekali sayang, cuma cincin aja.”

Mingyu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, ia membuka kotak beludru yang tadi ia beli.

“Hao, aku mungkin gak bisa romantis kayak yang lain tapi aku berusaha untuk bersikap manis ke kamu. Mungkin juga aku gak bisa kasih kamu dunia dan isinya tapi aku berusaha untuk jadi dunia kamu.”

“Hao, kamu mau gak nikah sama aku? Jadi guling aku? Jadi alarm aku? Jadi orang yang nyiapin keperluan aku?”

“Kamu mau jadiin aku suami atau pembantu sih?”

“Yaelah yank, aku dah serius ini. Kenapa kamu ngambil poinnya begitu.”

Hao tertawa, lalu ia mengelus lembut pipi Mingyu. “Aku mau gu. Mau nikah sama kamu, mau jadi guling kamu, mau jadi alarm kamu, mau jadi orang yang nyiapin keperluan kamu.”

Mingyu memeluk Hao dengan erat. “Makasih sayang. Aku bilang makasih walaupun aku tau kamu gak bakal nolak.”

“Nyebelin.”

Mingyu tertawa. “Aku pakein ya?”

Hao menyerahkan jemarinya pada Mingyu.

“Love you, gu.”

“Love you too, sayangnya gu.”

Lalu dibawah terangnya cahaya rembulan, bibir keduanya saling bertaut.