pertemuan pertama – soonhoon
Jihoon memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian karena Seungcheol sangat-sangat sibuk. Setelah memberitahu Seungcheol tentang rencananya, ia pergi menuju halte bus terdekat dari hotel tempat mereka menginap.
Bukkkkkkkk trakkkk
Handphone Jihoon terjatuh dan tidak sengaja terinjak oleh orang yang menabraknya.
“Shit.” Umpat Jihoon
“Sorry, saya gak sengaja.”
Orang Indonesia
“Mana ada orang sengaja jatohin hape orang, terus sengaja di injek?”
“Iya maaf, saya bakal ganti rugi.”
“Lain kali hati-hati mas. Yang jalan gak cuma lo.”
“Sekali lagi saya minta maaf. Ini kartu nama saya, kamu boleh hubungin nomor saya dan minta ganti rugi. Saya buru-buru.” Saat orang itu akan pergi, Jihoon menahannya.
“Kenapa gak sekarang? Gue ga bisa ngapa-ngapain nih kalo gak ada handphone.”
“Tapi saya lagi buru-buru.”
“Tapi gue juga ga bisa ngapa-ngapain kalo ga ada handphone.”
Orang itu mendesah kesal.
“Okay, lagian kamu ngapain jalan sendirian? Mama papa kamu mana?”
“Ngapain sih lo nanya-nanya papa mama gue? Baru ketemu dah mau ketemu mama papa gue.”
“Astaga gak gitu, maksud saya kenapa SMP ditinggal sendirian di sini?”
Jihoon menganga lebar.
“Siapa yang elo maksud anak SMP?”
“Kamu. Kan saya lagi ngomong sama kamu.”
“Gue bahkan bisa ya tebalikin badan lo. Gue umur 27 tau.”
“Oh maaf, saya kira kamu....”
“Body shimming lo, mentang-mentang badan gue pendek Lo pikir gue bocah? Yang badannya gede belom tentu tua.”
“Iya-iya saya minta maaf.”
“Minta maaf mulu.”
“Iya saya minta maaf mulu. Sekarang bisa kita ke urusin handphone kamu? Saya buru-buru.”
“Yaudah ayo.”
. . . . . . . . . .
Jihoon dan orang itu sudah mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
“Udah kan? Saya pergi.”
Lagi-lagi Jihoon menahannya.
“Apa lagi?”
“Traktir gue makan juga dong.”
Orang itu memutar bola matanya jengah.
“Saya buru-buru, oke? Saya kasih uangnya aja kamu makan sendiri.”
Jihoon tidak mendengarkan ucapan orang itu, tapi ia malah menarik tangan orang itu masuk ke salah satu restoran, dimana ada diskon untuk setiap pasangan.
“We're a couple.”
Sang pelayan pun mempersilahkan Jihoon dan orang itu duduk.
“Hey, kamu gak bisa seenaknya gini dong.”
“Gue laper.”
“Saya bisa kasih kamu uangnya tanpa harus ngajak saya kesini.”
“Ada diskon untuk pasangan.”
“Kita bukan pasangan?”
“Bawel banget sih, gue laper tau.”
Orang itu terlihat sangat frustasi, ia membuka handphonenya dan mengetikkan sesuatu di sana.
“Nama lo siapa?”
“Soonyoung.”
“Gue Jihoon.”
“Saya gak tanya dan gak mau nanya.”
“Lo orang Indonesia?” Tanya Jihoon tanpa memperdulikan ucapan Soonyoung
“Menurut kamu?”
“Berarti sama, gue juga orang Indonesia.”
Soonyoung tidak menanggapi ucapan Jihoon, ia masih sibuk menghubungi seseorang.
“Sibuk banget sih, kasih kabar ke pacar lo ya?”
Soonyoung menutup handphonenya. “Bukan urusan kamu.”
“Yaelah, kasian banget sih orang yang sama lo.”
Soonyoung menaikkan alisnya.
“Lo dingin gini, kek sop buah. Lo tau sop buah? Manis tapi dingin.”
Soonyoung melipat kedua tangannya di dadanya.
“Jadi menurut kamu, saya manis?”
Jihoon tergagu.
“Emangnya kamu pernah jilat saya? Sampai kamu tau kalau saya manis. Atau kamu mau jilat saya?”
Wajah Jihoon memerah seketika.
“Apasih lo, gak jelas banget. Gue ngomong apa Lo bahasnya apa.”
Soonyoung tersenyum mengejek. “Kayaknya apa yang saya omongin bener, kamu kepikiran mau jilat saya.”
“Aneh. Lo aneh banget sumpah.”