pamit.

Setelah keluar dari ruangan Seungcheol, Jisoo berjalan menuju ruang kerja anak buahnya.

“Mingyu, gue boleh minta tolong ambilin kerdus bekas yang masih layak buat barang-barang gue gak?”

“Lah, emang bapak mau kemana?”

“Ambilin dulu, nanti gue jelasin. Ambil 2/3 ya. Barang gue banyak.” Mingyu langsung bergegas, ia juga mengajak hansol untuk membantunya.

Di ruangan itu, semuanya menatap Jisoo penuh tanya. Bahkan Minghao yang notabenenya sekretarisnya saja tidak tau Jisoo akan kemana.

Beberapa menit kemudian Mingyu dan Hansol muncul dengan kerdus yang mereka bawa.

“Oke, jadi gue bakal ngasih pengumuman buat semuanya.”

Jisoo menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. Ia sempat mendongakkan kepalanya sebentar untuk menahan air matanya.

“Hari ini, hari terakhir gue kerja disini. Hari terakhir jadi manager kalian.”

“Pak.....” Hao sempat memotong pembicaraan Jisoo. Jisoo memintanya untuk mendengarkannya terlebih dahulu.

“Gue ada masalah sama bos besar. Dan gue tau, ini sama sekali gak profesional di dunia kerja. Tapi masalah ini cukup bikin gue muak sama semuanya. Kecuali kalian.”

“Gue harap, dengan ada atau tidak adanya gue kalian tetap kerja yang bener. Jangan males-malesan. Jangan bikin bos besar marah dan jangan bikin kesalahan apapun. Gue tau kalian anak-anak baik, please jangan bikin nama gue jelek karena masalah apapun.”

Lalu Jisoo mempersilahkan mereka berbicara.

“Kenapa mendadak pak?”

“Masalah gue sama bos besar juga mendadak. Tadinya gue mau one month notice tapi karena satu dan lain hal gue harus percepat kepergian gue.”

“Pak, jangan tinggalin kita.” Ucap Seungkwan yang sepertinya sudah akan menangis.

“Sorry Kwan, ini udah keputusan gue. Maaf kalo gue terlalu mendadak.”

“Oke kalo ga ada yang mau di omongin lagi, balik kerja. Gue mau beberes. Wonwoo, ikut gue ya?” Wonwoo mengangguk. Ia mengikuti Jisoo menuju ruangan Jisoo.

Jisoo mulai memasukkan barang-barangnya dan tentu Wonwoo membantunya.

“Won?”

“Iya pak?”

“Kalo gue pergi, kemungkinan lo yang bakal naik.”

Gerakan tangan Wonwoo terhenti. “Apa saya pantes pak?”

“Pantes lah, lo andalan gue disini. Gue juga udah kasih rekomendasi ke atas biar elo yang naik. Bukan maksud gue ga percaya sama yang lain, tapi elo yang udah lama kerja sama gue. Lo ikutin cara kerja gue dimana Seungcheol suka itu.”

“Pak maaf, tapi apa boleh saya tau apa yang menyebabkan bapak keluar tiba-tiba gini?”

Jisoo tersenyum. “Seungcheol selingkuh sama Jeonghan. Mereka ngakunya karena di jodohin. Gue sih ga munafik ya won, gue ga bisa liat orang yang gue sayang malah sama orang lain.”

“Maaf pak, saya bikin bapak sedih.”

“Gapapa, tapi cukup elo aja yang tau. Jun juga kalo bisa jangan tau ya, kalo lo keceplosan ya gapapa cuma sebisa mungkin jangan ada yang tau.”

“Saya pasti bakal simpan rahasia ini pak.”

Jisoo tertawa. “Kaku banget. Santai aja lah. Gue udah bukan atasan lo.”

“Bapak tetap panutan saya.”

“Hahaha ngaco. Bantuin gue cari taksi bisa won?”

Wonwoo mengangguk. “Saya pesan dulu pak.”

Saat sedang mengemasi barang-barangnya, pintu ruangan Jisoo terbuka dan ada Seungcheol di sana.

“Soo, kamu gak bisa pergi gitu aja. Tolong kasih aku satu kesempatan.”

“Basi, madingnya udah siap terbit.” Jawab Jisoo tanpa menoleh.

“Soo, please.”

“Pak, nama saya Joshua.”

Wonwoo yang merasa ada ditengah-tengah prahara dia ijin untuk keluar, dengan alasan kalau taksi yang ia pesan sudah sampai—padahal belom.

Saat Wonwoo keluar, tinggallah Seungcheol dan Jisoo.

“Aku bakal bilang sama mama papa. Kalo aku bakal nikahin kamu.”

Jisoo menghentikan kegiatannya. “Seungcheol, elo ga bisa seenaknya gini dong. Lo permainin perasaan gue sama Jeonghan. Lo ga tegas banget jadi cowok.”

“Udah, mendingan elo sama Jeonghan aja. Gak usah lo pikirin gue. Emang waktu lo make out sama Jeonghan lo inget gue?”

“Jisoo, aku mohon.”

Brakkkkk

Jisoo membanting map besar di hadapannya.

“Udah berapa kali gue bilang, nama gue Joshua. Joshua Hong.”

Sebelum Seungcheol bersuara kembali, Wonwoo sudah di sana.

“Pak Jisoo, taksinya udah sampai.”

Jisoo mengangguk. “Bantuin gue bawa ke sana won.”

Wonwoo langsung membawa 2 kerdus sekaligus, dan langsung pergi. Sebelum beranjak Jisoo berhenti di depan Seungcheol.

“Semua yang lo kasih, gue kembaliin. Makasih buat 5 tahunnya Seungcheol. Makasih buat memory jelek yang elo kasih ke gue. Semoga elo bahagia dengan pilihan lo sekarang. Gue pamit.”

Dan yang Seungcheol tidak tau adalah itu hari terakhir ia melihat Jisoo.