Pagi harinya mata Jeonghan bengkak akibat menangis semalaman. Tapi setelah dipikir-pikir, ia dan Seungcheol masih dalam hubungan yang bisa dibilang sangat sebentar, tapi Seungcheol sudah ingin melamarnya. Itu artinya Seungcheol sangat serius dengannya. Dan ia rasa kesempatan kedua tidak selalu datang untuknya.

“Engga, gue ga bisa kehilangan Cherry.”

Jeonghan mengambil tasnya dan langsung memesan taksi online untuk mengantarnya ke rumah Seungcheol.

“Kak, mau kemana? Kok buru-buru banget?” Tanya mamanya yang melihat Jeonghan tergesa-gesa.

“Aku mau ke rumah Seungcheol ma, maaf kalo aku egois tapi aku bener-bener gak bisa kalo ga sama dia.” Ucap Jeonghan

Jeonghan pikir mamanya akan memarahinya, tapi mamanya malah tersenyum. “Kak, kamu udah gede. Kamu udah bisa bedain mana yang bener dan engga. Mama akan selalu dukung setiap pilihan kamu.”

“Mama, makasih banget. Tapi maaf Han harus pergi sekarang.” Jeonghan sempat memeluk mamanya sebentar sebelum akhirnya pergi.

Skip time.

Jeonghan mengetuk pintu rumah Seungcheol beberapa kali sampai akhirnya mama Seungcheol yang membukakannya.

“Eh Jeonghan, pagi-pagi bener datengnya? Mas kayaknya belum bangun deh.”

“Iya Tante, maaf ya. Aku ada urusan penting sama Seungcheol.”

“Iya gapapa, bangunin sana mas mu.”

Jeonghan mengangguk. “Jeonghan masuk ya Tante.” Jeonghan langsung melesat ke kamar Seungcheol.

Tok tok tok tok

“Masuk.” Ucap Seungcheol dari dalam. Dengan perlahan Jeonghan membuka pintu itu.

Seungcheol terkejut melihat Jeonghan di sana. “Mau ngapain lagi kamu?”

“Cherry?” Jeonghan sedih karena Seungcheol sangat dingin padanya. Bukan seperti Cherry nya yang biasa.

“Aku lagi mau diganggu, kamu pulang dulu aja.” Ucap Seungcheol tanpa melihat Jeonghan.

Tapi Jeonghan tidak menuruti perkataan Seungcheol, ia malah mendekat dan memeluk Seungcheol.

“Cherry, maaf. Maaf sempet ga percaya sama kamu. Aku tau kamu marah, tapi maafin aku. Aku ga mau putus sama kamu, aku sayang banget sama kamu.” Ucap Jeonghan

Seungcheol tidak membalas pelukan Jeonghan. Tapi ia tetap mendengarkan perkataan Jeonghan.

“Aku udah ga perduli lagi sama Jun, aku mau sama kamu. Aku ga perduli dia nyuruh kita putus atau di kecewa sama aku. Aku mau nya sama kamu. Aku gapapa ga punya adek tiri, tapi aku ga mau kalo ga punya kamu.”

“Bener gapapa kalo gak sama Jun?” Tanya Seungcheol

Jeonghan mengangguk. “Jun ga sayang sama aku, Cherry yang sayang sama aku.”

Seungcheol menahan senyumnya. Berr, bisa berhenti lucu gak?

“Bener mau nikah sama aku?”

“Bener.”

“Tapi kalo udah nikah aku ga izinin kamu ketemu Jun, gapapa emangnya?”

Jeonghan mendongak menatap Seungcheol. “Gapapa, tapi izinin aku ketemu mama papa.”

Bagaimana Seungcheol bisa menahan semua ini? Jeonghan terlalu lucu di matanya.

Seungcheol membalas pelukan Jeonghan. “Berr, kamu lucu banget sih. Mau gigit aku jadinya.”

“Cherry udah maafin aku? Kita balikan kan?”

Seungcheol melepaskan pelukannya, kemudian ia menangkup wajah Jeonghan. “Aku maafin karena kamu lucu. Aku mau balikan sama kamu karena aku juga masih sayang banget sama kamu.” Kemudian dikecupnya bibir Jeonghan.

Jeonghan menyengir senang, dan kemudian memeluk Seungcheol. Senang karena ia dan Seungcheol bisa kembali bersama, walaupun ada yang harus ia korbankan. Dek, maafin kakak ya.

Kemudian keduanya terdiam, dengan saling memeluk erat.

“Cherry?”

“Hm?”

“Mau dicium.”

Seungcheol tertawa dan langsung menuruti kemauan Jeonghan. Posisi keduanya saat ini sudah terduduk di atas ranjang Seungcheol, dengan bibir yang terus melumat satu sama lain. Jeonghan menahan kepala Seungcheol agar terus memakan bibirnya, sesekali satu tangannya mengelusi lengan Seungcheol.

Posisi seperti itu cukup membuat kepala Seungcheol pegal, akhirnya ia memindahkan Jeonghan untuk duduk dipangkuannya. Jeonghan terus bergerak dan beberapa kali mengenai kejantanan Seungcheol yang masih terbalut oleh celananya.

“Cherry, kalo mau lebih boleh.” Lampu hijau yang Jeonghan berikan tidak Seungcheol sia-siakan. Saat itu baru pukul 9 pagi, tapi keduanya sama-sama tidak perduli dengan suara mereka yang mungkin akan terdengar sampai keluar.

Skip time.

Jeonghan terbangun lebih dulu, ia merasakan nyeri di bagian belakangnya. Di belakangnya juga ada Seungcheol yang masih tertidur. Kemudian ia mengambil ponselnya untuk mengecek jam dan ternyata sudah jam 1 siang, pantas saja perutnya keroncongan karena ia belum sarapan tadi pagi.

Kemudian ia melihat sekeliling kamar Seungcheol, lumayan besar untuk ditinggali sendiri. Lalu matanya teralih pada sesosok makhluk bulu putih di sudut ruangan yang sedang menatap ke arahnya.

“Kkumma?”