“Eunghhhh.” Seungcheol merenggangkan ototnya. Ia melirik ke arah Jeonghan yang ada di sampingnya.
“Bangun daritadi?”
Jeonghan menaruh ponselnya dan menoleh ke arah Seungcheol yang masih memejamkan matanya.
“Iya bangun dari tadi, ini bapak udah bangun belum sih?”
Seungcheol yang masih memejamkan matanya tersenyum. “Udah, tapi mata saya lengket.”
“Tapi kita harus kerja kan pak.”
“Gak ada jadwal penting kan hari ini?”
“Seinget saya sih gak ada pak.”
Seungcheol kembali memeluk Jeonghan. “Tidur lagi ayo, kita ke kantor siangan aja.”
“Ih gak mau ah, saya mau mandi. Lengket banget nih.”
“Nanti aja, bareng saya.”
“Gak mau, nanti bapak ngajakin saya yang iya-iya lagi. Kamar mandi saya kecil pak.”
Seungcheol tertawa. “Yang iya-iya itu apa?”
“Gak tau.” Jeonghan menyembunyikan wajahnya di dada Seungcheol. Wajahnya memerah.
“Yang semalem, terima kasih ya Jeonghan.”
Jeonghan makin malu. Ia makin mengubur dirinya di pelukan Seungcheol.
“Saya senang, bisa ngerasain kamu dalam keadaan sadar.”
“Pakkk.”
“Kenapa?”
“Jangan dibahas ah.”
“Loh kenapa?”
“Saya malu tau.”
Seungcheol kembali tertawa. Lalu ia mengecup kening Jeonghan.
“Pak?”
“Hm?”
“Ini kita gakpapa ya pak?”
“Gapapa gimana?”
“Ya kayak gini.”
“Gini gimana?”
“Ih bapak mah.”
“Loh saya gak ngerti kamu bicara apa.”
“Maksud saya, kita gapapa ya selingkuh kayak gini?”
“Selingkuh? Kita gak selingkuh Jeonghan, saya sama Taeyong memang di jodohkan tapi kita gak ada hubungan apapun. Jadi kita gak selingkuh, dan kamu bukan selingkuhan saya.”
“Tapi kalo mas Taeyong mikirnya yang lain gimana pak?”
“Biarin aja, dia itu masih kecil jadi dia berpikir kalau saya baik ke dia berarti dia pacar saya.”
“Tapi bapak cium dia.”
“Dia duluan.”
“Saya boleh gak larang bapak ciuman sama dia?”
“Kamu mau larang saya?”
“Saya kan nanya pak.”
Seungcheol tertawa. “Boleh, Jeonghan. Kamu boleh larang saya.”
“Walaupun kita gak ada hubungan?”
“Walaupun kita gak ada hubungan.”
Jeonghan mengeratkan pelukan mereka. Mengecupi dada bidang Seungcheol.
“Jeonghan?”
“Hm?”
“Lagi, yuk.”
Hah