'Night'
Setelah mendapat lampu hijau dari Jeonghan, Seungcheol tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Ia langsung membubuhkan tanda kemerahan di leher lawannya itu. Ada beberapa tanda yang ia torehkan di sana. Membuat sang empu mengerang nikmat sekaligus sakit yang secara bersamaan.
Ngghhhh
Lagi-lagi lenguhan Jeonghan keluar begitu saja dari mulutnya.
“Keluarin aja suaranya, mas mau denger Han manggil nama mas.”
Seperti disuruh, Jeonghan langsung mengeluarkan suara-suara yang mampu membangkitkan gairah Seungcheol. Seungcheol sudah membuka seluruh kancing piyama Jeonghan. Lalu mengecup kedua gundukan kecil itu dengan bergantian.
“Mas Cheol—nghhh.”
“Ya sayang?”
“Lagi—AKHHH.” Jeonghan terkejut ketika secara tiba-tiba Seungcheol menggigit salah satu putingnya.
“Pelan-pelan aja mas, Han masih disini kok.” Ucap Jeonghan sambil menangkup wajah Seungcheol.
“Kasih tau mas ya sayang kalo mas terlalu kasar.”
Jeonghan mengangguk. Lalu ia menekan lagi kepala Seungcheol agar meraup putingnya lagi. Seungcheol dengan senang hati melakukan itu.
Jeonghan mendongakkan kepalanya, menikmati jilatan demi jilatan di dadanya.
“Biar mas aja.” Ketika Seungcheol melihat Jeonghan akan memilin puting satunya lagi.
“Kamu tinggal nikmatin apa yang mas lakuin. Jangan ngelakuin apa-apa ya?”
Wajah sayu Jeonghan merona ketika mendengar ucapan Seungcheol. Jeonghan benar-benar diperlakukan dengan lembut oleh Seungcheol.
Dengan mulut yang terus-terusan mengerjai puting Jeonghan serta tangan yang memilin puting satunya, Seungcheol semakin gencar ketika Jeonghan terus-menerus menekan kepalanya. Itu artinya Jeonghan meminta lebih lama ia di sana.
Tiba-tiba saja Jeonghan bisa merasakan tangan Seungcheol yang semula di putingnya bergerak turun menuju bagian bawahnya. Sedangkan Jeonghan bisa melihat Seungcheol masih setia di dadanya. Seakan-akan tidak memperdulikan tangannya yang sudah memegang kendali di bagian bawah Jeonghan yang masih tertutup celana.
“Mas pegang boleh ga, sayang?”
Lagi-lagi Jeonghan tersihir oleh mulut manis Seungcheol. Jeonghan mengangguk—ia bahkan membuka kakinya agar Seungcheol lebih leluasa melakukan sesuatu di bawah sana.
“Anghhhh—.” Jeonghan melenguh ketika tangan Seungcheol menggenggam kejantanannya. Dengan perlahan Jeonghan bisa merasakan kalau tangan Seungcheol bergerak naik-turun di sana.
Jeonghan menatap Seungcheol yang menatapnya juga. Jeonghan bisa melihat ada kilatan nafsu di mata laki-laki yang lebih tua darinya itu.
“Mas—anghhhhh.” Belum selesai dengan kejantanannya, Seungcheol sudah memasukkan jarinya ke dalam lubang ketat milik Jeonghan. Jeonghan merasa tegang, karena ini pertama kalinya ia merasakan ada yang membelai pinggiran lubangnya.
“Sakit?”
Jeonghan mengangguk. “Aneh juga mas.”
“Sayang, tahan sedikit bisa kan? Mas musti buka jalannya dulu. Kalo engga, nanti mas gak bisa masuk.”
“Sakit banget?”
“Dikit, gigit mas aja. Mau?”
Jeonghan mengangguk. Sedangkan Seungcheol langsung memberikan bahunya untuk di gigit oleh Jeonghan.
Arghh Seungcheol bisa merasakan bahunya perih karena gigitan Jeonghan—yang artinya Jeonghan jauh lebih sakit.
“Maaf, sayang.”
“Lanjut aja mas, aku masih bisa tahan.”
Katakanlah Seungcheol aneh, dulu sewaktu melakukan malam pertama dengan Rachel ia tidak selembut itu, karena ya dia tau kalau ia bukan orang pertama yang masuk—karena ia bisa merasakan milik Rachel yang sudah ada jalur masuknya.
“Titipan mas dibeliin gak?”
Jeonghan mengangguk. “Ada di laci, mas.”
Seungcheol mengambil lubricant itu dengan cepat, lalu membuka tutupnya dan menuangkan cairan itu ke jarinya. Setelah dilihat sudah cukup, Seungcheol kembali menerobos masuk lubang sempit Jeonghan.
Jeonghan agak berjengkit ketika satu jari Seungcheol masuk, dan ketika Seungcheol mulai akan memasukan jarinya yang lain.
“Awwwwww—.”
Jeonghan merasakan perih di lubangnya. Apalagi ketika satu jari Seungcheol kembali menerobos masuk.
“AWWWWWW—” Jeonghan memukul lengan Seungcheol pelan. “Sakit, mas.”
“Maaf sayang, mas udah gak tahan.”
Saat ini dua jari Seungcheol sudah bertengger di lubang Jeonghan. Ia memaju-mundurkan jarinya—sesekali ia melakukan gerakan menggunting di sana.
“Sayang, kalo udah enak bilang ya?”
“I—nghh—ni ud—ahhh luma-yan-arghhh mashhh.” Seungcheol terkekeh ketika ia sengaja mempercepat jarinya dan itu berefek besar untuk Jeonghan.
“Sayang, coba kamu ikutan gerak.”
“Gerak gimana?”
“Berlawanan sama mas.”
Jeonghan pun menurut. Ketika Seungcheol sedikit mengeluarkan jarinya, Jeonghan maju untuk memakan kembali jari itu dan ketika Seungcheol maju, Jeonghan bergerak mundur. Mereka melakukan itu sampai Jeonghan merasakan akan mengeluarkan sesuatu dari kejantanannya.
“Mas—nghh—aku ma-uuu—nghhh—.”
“Mau apa sayang?”
“Pi—pishhh.” Tapi Seungcheol tidak menghentikan kegiatannya ia bahkan mempercepat tempo gerakan jarinya.
“Mashhh—.” Jeonghan merengek meminta Seungcheol berhenti sejenak. Tapi Seungcheol tidak melakukan itu.
“Keluarin aja, sayang.”
Seungcheol makin gencar, ia bahkan sedikit melakukan gerakan menggaruk di dalam lubang Jeonghan.
Ketika Jeonghan berteriak...
“MASSSSS SEUNGCHEOL—AHHHHH.” Baru Seungcheol berhenti. Seungcheol bahkan baru sadar kalau ia belum membuka bajunya tapi bajunya lebih dulu terkena cairan yang Jeonghan keluarkan.
“Mas mah, jadi kena kan.” Saat Jeonghan akan bangkit untuk mengambil tissue, Seungcheol menahannya.
“Gapapa, kan mau dibuka juga.” Seungcheol membuka seluruh pakaiannya sampai ia bertelanjang bulat di depan Jeonghan.
Jeonghan menatap lapar ke arah Seungcheol. Lalu ketika Seungcheol mendekat, ia mencoba menyentuh tubuh Seungcheol—tapi ditahan oleh Seungcheol.
“Mas, udah diri banget sayang. Sakit. Memangnya nanti aja ya?”
Jeonghan merona, ia tertangkap basah menatap lapar Seungcheol.
Tanpa menunggu jawaban Jeonghan, Seungcheol sudah melumuri kejantanannya dengan lubricant dan sudah siap masuk ke dalam lubang Jeonghan.
“Mas, masuk ya?” Jeonghan mengangguk. Ia berpegangan lada lengan kekar Seungcheol. Menancapkan kuku-kukunya di sana. Jeonghan menahan nafasnya ketika kejantanan Seungcheol yang lebih besar darinya menerobos masuk.
“Sial, cepet banget nutupnya ini lubang.” Batin Seungcheol.
“Tahan, sayang, tahan.”
“ARGHHHH.” Jeonghan berteriak ketika sekali tumbuk kejantanan Seungcheol masuk ke dalam miliknya.
Keduanya saling bertatapan, lalu Seungcheol mencium bibir Jeonghan guna untuk mengalihkan rasa sakitnya. Ia bahkan harus menahan sakit ketika harus berdiam diri terlebih dahulu—karena Jeonghan lebih sakit.
Setelah dirasa Jeonghan sudah merasa lebih baik, Seungcheol menggerakkan pinggulnya dengan ritme sedang. Sambil mencari-cari sweet spot milik Jeonghan.
Jarinya tidak ia biarkan menganggur, ia memilin-milin kedua puting Jeonghan—untuk menyamarkan sakit yang berlebihan.
Rintihan sakit dari Jeonghan lama-kelamaan berubah menjadi rintihan nikmat. Jeonghan juga tidak tau, kalau ternyata berhubungan badan senikmat ini.
Seungcheol menarik Jeonghan agar menaiki dirinya. Posisinya saat ini keduanya sama-sama duduk dengan Jeonghan yang berada di atas Seungcheol.
“Ouuuuuu—” Jeonghan merasakan kejantanan Seungcheol semakin dalam di dalam dirinya.
“Mas—.” Jeonghan susah payah memanggil Seungcheol karena dirinya terus terlonjak-lonjak dan selalu saja suara desahan yang keluar dari mulutnya.
“Ya sayang?”
“Enak—mashhh ngghhhh.” Jeonghan memeluk Seungcheol—menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungcheol yang sesekali ia kecup dan ia tinggalkan beberapa tanda kemerahan.
Seungcheol sendiri tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia menggigit gemas bahu mulus Jeonghan yang sudah banyak tanda merahnya.
“Mas, aku mau keluar lagi.”
“Keluarin aja sayang—nghh.” Lubang Jeonghan seperti memakan semua kejantanannya.
Jeonghan merasakan pusing di kepalanya—pusing karena kenikmatan yang Seungcheol berikan padanya.
“Ahhhhhhhhhh—” lagi-lagi cairan Jeonghan mengenai tubuh Seungcheol. Padahal Seungcheol belum memegang kejantanan Jeonghan dalam waktu yang lama tapi Jeonghan sudah 2x keluar.
Seungcheol kembali membaringkan tubuh Jeonghan yang terengah-engah.
“Mas, belum keluar-keluar.”
“Dikit lagi sayang. Kakinya jepit pinggul mas ya.”
Jeonghan mengapit pinggul Seungcheol, menekannya dengan sisa-sisa tenaganya. Sehingga, kejantanan Seungcheol lagi-lagi semakin dalam di dalamnya. Tapi itu yang membuatnya menjadi nikmat.
Dengan keras Seungcheol menumbuk Jeonghan. Ia menekan dua sisi kepala Jeonghan—kepalanya terdongak ke atas ketika ia merasakan lagi-lagi lubang Jeonghan menghisap kejantanannya.
“Ah ah ah ah ah ah.” Suara Jeonghan makin menggema di ruangan yang tidak tertutup itu—untung saja apartemen Seungcheol kedap suara kalau tidak mungkin sekarang mereka sudah di grebek tetangga sebelah.
“Sayang, mas keluar.”
Jeonghan juga makin menggerakkan pinggulnya dengan cara berlawanan dengan Seungcheol. Ia bisa merasakan kejantanan Seungcheol yang membesar di sana. Tangan Seungcheol yang sedang mengocok kejantanan Jeonghan bahkan mulai mengikuti ritme gerakan keduanya.
“Mas Seungcheol—mas Seungcheol—ah ah ah—aaaaa mas Seungcheol—.”
“MAS SEUNGCHEOL/RACHEL.”
Seungcheol terjatuh di atas tubuh Jeonghan. Sedangkan Jeonghan, ia merasakan sakit dua kali lipat. Di dada dan tubuhnya.