ngedate...
Seokmin mematikan mesin mobilnya ketika ia sudah sampai di depan rumah Jeonghan. Sedikit merapihkan penampilannya, kemudian ia keluar dari mobilnya. Di depan Jeonghan sudah menunggunya.
“Rapih banget.” Ujar Jeonghan sambil membukakan gerbang rumahnya.
“Masa mau ngedate ga rapih.” Jeonghan tertawa, lalu keduanya masuk ke dalam rumah Jeonghan.
“Papa mama lo ada kan kak?”
Jeonghan mengangguk. “Bentar ya Seok, lo duduk aja dulu.” Seokmin pun duduk di sofa ruang tamu Jeonghan, sambil menunggu Jeonghan yang memanggil kedua orang tuanya.
“Pa, ma, ini Seokmin temen kakak oh ya temennya soon juga.” Seokmin bangun dan menyalami tangan kedua orang tua Jeonghan.
“Duduk nak Seokmin.” Papa Jeonghan ikut duduk dengan Seokmin.
“Bikinin minum sana kak.” Ucap mama Jeonghan
“Oh ya lo mau minum apa Seok?” Tanya Jeonghan
“Kayaknya ga usah deh kak, kan mau langsung jalan aja. Om tante jadi gini saya kesini mau izin ngajak kak Jeonghan pergi, nanti sebelum jam 10 udah sampai rumah.” Ucap Seokmin
“Oh mau ngajak jalan, biasanya temennya Jeonghan mah langsung aja Seok, malah jarang ada yang pamitan gini.” Ucap mama Jeonghan
“Iya tante, gak enak saya kalo ngajak pergi tapi ga izin.”
“Yaudah boleh, tapi jangan macem-macem ya.” Jeonghan merengek ketika mendengar ucapan papanya.
Seokmin tertawa. “Siap om, saya niatnya cuma mau ngajak nonton film bukan nonton kebakaran.”
“Nah itu kak maksudnya macem-macem, masa kebakaran di tonton.” Jeonghan masa bodo dengan ucapan papanya. Ia merasa papanya dan Seokmin 11 12.
Mama Jeonghan hanya tertawa kecil. “Terus mau jalan sekarang?”
“Iya Tante, mau ambil jam 5 biar pulangnya ga terlalu malem.”
“Yaudah sana kak siap-siap.” Mama Jeonghan agak mendorong kecil tubuh anaknya.
“Bentar ya Seok, gue tinggal ambil tas sama hp.” Seokmin mengangguk. Lalu Jeonghan sedikit berlari kecil menuju kamarnya. 3 menit kemudian ia sudah siap dengan tas yang menyampir di pundaknya.
“Yaudah om tante saya sama kak Jeonghan pergi dulu.” Seokmin kembali menyalami tangan kedua orang tua Jeonghan diikuti Jeonghan melakukan hal yang sama.
“Hati-hati ya kak.” Jeonghan mengangguk menanggapi papanya.
. . . . . . . . . .
Seokmin dan Jeonghan sudah memesan tiket untuk film yang mereka pilih.
“Mau beli minum gak kak?”
Jeonghan mengangguk. “Pengen Milo dinosaurs sama popcorn asin.”
“Mba, Milo dinosaurs satu, Java tea spesial satu, sama popcorn asin yang medium satu ya.” Seokmin mengeluarkan dua lembar seratus ribu dari dompetnya.
“Silahkan kak, ditunggu ya.” Seokmin dan Jeonghan tersenyum pada kasir lalu mereka bergeser ke tempat pick up makanan.
“Kok lo mulu sih yang bayar?” Tanya Jeonghan sambil mengambil pesanan mereka.
“Emang mustinya gimana?” Tanya Seokmin
“Ya patungan aja, lagian Lo kan belum harus bayarin semuanya.” Jawab Jeonghan
“Gue gini sih kak, kalo jalan berdua sama gue selalu bill on me. Tapi kalo lo ga nyaman, kapan-kapan kita split bill aja, oke?”
Jeonghan menatap Seokmin. “Seok, Lo tuh emang sering begini ya sama orang-orang?”
“Kenapa gitu?” Tanya Seokmin sambil tertawa.
“Ya lo baik ke semua orang.”
“Baik mah harus kak, tapi gue selalu bisa bedain kok mana yang harus gue prioritasin.”
“Btw lo belum pernah cerita tentang mantan lo deh, Seok. Gue penasaran.” Jeonghan menyeruput es nya.
“Ya gitu deh kak, gue pernah pacaran sekali itu juga sama anak satu sirkel gue awalnya kita pacaran aja kayak biasa terus pas gue masuk kerja waktu gue ga terlalu banyak untuk leha-leha, kurang juga buat dia, dia mutusin karena menurut dia gue udah ga prioritasin dia.” Jeonghan mendengarkan cerita Seokmin sambil memakan popcorn nya sedikit demi sedikit.
“Tapi lo masih sering ketemu sama dia?”
“Ya kalo ngumpul, tapi kalo berdua udah ga pernah soalnya gue ga mau dia berharap lagi, soalnya gue juga udah mupusin harapan gue ke dia kak.” Jeonghan mengangguk mengerti.
“Tapi dia masih suka caper gak sama lo?”
Seokmin tertawa. “Ya gitu, paling kalo ngumpul suka minta dijemput atau di anter balik, cuma ya gue usahain ga bener-bener berdua doang makannya gue suka ajak nyong bareng.”
“Nyesel kali dia mutusin lo.”
“Iya kali, tapi yaudah mau gimana lagian gue juga udah bilang ke dia kalo udah putus ya udah gitu, balik lagi jadi temen biasa.”
Saat mereka sedang asik berbincang, suara dari informasi bioskop mengambil atensi mereka.
“Udah boleh masuk tuh Seok, yuk?” Seokmin mengangguk, lalu membantu Jeonghan membawa popcorn nya.
. . . . . . . . . . . .
21.00
Saat ini keduanya sampai di depan rumah Jeonghan, setelah menonton tadi mereka memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu dengan Jeonghan yang membayar tentu saja.
“Thanks ya Seok buat hari ini.” Ucap Jeonghan sambil melepas seat belt nya.
“Sama-sama kak. Yuk, gue mau pamitan sama papa mama lo.” Seokmin ikut membuka seat belt nya.
Tapi buru-buru Jeonghan menahannya. “Gak usah, nanti gue aja yang bilang ke papa mama, lagian jam segini kayaknya mereka udah masuk kamar.”
Seokmin mengangguk mengerti, lalu kembali memasang kembali seat belt nya.
“Seok?”
Seokmin menoleh. “Ya?” Seokmin melihat Jeonghan terlihat gugup. “Kenapa kak, hm?”
“Aneh ga sih kalo gue pengen tau lo kemana aja, sama siapa aja atau lo lagi ngapain?”
“Lo mau gue kabarin terus kak?”
Jeonghan mengangguk kecil. “Aneh ya?”
Seokmin tersenyum lebar. “Gak dong, tapi ini lo nerima kan kalo gue deketin lo?”
“Iyalah, dari pas gue bolehin soon ngasih nomor gue ke Lo juga udah gue terima.”
“Oke gini, kak Jeonghan kalo misalkan gue chat lo tiap hari dari chat random sampe serius boleh kah?”
Jeonghan mengangguk malu. “Terutama itu, Seok.”
“Apa?”
“Kalo lo mau ngumpul sama geng Lo, apalagi pas ada mantan lo. Gue boleh ga dikabarin dulu? Gue ga mau tau dari orang lain.”
Seokmin mau teriak sekarang, Jeonghan benar-benar membuatnya gemas.
“Siap banget atuh kalo itu.” Jeonghan tertawa lalu mengangguk.
“Yaudah gue masuk ya?”
Seokmin mengangguk. “Bersih-bersih dulu ya sebelum tidur.”
“Okay, lo hati-hati pulangnya ya. Kabarin kalo udah sampe.”
Seokmin bergaya hormat. “Siap bos.”
Jeonghan keluar dari mobil Seokmin, kemudian Seokmin membuka kaca mobilnya.
“Kak?”
Jeonghan menoleh. “Kenapa?”
“Jangan gemes-gemes dong, kan gue belum boleh gigit.”
Jeonghan tertawa. “Gigit aja kalo berani.” Lalu ia langsung masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Seokmin yang terpaku.
“Gila dah Yoon Jeonghan efeknya nyampe bikin panas dingin gini.”