MinShua
Jisoo melangkahkan kakinya menuju ruang kerja kekasihnya. Setelah sampai di depannya, ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Setelah diizinkan masuk, Jisoo masuk. Ia melihat kekasihnya masih berkutat di depan sebuah laptop.
“Masih sibuk, Dok?”
Mingyu menoleh karena ia tau suara siapa itu.
“Hey, dikit lagi kok. Bentar ya.”
Jisoo mengangguk, lalu ia duduk di sofa ruangan Mingyu.
“Seungcheol udah dateng ya?”
“Udah, gu.”
“Kamu udah makan yang?”
“Baru nyemil sih.”
“Burger tuh nyemil ya?”
Jisoo menatap Mingyu sinis. “Kata Jihoon iya.”
Mingyu tertawa, lalu ia menutup laptopnya. Kemudian ia masuk ke kamar mandi yang ada di sana, sekedar untuk membasuh wajahnya.
“Gu, kamu capek gak?” Tanya Jisoo ketika Mingyu sudah keluar dari kamar mandi.
“Engga terlalu sih, kenapa?”
“Masak dong, tiba-tiba pengen makaroni schotel buatan kamu.”
Mingyu menatap Jisoo penuh selidik. “Kamu ga tiba-tiba isi kayak Jeonghan kan yang?”
“Ngaco.” Mingyu tertawa lagi, lalu ia mengambil tangan Jisoo dan ia gandeng kemudian mereka pergi menuju apartemen Mingyu.
Skip time
Jisoo mengusakkan rambutnya yang basah, kemudian ia menuju dapur melihat apa kekasih sudah selesai memasak.
“Udah gu?”
“Udah dong yang.”
“Yaudah sekarang kamu mandi, nanti ini aku yang beresin.”
Mingyu mengecup kening Jisoo. “Tolong ya sayang.”
Setelahnya Mingyu masuk ke kamar mandi, Jisoo membereskan semua peralatan yang tadi Mingyu gunakan.
Beberapa menit kemudian Mingyu selesai, lalu mereka langsung memakan makanan mereka, sesekali bersenda gurau.
Skip time
Keduanya berbaring di atas ranjang dengan saling memeluk. Jisoo mengusap punggung Mingyu, dan Mingyu sesekali mengecup dada Jisoo yang berbalut baju.
“Gu, kamu besok ada jadwal operasi atau jadwal apa gitu?”
“Engga sih Soo, cuma besok tetep ke rumah sakit tapi paling siangan. Kenapa? Kamu mau di anter kemana?”
Jisoo tidak menjawab, ia menggigit bibir bawahnya. Mingyu yang tidak mendapat jawaban langsung menatap Jisoo.
“Soo, kenapa?”
“Gu, kemarin kan aku bilang aku mau kasih kamu hadiah karena udah bantu Jeonghan dengan selamat.”
“Oh ya baru inget, kamu bawa hadiahnya?”
Lagi-lagi Jisoo tidak menjawab, tapi Jisoo menatap Mingyu dengan tatapan yang menurut Mingyu agak intim.
“Soo?”
“Gu, kalo aku bilang hadiahnya aku. Kamu mau gak?”
Kok masih nanya?
. . . . . . . . . . .
“Nghhhh gugu.” Dada Jisoo membusung ketika lidah Mingyu menari di atas kedua putingnya.
Mingyu tidak menjawab, ia dengan lihai lidahnya masih bermain-main di puting Jisoo, ia bahkan dengan sekali gerak sudah bisa melepaskan celana pendek yang Jisoo gunakan.
Setelah puas bermain dengan gundukan kecil Jisoo, Mingyu membuat gerakan menurun dengan menjilati perut Jisoo sampai di twins ball milik kekasihnya itu. Mingyu mengemut keduanya secara bergantian membuat Jisoo bergerak tak nyaman di atas sana.
Dengan sekali gerak lagi kejantanan Jisoo sudah masuk sepenuhnya ke dalam mulut Mingyu.
“Nghhhh—.” Jisoo menekan kepala Mingyu agar memakan semua kejantanannya. Jisoo merasakan panasnya mulut Mingyu—yang membuat kewarasannya menghilang.
“Gu—nghhhh—kelu—arghhh.”
Jisoo mengeluarkan cairannya di dalam mulut Mingyu. Setelah Mingyu rasa Jisoo sudah selesai, ia menatap Jisoo dan menciumnya dengan nafsu yang sudah menguasainya.
Jisoo mendorong Mingyu agar menghentikan ciuman mereka.
“Maaf, gu. Aku ga sengaja ngeluarin di mulut kamu.”
“Soo, aku gapapa. Aku seneng bisa ngerasain kamu lebih. Kamu selalu ga ngebolehin aku, dan bikin aku penasaran tapi sekarang aku ga penasaran lagi karena, kamu manis sampe ke cairan kamu.” Ucapan Mingyu membuat Jisoo wajah bersemu merah. Mingyu langsung membuka seluruh pakaiannya. Dan sekarang mereka sudah telanjang sepenuhnya. Saat Mingyu akan mencium Jisoo lagi, Jisoo menahannya.
“Gu, ga mau aku blow job juga?”
Mingyu tersenyum. “Sayang, boleh gak kalo hari ini aku yang nyenengin kamu?”
“Tapi kan harusnya aku yang nyenengin kamu, gu?”
“Hey, dengan kamu punya inisiatif kayak gini aja udah bikin aku seneng.”
Jisoo dan Mingyu bertatapan.
“Boleh aku lanjut?”
Jisoo mengangguk.
“Aku izin langsung ke intinya ya sayang? Gak kuat nih.”
Lagi-lagi Jisoo mengangguk. Mingyu mengambil pelumas di laci dekat ranjangnya. Ia melumuri jarinya terlebih dahulu, lalu mengarahkannya ke lubang Jisoo.
“Soo, aku masuk ya?”
Jisoo menahan nafasnya ketika merasakan jari panjang Mingyu menerobos masuk ke dalam dirinya.
“Rileks sayang, kalo sakit bilang ya.”
Jisoo mendongak sambil memejamkan matanya ketika satu jari Mingyu berhasil menerobos masuk. Nafasnya memburu, tangannya mencengkram erat di lengan Mingyu. Ini bukan pertama kalinya, tapi kenapa masih tetap sakit ketika jari atau milik Mingyu masuk ke sana?
“Soo, hey.” Mingyu mencoba menyadarkan Jisoo.
“Gerak aja, gu.” Setelah mendapat lampu hijau dari Jisoo, Mingyu menggerakkan jarinya itu. Membuat Jisoo melenguh kencang—karena dengan tiba-tiba Mingyu menambahkan jarinya.
“Ahhhh—.” Jisoo merasakan jari Mingyu mengenai sweet spot-nya.
Mengetahui itu, Mingyu langsung mempercepat gerakan jarinya.
“ARGHHHHH—.” Jisoo keluar untuk kedua kalinya. Nafasnya terengah-engah dengan mata terpejam. Setelah selesai Jisoo menatap Mingyu yang tersenyum menatapnya.
“Sayang, kamu tuh kalo lagi kayak gini cantik banget. Lebih cantik daripada pas kamu marah-marah.”
“Jadinya, aku cantik terus gitu?” Tanya Jisoo ditengah-tengah nafasnya yang tersengal.
“Iya dong, punya Mingyu selalu cantik.”
“Terima kasih, tapi tolong ini bukan waktunya menggombal. Aku malu digombalin pas lagi telanjang.”
Mingyu tertawa. “Aku langsung masuk ya?”
Mingyu melumuri kejantanannya dengan pelumas, lalu ia mengarahkannya ke lubang Jisoo.
“Jangan tegang ya, nanti tambah sakit.” Jisoo mengangguk.
Jisoo menggigit bibir bawahnya ketika merasakan sakit yang teramat sangat. Mingyu masih berusaha untuk masuk.
“Jangan digigit, sayang. Teriak aja.”
“Gugu—huhuhuhu—.” Jisoo merengek ketika sakitnya menjalar menjadi nikmat. Jadi ia merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan.
“AHHHHHHH—.” Mingyu berhasil masuk sepenuhnya. Ia mendiamkan diri terlebih dahulu, membiarkan Jisoo menetralisir sakitnya.
“Gerak, gu.”
Awalnya Mingyu menggerakkan pinggulnya dengan pelan, tapi ketika ia melihat wajah Jisoo yang bersemu merah malah membuat nafsunya makin tinggi. Akhirnya Mingyu menggerakkan pinggulnya dengan cepat, bahkan Jisoo bisa merasakan kalau Mingyu agak kasar.
Mingyu mendongakkan kepalanya ketika ia merasakan kejantanannya dijepit oleh Jisoo. Dengan berpegang pada pinggul ramping Jisoo, Mingyu makin bergerak cepat. Ia juga menekan kaki Jisoo agar tetap melingkar di pinggulnya—agar miliknya makin tertanam di sana.
Jisoo meremat sprei ketika dirinya terlonjak-lonjak karena Mingyu yang makin menggila.
“Soo—maaf kalo—ngh aku kasar. Maaf sayang.”
Tanpa menunggu jawaban Jisoo, secara tiba-tiba Mingyu langsung melepaskan dirinya dan membalikkan badan Jisoo secara cepat dan memasukinya lagi dengan tiba-tiba juga.
Plakkkkkkkk
“Nghhhhhh—.” Jisoo terlonjak ketika secara tiba-tiba juga Mingyu memukul pipi bokongnya.
“Jisoo sayang, kamu enak banget sayang. Maaf kalo aku kasar. Maaf sayang.”
Lagi-lagi Jisoo tidak bisa menjawab, yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan nama Mingyu. Jisoo benar-benar tidak diberi kesempatan berbicara oleh Mingyu.
Mingyu masih bergerak dengan liar, ia juga membubuhkan beberapa kissmark di punggung kekasihnya itu.
“Gugu—.” Jisoo meremat tangan Mingyu yang di perutnya.
Mingyu tau Jisoo akan keluar lagi, ia menutup kepala kejantanan Jisoo dengan ibu jarinya. Jisoo menggeleng mengingat meminta agar Mingyu tidak melakukan itu. Itu sakit.
“Sayang dikit lagi. Tahan sebentar.”
Jisoo ingin menangis sekarang, ia tidak bisa lagi menahannya.
“Soo—.”
“ARGHHHH—.” Mingyu keluar di dalam Jisoo dengan sangat banyak, begitu juga Jisoo cairannya mengotori sprei. Keduanya masih terengah-engah dengan Mingyu yang masih berada dibelakang Jisoo.
“Nghhh—.” Jisoo melenguh ketika Mingyu mengeluarkan miliknya.
Mingyu menjatuhkan dirinya disebelah Jisoo yang tengkurap. Ia mengecup pipi Jisoo.
“Sayang, makasih ya. Maaf kalo aku kasar.”
“Mingyu, jangan minta maaf terus. Aku gapapa.”
Mingyu mengangguk lalu bangkit, mengambil pakaiannya, dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Lalu ia keluar dengan membawa handuk kecil dan baskom isi air hangat untuk membersihkan kekasihnya. Dengan telaten ia membasuh seluruh badan Jisoo, ia bahkan meringis ketika melihat bagian belakang kekasihnya yang terdapat warna merah karena tamparannya tadi.
“Sakit ya Soo?”
“Perih dikit.”
“Maaf ya.”
“Gu, stop minta maaf.”
Mingyu kembali membasuh tubuh kekasihnya. Tapi secara tiba-tiba Jisoo terduduk membuat Mingyu terkejut.
“Soo, kenapa sih? Kaget aku.”
“Mingyu?”
Mingyu menatap ngeri kekasihnya. Ada apa sih ini?
Lalu tiba-tiba Jisoo memukulinya.
“Aww Soo, kenapa sih?”
“Mingyuuuuuuuu.” Jisoo merengek.
“Apa? Kenapa? Sakit?”
“Bukan bodoh.”
“Terus?”
“Elo lupa pake pengaman, brengsek.”