menyelesaikan semuanya...

Clara duduk dengan gelisah di pojok cafe itu.

“Sorry, aku telat.”

Clara melihat Mingyu yang baru datang. Clara selalu mendambakan Mingyu di setiap harinya.

“Gapapa, Gyu. Kamu mau pesen apa?”

Mingyu langsung melihat-lihat buku menu, dan memilih salah satu makanan dan minuman.

“Kamu udah bilang sama calon kamu kan Gyu?”

Mingyu mengangguk. “Kamu mau ngomongin apa?”

Belum sempat menjawab, makanan mereka datang.

“Mingyu, aku mau minta maaf sama kamu tentang kejadian beberapa tahun yang lalu. Aku minta maaf karena udah keterlaluan ke kamu.”

Mingyu hanya diam, mendengarkan Clara yang sedang berbicara.

“Mingyu, aku sayang sama kamu itu tulus, aku bahkan gak pernah sekalipun punya niat untuk mempermalukan kamu waktu itu.”

“Tapi kenapa kamu lakuin, cla?”

Clara menundukkan kepalanya.

“Mama aku sakit, Gyu. Bahkan sekarang keadaannya udah gak sesehat dulu. Semenjak papa ninggalin kita berdua, gaji ku ga cukup untuk pengobatan mama jadi aku di tolong sama sepupuku, dia yang bayarin semuanya dan termasuk dia yang nyuruh aku ngelakuin itu ke kamu.”

“Kenapa, cla?”

“Sepupu ku gak suka liat aku bahagia, dia juga yang jadi dalang biar seakan-akan aku yang jahat disini. Dia iri sama aku, Gyu.”

“Iri sama kamu? Iri kenapa?”

“Iri karena Seungcheol suka sama aku.”

“Dia suka sama Seungcheol?” Clara mengangguk.

“Tapi dia tau sekarang Seungcheol udah menikah?”

“Tau kok, Gyu. Selain mau minta maaf, ada yang mau aku kasih tau ke kamu.”

“Apa?”

“Sepupu aku itu mau ngelakuin hal jahat ke Jeonghan. Aku gak tau apa yang bakal dia lakuin, tapi yang pasti sesuatu yang jahat.”

“Kenapa kamu kasih tau cla?”

“Mingyu, kamu bener suatu saat nanti bakal ada seseorang untuk aku. Dan hari ini, aku mau berhenti bantu dia ngelakuin hal jahat itu. Aku bantu dia karena cuma dia yang bisa bantu aku bayarin biaya rumah sakit mama. Tapi sekarang tabungan aku udah cukup, aku yakin aku bisa biayain mama sendiri.”

“Cla, sorry kamu harus ngalamin hal ini.”

“Gapapa, Gyu. Aku ikhlas. Kamu mau kan maafin aku?”

Mingyu mengangguk. “Pasti, cla. Btw kamu gak mau ketemu Seungcheol dulu? Kali aja dia bisa bantu kamu.”

“Aku titip salam aja buat Seungcheol ya, Gyu. Oh ya, ini juga hari terakhir aku di Indonesia, nanti malem aku mau ke London di sana masih ada adiknya mama yang mau bantu aku untuk jagain mama selama aku kerja.”

“Cla, aku berdoa yang terbaik untuk kamu. Sehat-sehat ya kamu di sana.”

Clara mengangguk. “Mingyu, aku boleh peluk kamu untuk yang terakhir kalinya gak?”

“Boleh, cla.”

Mingyu lebih dulu memeluk Clara. Mengelus-elus kepala Clara—seperti yang dulu ia dan Seungcheol lakukan ketika Clara kehilangan papanya.

Mingyu merasakan bajunya basah—Clara menangis.

“Maafin aku sekali lagi, Mingyu. Semoga kita bisa baik-baik dikemudian hari.”

Mingyu melepaskan pelukannya. Menangkup pipi Clara.

“Kabarin aku terus ya?”

Clara mengangguk. “Maaf aku gak bisa dateng ke acara pernikahan kamu. Tapi aku selalu berdoa semoga kamu dan pilihan kamu bahagia terus. Cepet baikkan sama orang tua kamu.”

“Aamiin, makasih ya cla.”

“Mingyu, tapi kamu harus cepet samperin Jeonghan. Sebelum semuanya terlambat. Sepupu aku itu jahat banget, dia gak akan berhenti sebelum dapet apa yang dia mau.”

Mingyu mengangguk. “Aku duluan, ya. Maaf gak bisa anter kamu ke bandara. Hati-hati pulangnya, ya.”

Mingyu akan melangkah pergi tapi ia ditahan oleh Clara.

“Kamu belum tau sepupu ku.”

“Oh ya, sepupu kamu yang mana? Namanya siapa?”

“Sojung.”

“Hah? Sojung? Cla, dia—.” Ucapan Mingyu terpotong.

“Sowon.”

Hah? Tadi Sojung sekarang Sowon. Ada apa sebenarnya?

“Sowon temannya Jeonghan?”

Clara mengangguk. “Sowon itu Sojung.”