“Mas pulang.”

Jeonghan dengan langkah buru-buru mendekati Seungcheol yang masih membuka sepatunya. Ia mengambil tas kerja Seungcheol dan plastik yang pastinya berisi pesanannya.

“Dapet dimana ini asinan mas?”

“Dari kantor mas ke sana lagi, biasanya ada yang deket-deket kantor tapi tadi gak ada.”

“Muter dong pulangnya?”

Seungcheol mengangguk. “Sedikit doang kok.”

“Sorry, tapi makasih.” Jeonghan tersenyum lebar. Seungcheol mengacak-acak rambut Jeonghan dan mengangguk.

“Mas mau mandi dulu, Han.”

“Okay.” Jeonghan menaruh plastik asinannya dan masuk ke kamar mereka.

Semenjak Jeonghan memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka lagi, keduanya memutuskan untuk tidur satu kamar. Toh, mereka adalah pasangan yang sah di mata agama dan hukum.

“Kamu bener gak mau ke rumah sakit?”

“Gue gapapa mas, sumpah deh. Tadi tuh mualnya karna liat darah juga.”

“Mas khawatir tau.”

“Gue gapapa. Ntar kalo kayak gitu lagi gue pasti bilang.” Jeonghan yang masih sibuk mengambil baju bersih untuk suaminya itu terkejut ketika sepasang lengan memeluk perutnya. Jeonghan juga merasakan Seungcheol yang mengecupi lehernya.

“Wangi banget sih.”

“Kan udah mandi. Ntar lo juga kalo dah mandi wangi.” Seungcheol melepaskan pelukannya, ia menerima baju yang Jeonghan berikan.

“Gue tunggu di luar ya.” Seungcheol mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi.

“Dia kangen kali ya, sama sih cuma kan ga boleh dulu.” Ucap Jeonghan bermonolog sendiri.

. . . . . . . . . . .

Jeonghan mengambilkan makanan untuk Seungcheol.

“Jadinya gak jadi beli ayam?”

“Engga, bosen juga sih. Makan yang ada aja lah.”

Setelah mengambilkan untuk Seungcheol, Jeonghan mengambil untuk dirinya sendiri.

“Dikit banget makannya?”

“Kan mau makan asinan.”

“Yakin abis itu semuanya?”

“Semoga aja.”

Lalu keduanya sama-sama menikmati makanan mereka.

“Han, besok mas cuti.”

“Tumben, kenapa?”

“Mau ngajak kamu jalan-jalan aja sih. Lagian kita kan ga pernah honeymoon, mas mau ngajak Han nginep di hotel.”

“Kenapa deh? Gue juga ga maksa loh mas.”

“Gapapa, mau nyenengin kamu aja.”

“Gue udah seneng padahal.”

“Biar lebih seneng.”

Jeonghan tertawa. “Iya deh, ngikut aja.”

. . . . . . . . . . .

Seungcheol masuk ke kamarnya dan mendapati Jeonghan sedang mengelus-elus perutnya. Mungkin begah.

“Kekenyangan?”

Jeonghan mengangguk. “Padahal tadi makannya ga banyak-banyak deh.”

“Ga banyak tapi 2x.” Seungcheol ikut merebahkan tubuhnya di samping Jeonghan. Ia menggantikan tangan Jeonghan untuk mengelus perut Jeonghan. Jeonghan hanya menikmati hangat telapak tangan Seungcheol di perutnya.

“Nginepnya berapa lama mas?”

“2 sih, kamu mau nambah?”

Jeonghan menggeleng. “Gue tiba-tiba pengen tidur di rumah lo deh mas.”

“Tiba-tiba banget?”

“Iya nih, sebenernya pengen dimasakin rawon sama mama Soo sih.”

“Yaudah besok abis di hotel kita ke rumah mas ya.”

Jeonghan menguap dan mengangguk. “Bikin ngantuk.”

“Yaudah tidur aja.”

“Besok berangkatnya pagi?”

“Siang aja ya? Gak buru-buru banget kok.”

Jeonghan mengangguk, lalu ia menutup matanya dan terlelap.

“Selamat tidur, Jeonghan.” Seungcheol mengecup kening Jeonghan dan ikut terlelap.