“Mas, bangun.”
Jeonghan menggoyangkan lengan Seungcheol pelan, agar Areum tidak terbangun. Seungcheol termasuk orang yang gampang bangun ketika dibangunkan.
“Jam berapa yang?” Seungcheol mengucek matanya dengan sebelah tangannya dan yang sebelahnya ia gunakan untuk memeluk erat tubuh Areum.
“Jam 1, mas. Pindah ke kasur, Areum biar Han pindahin ke boxnya.”
Seungcheol memberikan Areum pada Jeonghan.
“Taro box, tutup yang rapih lempar ke sungai.” Ucap Seungcheol sambil membuka bajunya dan berlindung dibawah selimut.
“Ngelantur banget jadi bapak.”
Setelah menaruh Areum, Jeonghan ikut masuk ke dalam selimut itu. Ia menarik tangan Seungcheol agar ia bisa masuk ke dalam pelukan suaminya. Seungcheol terbangun sedikit lalu ia mengerti dan langsung membawa Jeonghan kedalam pelukannya.
“Susah gak boboin Areum?”
“Engga, aku mpok-mpokin 30 menit udah tidur dia.”
Jeonghan mendengus kesal. “Sama aku kenapa lama banget. Kan aku juga bapaknya.”
“Lah dia kan sperma aku yang, jadinya aku paham.” Jeonghan mencubit lengan Seungcheol pelan, Seungcheol hanya tertawa kecil.
“Bobok sayang, besok akan lebih berat.”
“Mas ih.”
“Kamu mau pake baby sitter aja?”
“Nooooo, aku gak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.”
“Gak boleh negatif thinking.”
“Bukan negatif thinking mas, cuma emang mas tega ngasih anak mas di urus sama orang lain? Yang ngeliat pertama kali tumbuh kembang dia tuh orang lain? Aku sih gak rela.”
Seungcheol mengeratkan pelukannya. “Love you sayang.”
“Tiba-tiba?”
“Engga aku emang love you banget.”
Jeonghan mengusakkan wajahnya di dada Seungcheol.
“Love you too, ayah.”
Lalu keduanya sama-sama terlelap