Disini lah Jeonghan sekarang, ia duduk dengan Minghao di depannya.
“Jeonghan, sebelumnya mau gue minta maaf.”
“To the point aja, anak gue nungguin.”
Minghao menghela nafasnya.
“Jeonghan, lo tau kan kalo gue sama Mingyu sahabatan dari kecil?”
Jeonghan mengangguk.
“Gue disini mau ngaku, kalau gue ngelakuin itu sama Mingyu udah 3 tahun.”
3 tahun? Berarti pada saat ia masih di Amerika?
“Mingyu bilang dia gak bisa nahan diri setiap sama lo, tapi dia gak mau nyentuh lo karena dia emang ga mau ngerusak lo. Daripada dia jajan jadi gue menawarkan diri untuk jadi pelampiasan nafsunya dia.”
“Jeonghan, setiap kali kita ngelakuin, setiap kali Mingyu keluar selalu nama lo yang dia sebut. Gue sakit hati tapi gue ga bisa apa-apa.”
“Kenapa lo ga berhenti? Mingyu bisa semena-mena sama lo.”
Minghao menggeleng. “Gue ga bisa kehilangan Mingyu, Jeonghan.”
“Hao, lo segitu cintanya sama dia tapi kenapa lo rela dia sama gue?”
“Karena dia cinta sama lo.”
Minghao menghapus air matanya yang jatuh.
“Hao, lo cuma nyakitin diri lo sendiri.”
“Gue rela sakit demi Mingyu. Gue mau di bahagia, meski bukan gue penyebabnya.”
Jeonghan tak habis pikir dengan jalan pikiran Minghao. Semua orang ingin bahagia dengan orang yang mereka suka, tapi Minghao? Dia rela sakit untuk orang lain.
“Jeonghan, gue mohon banget lo balik ya sama Mingyu? Kasian dia Han.”
“Terus lo gak kasian sama gue? Sama diri lo sendiri?”
“Jeonghan.....”
“Hao, gue udah maafin dia tapi buat balik gue ga bisa. Gue ga bisa balik sama orang yang udah ngekhianatin gue.”
“Jeonghan, gue mohon.” Bahkan Minghao berani berlutut di depan Jeonghan.
“Gue ga bisa, Hao.” Jeonghan berdiri, ia bermaksud untuk pergi tapi Minghao memegangi kakinya.
“Jeonghan, gue mohon sama lo. Kasian Mingyu, Han. Dia bahkan gak nafsu makan karena putus dari lo.”
Jeonghan melepaskan tangan Minghao dari kakinya.
“Sekali gue ga bisa tetep ga bisa. Hao, Lo gak bisa kayak gini, Lo ga bisa mohon-mohon sama orang untuk orang lain. Lo ga bisa nyakitin diri lo sendiri terus.”
Jeonghan melangkahkan kakinya meninggalkan Minghao yang menangis tersedu-sedu di lantai. Sebelum pergi ia menoleh.
“Lo berhak dapet seluruh isi buku. Bukan beberapa bab apalagi kalimat.”