“Kenapa sih dek mukanya di tekuk gitu?” Tanya Jeonghan ketika melihat Chan murung.

“Kak, a, menurut kalian Seungkwan tuh ada rasa juga ga sih sama aku?” Tanya Chan.

“Lah emang selama ini kamu ngerasanya gimana?” Tanya Seokmin

“Ngerasanya ya ada, tapi kok akhir-akhir ini kayaknya dia kayak ngejauh ya?” Chan merasa akhir-akhir ini ia dan Seungkwan menjadi jauh. Bukan karena jaraknya, tapi Chan merasa Seungkwan menjauhinya.

“Ya karena jarak kali, dek. Kan Paris-Jakarta beda 6jam, mungkin pas kamu chat Seungkwan lagi sibuk, lagian kesibukan Seungkwan ga cuma ngurusin kamu aja dek.” Ucap Jeonghan.

Chan menghela nafasnya. “Aku tuh nyusahin banget ya? Kayak anak kecil, kayak ga tau kesibukan orang-orang. Harusnya aku tau ga semua orang musti ngurusin aku.” Jeonghan menatap Seokmin, merasa bersalah sepertinya ia salah berbicara.

“Chan, maksud kak Han ga gitu.” Ucap Seokmin, tapi Chan buru-buru memasang earphonenya, mencoba tidak mendengarkan apapun lagi. Ini harinya, tapi kenapa malah ia rusak dengan pikiran jeleknya?

Akhirnya Seokmin dan Jeonghan membiarkan Chan menenangkan pikirannya.

. . . . . . . . . . . . . .

Team rempong kali ini sudah menyiapkan kejutan untuk Chan. Pule squad beserta pacar mereka dan keluarga Seokmin menunggu di rumah.

“Kok lama banget ya?” Tanya Jeongyeon

“Macet kali dek.” Jawab Soonyoung.

Tapi beberapa menit kemudian Jeonghan memberi tahu ke Soonyoung kalau mereka hampir sampai, mungkin sekitar 20 menit lagi.

“Pokonya teriak happy birthday Chan semua ya. Yang kompak.” Ucap Soonyoung dan semua orang mengangguk.

Suara mobil Seokmin sudah terdengar memasuki pekarangan rumah. Wonwoo mematikan semua lampu di ruang tengah, dan mereka sudah bersiap diposisi mereka. Dengan Seungkwan yang berada ditengah memegang kue. Deg-degan pastinya, ini pertama kalinya ia memberi kejutan untuk seseorang, karena dulu mantan kekasihnya tidak suka dirayakan seperti ini. Seungkwan bahkan tidak tau apakah Chan akan suka? Karena jujur saja dari dulu ia sangat ingin merayakan ulang tahun kekasihnya dengan orang-orang banyak.

Cklekkkkkk

Chan membuka pintu rumahnya, dan mendapati rumah yang gelap, kemudian ia menyalakan senter di ponselnya, mengarahkan ke arah depannya. Saat menyorot ke depan, ia mendapati muka Seungkwan, terkejut tentu saja, ia bahkan menjatuhkan ponselnya.

“Happy birthday, Chan.” Saat sudah mengambil ponselnya, lampu dinyalakan. Dan di sana lengkap, ada keluarganya dan ada teman-teman Seokmin, di sana tentu saja ada orang yang selama ini mencuri perhatiannya.

“Muka gue serem banget ya sama lo jatoh?” Tanya Seungkwan.

Chan menggeleng. “Kaget.”

“Tiup, Chan. Keburu meleleh.” Ucap Jisoo

Lalu Chan mendekat ke arah Seungkwan yang membawa kue, mengucapkan permohonan, kemudian meniup lilin itu, dan tersenyum pada Seungkwan.

“Makasih.” Dan Seungkwan mengangguk.

. . . . . . . . . . . . . .

Acara berlanjut sampai malam, dan puncaknya adalah barbeque-an. Semua orang sibuk menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan, tak terkecuali Chan dan Seungkwan.

“Duduk aja sih, capek kan?” Ucap Seungkwan ketika ia melihat Chan ke sana kemari membantunya.

“Masa aku biarin kamu ngangkat sendirian.” Jawab Chan.

Seungkwan menatap Chan. “Aku cowok juga kalo kamu lupa.”

Chan ikut menatap Seungkwan. “Aku ga lupa, cuma kalo ada aku ya manfaatin aja, jangan capek-capek. Percuma aku nge-gym kalo kamu apa-apanya masih sendiri.” Chan kembali melanjutkan kegiatannya.

Pipi Seungkwan merona seketika. Kemudian ia membiarkan Chan melakukan untuknya.

“Chan?”

“Hm?” Tanpa menoleh ke arah Seungkwan.

“Aku belum beli kado.”

Chan menatap Seungkwan. “Ga usah gapapa kak, doanya aja.” Kembali melanjutkan pekerjaannya.

“Kalo aku aja, gimana?”

Chan kembali menatap Seungkwan. “Maksudnya?”

“Kalo aku jawab aku mau jadi pacar kamu, bisa jadi kado kamu gak?”

sedangkan ditempat lain.

Jeonghan mengerang ketika dadanya digigiti oleh Seokmin.

“A, ntar pada nyariin ih.” Jeonghan berkali-kali mencoba melepaskan kepala Seokmin dari dadanya.

“Dikit atuh yang, kangen aku.” Seokmin masih mencoba merangsang Jeonghan.

Jeonghan mendongak, menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya agar tak sampai keluar. Jujur, ia juga kangen disentuh bahkan dimasuki oleh Seokmin, tapi ya ga pas banyak orang juga. Apalagi ada keluarga Seokmin dibawah, apa jadinya kalau mereka dengar?

Seokmin melepaskan kulumannya, kemudian menatap Jeonghan yang berantakan.

“Aa bantuin keluar ya, buy?” Seokmin sudah bersiap akan mengocok milik Jeonghan dan miliknya.

Jeonghan menahannya dan berbalik membelakangi Seokmin. “Masukin aja, a. Tapi jangan lama-lama nanti pada nyariin.”

Setelahnya, terdengar suara-suara aneh dari dalam sana. Untungnya tidak ada yang berada dilantai atas sekitar kamar Seokmin, kecuali satu orang.....

“Brengsek, sempet-sempetnya anjir.”