kantor
Jeonghan saat ini sudah berada di kantor milik Seungcheol, ia meminta Seungcheol untuk menjemputnya di lobby.
Beberapa menit kemudian Seungcheol datang.
“Kenapa gak langsung masuk aja sih?” Tanya Seungcheol sambil mengecup kening suaminya.
“Takut gue sama tatapan-tatapan karyawan lo.”
Seungcheol menggenggam tangan Jeonghan dan mengajaknya ke ruangannya.
“Masak apa?” Tanya Seungcheol ketika keduanya sedang berada di lift khusus CEO.
“Masak sambel goreng kentang pake udang, ayam goreng mentega, terus gue bikinin lo jus melon, sama bawain buah potong.”
“Banyak banget, padahal buat berdua doang.” Seungcheol yang tadinya menggenggam tangan Jeonghan, sekarang ia sudah merangkul pinggang ramping Jeonghan.
“Lagi pengen masak banyak sih, abisin ya ntar?”
“Siap bosku.” Seungcheol mengecup pipi Jeonghan.
“Ntar di liat orang ah.”
Tling
Pintu lift terbuka, mereka keluar dari lift dan langsung masuk ke dalam ruangan Seungcheol, tapi sebelumnya Jeonghan melihat ada seorang wanita cantik.
Setelah masuk, Jeonghan duduk di sofa ruangan Seungcheol sedangkan Seungcheol mengambil air mineral dari kulkas yang berada di ruangannya.
“Punya sekretaris baru?” Tanya Jeonghan sambil membuka kotak makanan yang ia bawa.
“Oh itu, iya. Tapi Minggu yang urus, si Mingyu lagi bolak-balik Jakarta-Bogor ngurus proyek yang di sana. Takutnya gue keteteran jadi nyari sekretaris lagi.” Jawab Seungcheol, ia menyuap makanan yang Jeonghan sudah siapkan untuknya.
“Cantik tapi.”
“Iya, kan fungsinya biar narik minat klien.”
“Kalo pak bosnya tertarik gak?”
Seungcheol menghentikan makannya lalu menatap Jeonghan.
“Han, lo tau gak sih akhir-akhir ini lo suka mikir-mikir yang gak bakal kejadian?”
Jeonghan mengernyitkan keningnya. “Maksudnya?”
“Ya iya, kayak gue bakal oleng lagi ke Nara dan sekarang lo nanya gue tertarik gak sama sekretaris gue.” Jeonghan terdiam, jujur akhir-akhir ini ia juga merasa kalau ia semakin cemburu dengan apa-apa yang mendekati suaminya, ia merasa takut jika suaminya berangkat bekerja dan tidak bisa dihubungi. Semenjak resign ia menjadi lebih protektif pada Seungcheol.
“Maaf.”
“Engga, gue gak marah cuma aneh aja.”
“Maaf ya kalo sifat gue malah bikin lo risih.”
“Bukan gitu maksud gue, gue gapapa kalo lo kayak gini. Cuma ini kan bukan Jeonghan banget, ngerasa gak sih lo?”
Jeonghan memeluk Seungcheol, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungcheol.
“Gak tau kenapa akhir-akhir ini gue gak mau jauh-jauh dari lo Cheol, kalo lo pergi kerja terus gak ngabarin gue juga gue negatif thinking, kalo ngeliat ada cewek cantik atau cowok ganteng di deket Lo gue cemburu, Cheol. Tapi gue gak tau kenapa gue begini, maaf kalo lo risih sama sikap gue. Gue cuma takut kehilangan lo.”
Seungcheol memindahkan Jeonghan ke atas pangkuannya, ia membalas pelukan Jeonghan dengan sangat erat.
“Nah kalo kayak gini kan enak nih, gue tau apa yang bikin lo begini. Kalo ada apa-apa yang ngeganjel di hati lo bilang ya Han, gue gak tau kalo lo gak bilang.” Jeonghan mengangguk
“Makan lagi yuk?” Jeonghan menggeleng.
“Terus?”
“Mau itu Cheol.”
“Itu apa?”
“Itu.”
“Apaan si yang?”
“Mau ngewe.”
“Hah?”
“Disini kedap suara kan?”
“Yang, lo serius?”
Jeonghan mengangguk. “Mau nyobain sex in office.”
“Ah udah gila sih lo, serius kagak sih?”
“Serius ih.”
“Gak bawa kondom anjrit.”
“Ya engga usah pake kondom, kan udah sah. Katanya mau punya anak.” Ucap Jeonghan sambil membelai lembut dada Seungcheol, niatnya ingin menggoda.
“Dih, belajar darimana lo?”
“Jisoo, dia pernah nyoba sama Seokmin terus gue penasaran.”
“Ingetin gue ngasih hadiah ke Jisoo karena udah bikin kelinci gue penasaran ya?” Jeonghan mengangguk, ia mengecupi rahang tegas Seungcheol dan tangannya menyusuri dada Seungcheol dengan sedikit mengelus tonjolan di dada Seungcheol.
Jeonghan menarik tangan Seungcheol, ia mendorong pelan Seungcheol agar duduk di kursinya.
“Mau di sepong gak?” Tanya Jeonghan.
“Mau.”
“Password nya?”
“Kelinci, singa mau di sepong dong. Boleh gak?”
“Boleh.”