Jisoo sakit

Jisoo terbangun dari tidurnya, ia berjalan menuju kamar kekasihnya yang sedang asik bergumul.

Cklekkkk

Jisoo melihat Jeonghan berada di atas tubuh Seungcheol dengan kejantanan Seungcheol yang tertanam dalam lubang Jeonghan.

“Yang kenapa?”

Jisoo tidak menjawab, ia malah ikut merebahkan tubuhnya di samping Seungcheol yang telanjang bulat. Lalu ia menyembunyikan wajahnya di ketiak Seungcheol.

“Yang kenapa?” Tanya Seungcheol

“Pusing.” Jawab Jisoo lirih

Saat Jeonghan akan menyelesaikan kegiatannya dengan Seungcheol, Jisoo melarangnya.

“Kamu kelarin dulu, kasian kalian belum keluar. Aku nunggu disini.”

“Gimana bisa deh yang kamu sakit aku malah ngewe.” Jawab Jeonghan

“Bisa sayang. Kasian tuh Cheol nya belum keluar juga.”

“Udah Han, main cepet aja. Aku yang gerak.”

Seungcheol membalikkan tubuh mereka, sekarang Jeonghan yang dibawah. Tangan Jeonghan terulur ke kening Jisoo, ia merasakan kening Jisoo panas. Jisoo demam

Seungcheol masih terus menggerakkan pinggulnya, dengan pandangan sedih ke Jisoo.

“Ahh Cheol—.” Jeonghan berteriak ketika Seungcheol mengenai sweet spotnya. Tubuhnya terlonjak-lonjak.

Jisoo melihat itu, ia menatap Jeonghan yang sedang dikejar nafsu. Tangannya menggenggam tangan Jeonghan.

“Kamu cantik banget kalo lagi gini, yang.” Ucap Jisoo, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus pipi Jeonghan.

“Cium aku.” Ucap Jeonghan

“Aku lagi sakit, nanti kamu ketularan.”

“Kamu demam bukan flu. Cepetan Soo.”

Akhirnya Jisoo mencium bibir Jeonghan, tangannya yang menganggur ia gunakan untuk merangsang Jeonghan tepat di putingnya.

“Kamu mau ikutan Soo?” Tanya Seungcheol

Jisoo menggeleng ketika menyudahi ciumannya dengan Jeonghan.

“Aku lemes banget, yang.”

“Yaudah kalo mau bilang ya.”

Jisoo kembali mengangguk, lalu kembali juga mencium Jeonghan.

“Han, aku keluar.”

“ARGHHHH.” Seungcheol dan Jeonghan keluar secara bersamaan.

Dengan cepat Seungcheol melepaskan tautan tubuh mereka. Ia bergerak mengambil tisu, mengelap kejantanannya dan memakai celananya. Lalu mengelap cairannya yang masih menetes dari lubang Jeonghan, juga cairan Jeonghan di perutnya. Setelahnya Seungcheol memakaikan lagi celananya.

“Pake baju Han?”

“Jangan. Aku mau dipeluk begini.” Jisoo yang menjawab.

Lalu Seungcheol dan Jeonghan mengapit Jisoo, memberikan kehangatan untuk kekasihnya itu.

“Aku ambil air kompresan dulu deh.”

Saat Seungcheol akan pergi Jisoo menahannya.

“Jangan pergi.”

“Aku ke dapur doang yang.”

Jisoo menggeleng. Seungcheol mengalah. Ia kembali memeluk kedua kekasihnya.

. . . . . . . . .

Keesokan harinya, Jeonghan sudah bangun lebih dulu. Ia memasak untuk kedua kekasihnya.

Tiba-tiba tubuhnya di peluk erat oleh Jisoo.

“Kok bangun yang? Masih pusing kan?” Tanya Jeonghan sambil mengelus lengan Jisoo yang di perutnya.

“Kamu nya gak ada.”

Jeonghan terkekeh. “Kan ada Cheol.”

Jisoo masih diam, memperhatikan Jeonghan yang masih sibuk menyiapkan masakan.

“Yang, kok disini?” Seungcheol mengucek matanya

“Bawa nih yang, nanti aku ke kamar lagi bangunin kalian.”

“Ayo yang?”

“Gendong.”

Seungcheol langsung menggendong Jisoo seperti koala. Jisoo menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungcheol.

“Kamu kerja jam berapa Cheol?”

“Aku udah bilang dateng telat yang.”

“Aku gak mau ke rumah sakit, Cheol.” Ucap Jisoo merengek

“Nanti ga sembuh.”

Jisoo makin merengek, dan itu cukup membuat Seungcheol kewalahan.

“Oke-oke. Tapi nurut sama Jeonghan.” Jisoo mengangguk.

Seungcheol membawa Jisoo ke kamar, dan menidurkan lagi Jisoo.

“Gak usah kerja, yang.” Ucap Jisoo

“Gak bisa yang, aku musti ketemu klien penting. Nanti aku janji pulang cepet.”

“Janji ya?”

“Iya sayang, kan ada Jeonghan.”

Jisoo kembali mengeratkan pelukannya. Seungcheol mengelus-elus punggungnya sampai Jisoo tertidur.