Jisoo sedang menunggu taksi online untuk mengantarnya, Chan dan ayah Jeonghan ke rumah mereka.

“Mas Jisoo, makasih ya udah bantuin aku sama bapak.”

“Sama-sama Chan, lagian kan Chan sama bapak udah mas anggep keluarga sendiri. Santai aja. Kalo ada apa-apa kabarin mas ya.”

Chan mengangguk.

“Mas?”

Jisoo dan Chan menoleh. Tapi hanya Jisoo yang terkejut. Chan tidak memperdulikan orang itu, ia berjalan sambil mendorong kursi roda bapaknya—untuk menunggu di tempat yang tidak panas.

“Duh ketemu lagi kita. Jangan-jangan kita jodoh.”

“Apaansi gak jelas banget.”

“Mas, kita belum kenalan tau. Tapi kemarin kan saya udah sebutin nama saya.”

Jisoo ingat. Laki-laki tukang ceramah.

“Lo nguntit gue ya?”

Jisoo melihat kening laki-laki di depannya berkerut.

“Kok lo tau gue disini?”

“Saya kerja disini.”

“Hah? Jadi apa? Office boy?”

“Masa ganteng-ganteng begini office boy.”

“Terus?”

“Saya dokter kandungan.”

Jisoo terkejut, ternyata laki-laki itu benar-benar kaya.

“Mas namanya siapa sih? Kenalan dong.”

“Kepo. Gue gak kenalan sama orang asing.”

Tiba-tiba....

“Mas Jisoo, mobilnya dateng.”

Jisoo memejamkan matanya, meruntuki Chan yang tiba-tiba saja memanggil namanya. Lalu Jisoo menatap laki-laki yang kini tersenyum padanya.

“Mas Jisoo tuh mobilnya udah dateng.”

“Rese.” Jisoo berjalan meninggalkan laki-laki yang sedang terkekeh geli.

“Mas Jisoo, kalo lupa nama saya Mingyu. Salam kenal ya mas Jisoo.”