Jisoo sedang membantu ibu memasak, dan selama di rumah Seokmin Jisoo selalu membantu meringankan pekerjaan rumah.

“Bu, Soo ke Seokmin dulu ya ngasih teh.”

“Iya mas Jisoo, istirahat juga gapapa. Kasian dari pagi udah bantu ibu.”

“Hehehehe gapapa Soo seneng kok.”

Jisoo bergegas menuju kamarnya—dimana ada Seokmin di sana. Tapi sesampainya di kamar ia tidak menemukan Seokmin. Lalu ia mencari ke kamar Seokmin dan ternyata benar Seokmin ada di sana. Sedang berbicara dengan Jeonghan.

“Bilang sama aku kalo kamu sayang sama Jisoo, Seok.”

Itu yang Jisoo dengar. Ia menajamkan pendengarannya untuk mendengarkan jawaban Seokmin. Tapi hampir 5 menit ia belum juga mendengar suara Seokmin.

“Aku tau kamu gak pernah sayang sama dia, iya kan? Kamu cuma sayang sama aku. Iya kan Seok?”

Lagi-lagi suara Jeonghan. Dan lagi-lagi juga ia tidak mendengar jawaban apapun dari Seokmin.

Apa selama ini Seokmin hanya mempermainkannya sama seperti Seungcheol?

“Seok?”

“Oke—.” Suara Seokmin mulai terdengar.

“—aku masih sayang sama kamu Han. Dari dulu sampai sekarang. Masih kamu.”

Jisoo memegang erat gelas yang ia bawa. Matanya berair. Lagi-lagi ia di campakkan oleh seseorang yang ia sayang.

Jisoo berjalan mundur, menaruh gelas tadi di meja ruang tengah. Kemudian ia berlari ke kamarnya—membereskan semua barang-barangnya. Ia harus pergi dari sini. Untuk apa ia ada di rumah itu, kalau sebenarnya tidak ada yang mengharapkannya.

Jisoo keluar dari rumah dengan langkah pelan, sampai tidak ada yang bisa mendengar derap kakinya. Ia keluar membawa luka di hatinya.

. . . . . . . . .

Seokmin keluar dari kamar bertepatan dengan sang ibu yang keluar dari dapur.

“Loh, ini kok minumnya belum di minum mas?” Tanya ibu ketika melihat gelas berisi teh hangat ada di meja ruang tengah.

“Ibu gak bilang, mas gak tau. Mas baru keluar, abis ngobrol sama Jeonghan.”

“Loh tadi mas Jisoo kok yang anterin.”

“Jisoo? Terus Jisoo nya mana Bu?”

“Yo ibu ndak tau, tadi ibu suruh istirahat. Mungkin di kamar.”

Seokmin langsung pergi menuju kamar yang ditempati Jisoo. Tapi nihil, Jisoo tidak ada di sana. Seokmin memanggil-manggil nama laki-laki itu tapi juga tidak ada sahutan. Bahkan baju-baju Jisoo sudah tidak ada pada lemari.

Tapi Seokmin menemukan secarik kertas yang merupakan surat yang Jisoo tinggalkan.

Aku pergi ya Seok. Titip salam buat ibu sama Ichan maaf gak bisa pamit. Bilangin makasih karena udah mau nampung aku, maaf selama ini aku ngerepotin kalian.

Seok, habis ini tolong jangan cari aku lagi ya? Tolong jangan inget-inget aku lagi. Anggep aja semua yang pernah terjadi cuma angin lalu.

Seok, kalo kamu belum siap memulai semuanya dari awal jangan kasih harapan ya. Sama siapapun. Cukup aku aja. Jangan pernah kamu lakuin itu lagi.

Dari Jisoo Yang hatinya dipatahkan 2x

Seokmin meremat surat Jisoo, ia membuangnya ke sembarang tempat. Kemudian ia mendatangi ibu nya.

“Mas, kenapa toh?”

“Bu, Jisoo pergi Bu.”

“Pergi gimana mas? Wong tadi masak sama ibu kok.”

“Barangnya udah ga ada Bu. Ini semua karena mas Bu.” Seokmin menangis di pelukkan sang ibu.

Sementara Jeonghan menatap semuanya miris.

“Kamu bohong, Seok. Kamu cinta sama dia. Aku udah gak ada kesempatan ya, Seok?”