Jisoo dan Jeonghan berjalan beriringan memasuki salah satu toko perlengkapan bayi. Keduanya antusias mencari barang-barang lucu di sana.
“Lo emang sengaja ga cek kelaminnya Han?”
Jeonghan mengangguk. “Biar surprise.”
“Tapi kalo kayak gini susah ga sih? Jadi kita gak tau mau beli warna apa.”
“Beli yang netral aja kalo Soo, kayak warna biru atau cokelat.”
“Oh oke-oke.” Keduanya kembali fokus pada kegiatan mereka.
Sampai, Jeonghan menemukan baju bergambar beruang yang lucu. Ia berusaha mengambil baju itu, karena terlalu di atas membuatnya harus berjinjit terlebih dahulu.
“Tinggi banget sih.”
Jeonghan terus mencoba, tapi sendalnya terlalu licin di lantai membuatnya tergelincir. Jeonghan memejamkan matanya ketika ia merasa akan terjatuh.
Tapi, bukannya terjatuh ia lebih merasa kalau tubuhnya di tangkap seseorang. Ia membuka matanya perlahan dan melihat siapa yang menangkapnya.
“Hati-hati dong, Han.”
Itu Seungcheol. Laki-laki yang sedang Jeonghan hindari ada di sana. Menangkap tubuhnya yang hampir terjatuh.
Jeonghan buru-buru melepaskan diri dari Seungcheol, ia mencoba pergi tapi ditahan oleh Seungcheol.
“Lepas, mas.”
“Han, sayang tolong jangan kayak gini. Kasih mas kesempatan buat jelasin semuanya.”
Jeonghan meronta-ronta, meminta dilepaskan. Tapi tenaga Seungcheol lebih besar. Seungcheol sempat melihat ada Jisoo di sana—tapi laki-laki itu tidak memperhatikan. Seungcheol membawa pergi Jeonghan secara diam-diam.
“Mas.”
“Ikut sebentar, sayang.”
Mau tidak mau Jeonghan mengikuti Seungcheol karena daritadi mereka diperhatikan oleh orang-orang.
Ternyata Seungcheol mengajaknya ke mobil.
“Han?”
Jeonghan hanya diam.
“Mas minta maaf kalo ada salah sama kamu, tapi tolong izinin mas cerita semuanya. Habis itu kalo kamu mau pergi, mas gak akan tahan lagi. Boleh?”
Jeonghan masih diam, tapi sedetik kemudian ia mengangguk.
Setelah diberi kesempatan, Seungcheol memberitahukan semuanya. Semua yang ia tahu. Tanpa ada yang ditutup-tutupi.
“Jadi gitu, Han. Mas berani sumpah kalo gak ada yang tutup-tutupi dari kamu.”
Jeonghan bimbang. Ia harus percaya atau tidak dengan Seungcheol.
“Mas darimana?” Tanya Jeonghan pelan.
“Mas dari rumah. Kenapa?”
Jeonghan menggeleng. Jadi benar, ternyata Seungcheol dan Rachel masih sering berhubungan badan.
“Kenapa, Han?”
“Engga apa-apa kok mas.”
“Sayang, hei.” Seungcheol memegang tangan Jeonghan, meminta Jeonghan agar sedikit memiringkan badannya untuk menatapnya.
“Mas tau Han bohong, ada apa?”
Jeonghan tidak menatap Seungcheol, ia malah menatap tangannya yang digenggam oleh Seungcheol.
“Sayang?”
“Mas, bilang udah kirim surat cerai ke mba Rachel. Tapi kenapa mas masih berhubungan badan sama mba Rachel?” Sekuat tenaga Jeonghan mengeluarkan seluruh uneg-unegnya.
“Hah? Aku berhubungan badan sama Rachel?”
Jeonghan mengangguk.
“Kamu kata siapa Han?”
“Mba Rachel.”
“Rachel ada chat kamu? Chat apa?”
“Gak penting, mas. Udah aku mau ke tempat Jisoo lagi.” Jeonghan berusaha melepaskan genggaman tangan Seungcheol.
“Han, mas emang ke rumah. Tapi mas gak ada berhubungan badan sama Rachel. Rachel ngancem mau minum obat-obatan. Tapi sumpah demi apapun, mas tidak menyentuh dia. Jadi apapun yang kamu dapet tadi, bukan kebenarannya—”
“—kamu percaya kan sama mas?”