Jeonghan terus mengecek ponselnya, siapa tau si Cherry sudah sampai tapi tidak melihat mereka.

“Gak jadi dateng kali.” Ucap Joshua yang sudah pegal mengunyah kentang goreng yang mereka pesan.

“Lagi markir sih katanya.” Jawab Jeonghan.

Sehabis berbicara seperti itu, ponsel Jeonghan berdering. Jeonghan dengan sigap langsung mengangkat telpon masuk itu.

“Iya cherr, gue sama oney udah di dalem, meja nomor 17 ya, oke.”

“Lagi jalan kesini.” Ucap Jeonghan dan Joshua hanya mengangguk.

Beberapa menit kemudian, ada 2 orang laki-laki yang menghampiri meja mereka.

“Berry ya?”

Jeonghan menoleh. “Cherry?”

“Iya gue Cherry, eh sorry ya gue bawa sepupu gue. Soalnya dia maksa ikut.”

“Gapapa kok, cherr. Oh ya ini oney.”

Joshua dan Seungcheol berjabat tangan. “Oney/Cherry.”

“Udah pesen makan, berr?”

“Belum, nungguin lo aja cherr. Pesen sekarang?”

“Boleh.”

Lalu mereka memesan makanan mereka.

“Oh ya, ini sepupu gue namanya Seokmin.”

“Seokmin, kak. Tapi ini gue manggilnya ikutin mas aja ya?” Seokmin membalas jabatan tangan Joshua dan Jeonghan.

“Oh, nama asli gue Jeonghan terus oney Joshua. Terserah sih mau panggil apa.”

“Gue ikutin mas aja deh.”

Beberapa menit kemudian makanan mereka datang. Lalu mereka berbincang-bincang sambil menghabiskan makanan mereka.

Skip time.

Mereka berempat berada di salah satu kedai es krim langganan Jeonghan Joshua.

“Disini es krim nya enak banget, cherr.” Ucap Jeonghan

“Biasanya pesen apa berr? Gue bingung.”

“Kalo gue biasanya kalo gak strawberry yang red Velvet sih.” Jawab Jeonghan

“Gue yang red Velvet aja deh.”

“Ney, lo apaan? Seokmin juga apa?”

“Gue yang chocolate banana.” Jawab Joshua

“Gue yang coklat aja kak.”

Jeonghan pun memesan untuk mereka, sedangkan Seungcheol yang membayar.

“Jadi lo terus yang bayar nih, cherr.” Ucap Joshua

“Gapapa ney, anggep aja permintaan maaf karena telat.” Jawab Seungcheol

“Gapapa tau kak, mas mah duitnya banyak porotin aja.” Ucap Seokmin

Joshua dan Jeonghan tertawa, karena Seungcheol menjitak Seokmin.

“Terus abis ini mau kemana? Masih jam 8 apa udah mau pulang?” Tanya Seungcheol.

“Ngikut aja sih gue. Mau kemana lo berr?”

“Duduk aja ga sih di taman? Malem Minggu gini enaknya ngeliatin orang jalan.”

“Setuju.” Jawab Seokmin, akhirnya mereka berempat menuju taman terdekat, kebetulan bangku taman hanya muat untuk dua orang, jadi Seungcheol duduk dengan Jeonghan dan Joshua dengan Seokmin.

“Kayak si oney gampang akrab sama orang.” Ucap Seungcheol

“Kenapa?”

“Seokmin ga begitu suka deketan sama orang yang baru dia kenal, apalagi harus duduk sebelahan gitu.”

“Oh ya? Oney emang gitu sih, dulu awal kenalan sama gue aja, kebanyakan dia yang tanya-tanya.”

Seungcheol hanya mengangguk, sambil menikmati es krimnya.

“Gimana sama mantan lo? Dia masih suka chat?” Tanya Jeonghan

“Udah jarang sih, dia lagi sibuk kayaknya. Cuma ya yaudah.”

“Tapi dia oke-oke aja putus sama lo?”

“Sehari setelah putus dia chat gue, nyalahin gue, ngatain gue brengsek kayak papanya, tapi setelah dia tau apa alasan gue ninggalin dia, dia berusaha nerima. Menurut lo gue jahat ga sih berr? Maksud gue, kayaknya gue ga bisa ngertiin dia banget.”

“Lo udah berapa lama sih sama dia?”

“2 bulan lagi 4 tahun.”

“Wow, lama juga. Cuma menurut gue, ga terlalu jahat sih cherr apalagi alasan lo karena keluarga. Setiap orang pasti pengen mentingin keluarganya dulu. Apalagi 4 tahun bukan waktu yang sebentar buat terima keadaan pasangan kita, kayak yang lo bilang, lo berdua ga bakal kemana-mana kalo ga ada yang bergerak. Tapi lo masih sayang sama dia?”

“Setelah gue pikir-pikir, ternyata lo bener berr.”

“Kenapa?”

“Gue cuma nunda perpisahan aja, gue cuma denial aja, gue cuma nutupin ketakutan gue. Padahal gue tau kalo ujung-ujungnya kita bakal udahan. Pas dia minta kesempatan lagi, gue mikir selama 3 tahun ini gue selalu ngasih dia kesempatan, tapi dia ga sadar. Dia cuma mikir kalo gue ga pernah punya kata jenuh di hidup gue, jadi dia enjoy aja dengan ini.”

Entah keberanian dari mana, tangan Jeonghan yang menganggur ia gunakan untuk menggenggam tangan Seungcheol. Tatapan keduanya bertemu.

“Lo pasti dapet yang lebih baik dari dia. Jangan cuma karena masalah kemarin, lo jadi takut buat memulai hubungan baru sama orang lain, cherr. Masih banyak orang yang mau terima lo dan diterima sama lo.”

Seungcheol menatap dalam mata Jeonghan. Tatapan yang meneduhkan hatinya, tatapan yang selama ini ia cari dari orang lain, tatapan yang seakan-akan mengajaknya berhenti untuk mencari.

“Berr, gue boleh minta nomor lo gak?”