Jeonghan, Seungcheol dan Cherry akhirnya memutuskan untuk pergi ke kontrakan Seungcheol.
“Jadi Daddy tinggal disini?”
“Iya sayang, dulu papa yang tinggal disini tapi papa pindah jadi Daddy yang disini.”
Cherry mengangguk. Lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki yang keluar dari sebelah kamar Seungcheol.
“Weh mas bro.”
“Cherry, ayo kenalan itu namanya uncle Soonyoung.”
“Halo uncle, aku Cherry.”
“Halo Cherry. Buset dah bibit unggul ini sih bro.”
Seungcheol tertawa. “Bisa aja lo, soon. Si umi gak ada ya?”
“Lagi ke supermarket tadi sama si kurcil. Tapi Abi kayaknya ada.”
“Kenapa ga lo anterin?”
“Lu tau sendiri dah tuh anak kayaknya alergi deket-deket gue.”
“Kurang ampuh berarti pelet lo.”
“Jiakhh emangnya doi lele. Bro, ini yang bikin lu kagak move on hampir 7 tahun?” Tanya Soonyoung sambil menatap Jeonghan yang daritadi tidak melepaskan tautan tangannya dengan Seungcheol.
“Iya nih, Han kenalin ini Soonyoung tetangga aku.”
“Jeonghan/Soonyoung.” Keduanya berjabat tangan.
“Lu kesini mau ketemu umi Abi?”
“Iya nih, sekalian nengokin kontrakan. Udah lama banget engga di buat tidur.”
“Iyalah, udah anget di sana.”
Seungcheol tertawa. “Gue masuk ke kamar dulu, nyong.”
Mereka bertiga masuk ke kontrakan Seungcheol. Jeonghan membantu Cherry membuka jaket yang ia kenakan. Seungcheol mengeluarkan minuman dingin untuk Jeonghan dan Cherry.
“Cherry tadi diajak Daddy kemana?”
“Ketemu temen Daddy, pa. Tapi temen Daddy marah pada Daddy.”
“Iya mas?”
“Iya, tadi mas jelasin semuanya dan dia marah sama mas. Tapi yaudah, itu hak dia. Yang penting mas udah jujur.”
Jeonghan mengangguk. “Cherry mau tidur? Tidur sini di kasur Daddy.”
Cherry akhirnya merebahkan tubuhnya, Jeonghan mengelus-elus rambut anaknya itu agar cepat tidur.
“Tadi kamu ketemu siapa?”
“Minghao, sahabatnya Mingyu.”
“Ada apa?”
“Dia minta aku buat balik sama Mingyu.”
“Terus kamu mau?”
“Ya enggaklah, gila ya kamu.”
Seungcheol tertawa. “Aku nanya, sayang.”
“Dia bilang kalo sebenernya Mingyu nahan diri buat nyentuh aku, daripada Mingyu jajan jadi dia rela nyerahin dirinya buat jadi pelampiasan nafsunya Mingyu.”
“Sebegitunya?”
“Iya mas, yang lebih parahnya lagi Hao rela sakit hati demi liat Mingyu bahagia. Bahagianya sama orang lain lagi.”
“Wah, kasian sekali dia. Harusnya dia memperjuangkan kebahagiaannya dulu baru orang lain.”
“Aku kasian tapi gimana caranya mereka salah, mas. Aku udah maafin tapi aku gak bisa kalo harus balik ke Mingyu.”
“Ya sudah, yang penting kamu ikhlas maafin mereka.”
“Ikhlas mas, yang penting mereka ga muncul lagi di kehidupan aku.”
“Ya sudah, kamu ikut tidur sana. Capek kan?”
“Mas ga tidur?”
“Nanti mas tidur di lantai.”
“Sini aja sih, muat kok. Aku gak gede-gede banget.”
“Kasian Cherry nanti kejepit.”
“Engga, sini.”
Akhirnya Jeonghan dan Seungcheol ikut merebahkan tubuh mereka di ranjang Seungcheol—Jeonghan berada di tengah keduanya.
“Han?”
“Hm?”
“Kapan mau ajak mas ketemu ibu sama bapak?”