Jeonghan sampai di lantai 5 yang Seungcheol maksud. Dan benar, di sana hanya ada 2 ruangan utama dengan satu toilet. Setelah melihat itu, ia jadi memikirkan yang tidak-tidak. Akibat kebanyakan nonton blue film.
Jeonghan menatap salah satu pintu yang bertuliskan CEO of. Ia mendekat dan mengetuk pintu itu, hanya selang 2 detik pintu itu terbuka.
“Jeonghan ya?”
Jeonghan tersenyum gugup dan mengangguk.
“Masuk, Seungcheol nya bentar lagi kelar.”
Jeonghan mengikuti orang itu untuk masuk ke dalam ruangan besar milik Seungcheol.
“Gue Juna, temennya Seungcheol sekaligus manager keuangan disini.”
“Saya Jeonghan pak.” Keduanya berjabat tangan.
“Panggil Jun, atau Juna juga oke kok.”
“Tapi ga sopan pak.”
“Oke, pake kak aja.”
Jeonghan mengangguk. “Oke pa—kak Juna maksud saya.”
“Santai aja, gak usah kaku gitu. Kita kayaknya cuma beda—hm ya ga nyampe 5 tahun kayaknya.”
“Saya 27 kak.”
“Oh tuhkan, gue 30. Seungcheol juga.”
Lagi-lagi Jeonghan mengangguk.
Jeonghan mengikuti arah gerak Jun yang menuju lemari pendingin di ruangan itu. Ia juga melihat Jun mengambil 2 kaleng cola dari sana.
“Gue ga tau lo minum apa, cuma kalo di kulkasnya Seungcheol cuma ada cola kalo gak beer. Air putihnya lagi kosong kayaknya.”
“Gapapa kak, cola aja.”
Jun dan Jeonghan dilanda keheningan.
“Kak Jun, disuruh pak Seungcheol nemenin saya ya? Saya jadi ga enak ganggu kerjaan kakak.”
“Iya, biar lo ga bingung. Tapi kerjaan gue aman kok, tuh gue bawa kesini.” Ucap Jun sambil menunjuk ke arah laptopnya yang masih menyala.
“Lo kerja apa Han? Maksud gue, sebelum mengiyakan tawaran Seungcheol.”
“Saya tadinya kerja di restoran pak,cuma karena kebanyakan izin jadinya saya disuruh keluar.”
“Izin kenapa?”
“Ayah saya lagi dirawat, kak. Yang jaga juga gantian sama adik saya. Jadi mau gak mau harus banyak izin.”
“Sakit apa?”
“Jantung.”
“Oh, dirawat dimana?”
“Rumah sakit Citra Medika.”
“Oh pasiennya Soonyoung ya?”
“Oh, kak Jun tau dokter Soonyoung juga?”
“Gue, Seungcheol, Soonyoung, Mingyu—dokter kandungan di sana juga. Itu temenan dari jaman kuliah.”
“Oh pantes, kemarin saya sama pak Seungcheol ke dokter kandungan dan mereka saling kenal.”
“Jeonghan?”
“Iya kak?”
“Hati-hati—”
“—sama hati.”
Jeonghan terdiam mendengar ucapan Jun. Tapi beberapa detik kemudian Seungcheol datang.
“Ngomongin gue ya?”
Jun membereskan laptopnya dan beberapa berkas yang tadi ia kerjakan.
“Kerjaan gue banyak, gak ada waktu ngomongin lu. Jeonghan, gue duluan ya.”
Jeonghan mengangguk. “Makasih ya kak.”
“Kak?” Seungcheol menatap Jun remeh.
“Dia tau mana yang awet muda mana yang gak awet.” Sebelum Seungcheol melemparkan sesuatu, Jun sudah berlari duluan.
“Jangan didengerin omongan dia.” Ucap Seungcheol dan Jeonghan mengangguk.