Jeonghan menggeliat tidak nyaman, ia merasakan perutnya begah. Pastinya ini ulah suaminya yang 4 kali mengeluarkan cairannya di dalam miliknya.
Jeonghan menatap laki-laki yang sedang tertidur pulas di sebelahnya. Semalam untuk pertama kalinya ia disentuh secara intim oleh suaminya itu. Jeonghan tidak tau apakah dia sudah mencintai Seungcheol atau belum, yang ia tau ia nyaman ketika berada di samping Seungcheol. Dia ingin selalu melihat wajah Seungcheol. Dia ingin melakukan semuanya dengan suaminya itu.
“Nghh.” Seungcheol merenggangkan otot-otot tubuhnya. Kemudian menatap Jeonghan yang sudah lebih dulu bangun.
“Udah bangun daritadi?”
Jeonghan mengangguk. “Perut gue ga enak banget, begah gitu rasanya.”
Seungcheol melirik jam weker di atas laci. Jam 2 siang.
“Mau saya bikinin teh anget?”
“Gak usah, gue bikin sendiri aja.”
“Ga sakit emang?”
Jeonghan terdiam. Ia baru ingat, kalau ia dan Seungcheol baru melakukannya lagi tadi—morning sex—yang semalam saja masih nyeri, ini lagi ditambah.
“Lagian elo sih, nafsu banget.”
Seungcheol tertawa. “Siapa yang ga nafsu kalo kamu mondar-mandir gak pake celana?”
“Ya abis celana gue kan kena peju, terus mau ambil yang baru males.”
“Yaudah berarti bukan salah saya dong?”
“Nyebelin.”
Seungcheol tertawa lagi. “Kamu mau makan apa? Gak mungkin masak kan?”
“Apa aja deh mas, gak enak banget perut gue.”
“Yaudah saya pesenin yang anget-anget. Kamu mau mandi? Kalo mau saya angkat ke kamar mandi, sekalian saya mau bikinin kamu teh anget.”
Jeonghan mengangguk. Seungcheol langsung membopong tubuh Jeonghan dan membawanya ke kamar mandi. Sedangkan ia bergegas menuju dapur untuk membuat teh anget.
. . . . . . . . . . . .
“Jadi elo bolos?”
“Bisa dibilang gitu.”
“Harusnya elo jadi contoh yang baik dong buat para karyawan lo.”
“Siapa suruh tadi kamu—.” Ucapan Seungcheol terputus karena Jeonghan menutup mulutnya dengan tangannya.
“Yaudah iya gue minta maaf karena udah bikin lo jadi bolos kerja.” Seungcheol tertawa.
“Yaudah tidur lagi sana, capek kamu pasti.”
“Iyalah, gila kali. Semalem 3 ronde, terus tadi nambah sekali. Ga waras.”
“Harusnya kamu seneng dong.”
“Kenapa?”
“Artinya suami kamu masih perkasa. Masih kuat.”
“Idih najis, lo ternyata mesum juga ya mas.”
“Mesum sama suami sendiri. Atau boleh saya mesum sama yang lain?”
“Coba aja, kalo ga abis itu ilang itu punya lo gue tebas.”
Seungcheol tertawa lagi. “Iya, bercanda saya juga.”
“Gak boleh.”
“Apa?”
“Sama yang lain. Gue aja.”
Seungcheol tersenyum. “Iya, sama kamu aja.”
“Tapi mau gak?”
“Mau apa?”
“Mau liat gue pake kado yang dari mas Mingyu?”
Seungcheol tersenyum lagi. “Mau, Jeonghan.”