Jeonghan memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit—mungkin efek minum semalam.

“Oh udah di kamar.” Ketika ia melihat sekitarnya.

Lalu ia mencoba bangkit dari tidurnya. Ia mengernyitkan keningnya menahan sakit di bagian bawahnya. Kemudian ia meraba bagian bawahnya—basah. Ia terkejut melihat cairan putih kental yang mengalir dari dalam lubangnya. Itu cairan sperma.

Lalu dengan takut Jeonghan menoleh, untuk melihat siapa orang yang tidur disebelahnya. Jeonghan terkejut bukan main, setelah mengetahui siapa yang menghabiskan malam dengannya.

“Pak Seungcheol?”


Seungcheol bangun dengan kepala yang sangat pusing. Ia membuka matanya sempurna ketika melihat Jeonghan duduk di sofa kamar dengan hanya memakai bathrobe.

“Jeonghan?”

Jeonghan terkejut, tapi ia tetap berjalan mendekat ke Seungcheol.

“Pusing ya pak?”

Seungcheol mengangguk.

“Saya udah pesenin sup, biar pusingnya bapak cepet ilang.”

Seungcheol mengangguk lagi.

“Pak, kita harus ngobrol.”

“Ngobrol apa?”

“Tentang semalam.”

Seungcheol langsung buru-buru melihat keadaannya. Ia telanjang bulat. Kemudian ia menatap Jeonghan.

“Jeonghan ini—.”

Ucapan Seungcheol menggantung tapi Jeonghan sudah mengangguk. Melihat jawaban Jeonghan, Seungcheol mengacak-acak rambutnya. Ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi.

“Pak, maaf. Saya juga ga sadar semalem. Saya tanya Jisoo juga, katanya kita sama-sama saling sentuh.” Bahkan Jeonghan tidak bisa meneruskan lagi omongannya.

“Maaf juga sebelumnya, kita gak pake pengaman. Dan saya—.” Jeonghan menundukkan kepalanya.

“—saya bisa hamil pak.”

Seungcheol meremat rambutnya. Masalah baru kemudian ia memakai kembali celananya.

Seungcheol berjongkok di depan Jeonghan, ia menggenggam tangan Jeonghan.

“Jeonghan, saya tidak akan lari dari tanggung jawab. Kamu bisa pegang omongan saya. Saya akan bertanggung jawab.”