Jeonghan memarkirkan sepedanya, lalu ia masuk ke dalam warung kopi itu.
“Bang, mau kacang ijo nya seporsi dibungkus ya.” Ucap Jeonghan pada Abang warkop.
“Oke mas, duduk dulu.” Jeonghan mengangguk dan langsung duduk di bangku yang ada di sana.
“Eh ketemu lagi.” Jeonghan menoleh dan melihat Seungcheol di ambang pintu. Kemudian Seungcheol duduk di sebelah Jeonghan dengan salah satu temannya di sebelahnya.
“Beli apaan?” Tanya Seungcheol.
“Bubur kacang ijo, mas.”
“Enak disini, ketagihan dah.” Sikap sok akrab Seungcheol dicibir oleh Hansol. Kemudian Seungcheol dan Hansol memesan kopi, Hansol juga memesan indomie kuah favoritnya.
“Mas, ini buburnya.” Ucap Abang warkop
“Oh iya.” Jeonghan merogoh kantong celananya beberapa kali, tapi nihil ia tidak mendapatkan sepeser uang pun di kantongnya. Seungcheol, Hansol dan Abang warkop memperhatikan Jeonghan yang ketakutan karena tidak menemukan yang ia cari.
“Udah ntar barengin gue aja.” Ucap Seungcheol.
“Maaf ya mas ngerepotin lagi.” Ucap Jeonghan lirih.
“Santai aja, Han. Lo kesini naik apa? Mau gue anterin dulu?”
Jeonghan menggeleng cepat. “Aku naik sepeda, mas. Btw, aku bayarnya besok ya mas?”
“Kagak usah diganti, ikhlas gue.”
“Yah aku ga enak, ngerepotin mas terus tadi siang juga mas gak mau dibayar.” Ucap Jeonghan
“Namanya tetangga harus saling bantu, Han. Udah sana balik, keburu kemaleman.”
Jeonghan mengambil bubur kacang ijo pesanannya. “Kalo gitu aku duluan ya mas.” Jeonghan pergi ketika Seungcheol mengangguk.
Belum sempat keluar dari warkop itu, Seungcheol menghentikannya.
“Boleh deh di ganti.” Ucap Seungcheol
“Besok ya mas? Atau nanti mas pulang jam berapa? Nanti Han anterin ke rumah.”
“Bukan uang.”
Jeonghan mengernyitkan keningnya. “Terus?”
“Gantinya pake nomor hp lo aja.”