Jeonghan masuk ke dalam mobil Seungcheol.
“Berr?”
“Mau ngomong apa?” Todong Jeonghan. Ia tidak mau berlama-lama di sana.
“Berr, gue ada salah ya sama lo? Kok gue ngerasa akhir-akhir ini lo kayak ngejauh dari gue?”
“Engga kok, gue ga ngejauh dan lo ga ada salah.”
“Tapi gue pikir setelah malem itu, kita bakal—.” Ucapan Seungcheol terpotong oleh Jeonghan.
“—stop. Stop ngomongin kejadian malem itu. Anggep aja ga pernah ada kejadian apa-apa diantara kita.”
“Gak bisa, berr. Gue ga bisa kalo lupain gitu aja.”
Jeonghan hanya diam, kemudian ia sudah bersiap untuk keluar dari mobil Seungcheol. “Gue ga perduli, kita musti anggep waktu itu ga ada apa-apa. Gue masuk dulu, nanti gue kirimin nomor oney.”
“Jadi gara-gara ini?”
Gerakan tangan Jeonghan terhenti, ia menatap Seungcheol. “Maksudnya?”
“Gara-gara gue minta nomor oney lo ngejauh dari gue?”
Jeonghan terhenyak. “Gue ga ngerti maksud lo. Udah gue mau masuk—.”
“Gue emang minta nomor oney, tapi bukan buat gue.”
Jantung Jeonghan berdebar kencang. Jadi buat siapa?
“—Tapi buat Seokmin.” Lanjut Seungcheol. Jeonghan membatu setelah mendengar ucapan Seungcheol.
“Gue jujur berr, Seokmin yang minta. Oke, gue salah waktu itu. Harusnya gue ga bahas orang lain, tapi gue pikir lo ngerti. Gue ga mungkin nyium lo tapi minta nomor orang lain, jadi gue pikir setelah malem itu kita lanjut. Ternyata elo malah kepikiran, dan menjauh dari gue. Sorry, berr.”
Jeonghan hanya diam. Melihat Jeonghan hanya diam, Seungcheol menghela nafasnya. Mungkin emang Jeonghan tidak mau melanjutkan obrolan mereka.
“Yaudah berr, lo boleh pergi. Sorry ganggu malem-malem gini. Kalo misalkan lo gak mau gue lanjut, yaudah nanti gue ga bakal ngechat lo lagi.”
“Mundurin.”
“Hah? Apanya?”
“Kursi lo mundurin.”
Seungcheol yang tidak mengerti hanya mengikuti arahan Jeonghan. Ia menekan tombol di sebelahnya, setelah kursinya mundur Seungcheol kembali menatap Jeonghan. “Gini?”
Tiba-tiba saja Jeonghan melompat ke pangkuan Seungcheol setelah melihat space antara Seungcheol dan kemudi mobilnya. Seungcheol yang terkejut langsung reflek menaruh tangannya di pinggang Jeonghan.
Dengan cepat Jeonghan menangkup dagu Seungcheol dan mencium bibir Seungcheol. Dengan berantakan tapi cukup membuat Seungcheol menggila.
Seungcheol sendiri tidak mau kalah, ia meremas sedikit pinggang Jeonghan sambil bibirnya mengulum bibir Jeonghan. Lidahnya ia sisipkan ke dalam mulut Jeonghan, ia juga menggelitik langit-langit mulut Jeonghan sampai sang empu melenguh. Jeonghan meremas rambut Seungcheol untuk melampiaskan kenikmatannya karena ia tidak bisa berteriak.
Hampir 30 menit keduanya masih di posisi seperti itu. Sampai akhirnya Jeonghan yang butuh banyak oksigen. Seungcheol menjauhkan bibir keduanya. Ia menatap Jeonghan yang sedang menatapnya dengan nafas terengah-engah. Seungcheol merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik Jeonghan.
“Lucu banget kalo cemburu.” Jeonghan yang mendengar itu langsung memeluk Seungcheol, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungcheol. Seungcheol tertawa sambil memeluk serta mengelus-elus punggung Jeonghan.
Lalu keduanya sama-sama terdiam, sambil menikmati hangat pelukan keduanya.
“Sorry, cherr.”
“Gapapa, salah gue juga. Sorry ya bikin salah paham.”
Jeonghan mengangguk. Lalu kembali diam. Sampai beberapa menit dengan posisi seperti itu cukup membuat Seungcheol pegal di pahanya.
“Berr, kram nih.”
Jeonghan langsung buru-buru melepaskan pelukannya dan secepat kilat melompat kembali ke kursinya. Seungcheol meringis ketika kedua kakinya kesemutan.
“Udah?” Tanya Jeonghan ketika ia melihat Seungcheol sudah tidak meringis.
Seungcheol mengangguk. Kemudian ia kembali fokus ke Jeonghan, ia mengambil tangan Jeonghan untuk ia genggam. “Udah makan belum?” Seungcheol menyisipkan rambut Jeonghan ke telinga.
“Gak nafsu.”
“Makan dong, makan sama gue yuk?”
“Makan di rumah aja yuk? Mau masuk gak?”
“Ada siapa?”
“Mama.”
“Gapapa emang?”
“Ya gapapa.”
Baru akan menjawab, tiba-tiba saja ponsel Seungcheol berbunyi, ada sebuah pesan masuk.
“Yah, ga bisa sekarang deh kayaknya. Tiba-tiba eyang aku dateng, next time?”
Jeonghan mengangguk. “Yaudah pulang.”
“Cium dulu.” Ucap Seungcheol dan Jeonghan langsung menyodorkan bibirnya untuk dicium oleh Seungcheol. Seungcheol mengecupnya beberapa kali.
Setelahnya Jeonghan keluar dari mobil Seungcheol. Ia mengetuk kaca mobil Seungcheol. “Kabarin kalo udah sampe rumah.” Kemudian ia mengecup pipi Seungcheol.
“Iya, jangan lupa makan ya. Awas kalo ga makan.”
“Siap bos.” Seungcheol tertawa sambil mengacak-acak rambut Jeonghan. Kemudian ia pergi dari rumah Jeonghan. Setelahnya Jeonghan masuk ke dalam rumahnya.
Sebelumnya ada sebuah mobil yang berhenti tidak jauh dari mereka, melihat ke arah Jeonghan yang memasukkan kepalanya ke dalam mobil untuk mengecup pipi Seungcheol. Sampai Seungcheol pergi dan Jeonghan masuk, mobil itu baru masuk ke dalam pekarangan rumah Jeonghan. Sang empu keluar dari mobilnya, menatap mobil yang tadi dengan Jeonghan menjauh.
“Kayak kenal mobilnya.”