Jeonghan dan Seungcheol sudah sampai di salah satu hotel bintang 5—pilihan Jeonghan.
“Mau mandi dulu pak?”
Seungcheol merebahkan tubuhnya di atas ranjang. “Kamu dulu saja.” Lalu ia mengecek ponselnya. Jeonghan tidak perduli, ia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah beberapa menit, Jeonghan keluar dengan bathrobe yang disediakan hotel. Memperlihatkan leher jenjangnya yang membuat siapapun yang melihatnya akan tergoda.
“Pak, mandi dulu.” Jeonghan menepuk halus punggung Seungcheol. Mau tidak mau Seungcheol terbangun dari tidur sejenak nya.
Seungcheol mengucek kedua matanya, melihat orang di depannya yang hanya memakai bathrobe—ia yakin Jeonghan tidak memakai apapun di dalamnya. Seungcheol menelan ludahnya ketika pandangannya tertuju pada leher mulus Jeonghan.
Ia ingin meninggalkan tanda kemerahan di sana
“Pak?”
Lamunan kotor Seungcheol buyar ketika Jeonghan menyentuh pundak Seungcheol.
“Oh iya, saya mandi dulu.” Seungcheol langsung berlari menuju kamar mandi.
Jeonghan tertawa. “Berasa mau malem pertama dah, kaku banget.”
. . . . . . . . . . . .
Saat ini keduanya sedang menikmati makanan yang mereka pesan dari room servis. Keduanya makan dengan suasana hening. Karena jujur saja Seungcheol tidak suka ada ditempat ini dengan Jeonghan.
“Mau nambah dessert pak?”
Seungcheol menggeleng. “Sudah cukup.”
Lalu Jeonghan membereskan semua piring bekas makan mereka. Sedangkan Seungcheol hanya duduk diam sambil memperhatikan Jeonghan yang sedang kesana-kemari.
Jeonghan yang merapihkan pakaiannya agar tidak lecek
Jeonghan yang merapihkan sprei agar ia nyaman.
“Mau sekarang pak?”
. . . . . . . . . .
Seungcheol tidak tau kalau ternyata Jeonghan pintar dalam mengulum. Buktinya saat ini kejantanannya dimakan habis oleh mulut kecilnya itu. Seungcheol mengelus-elus rambut Jeonghan sambil sesekali menekan kepala Jeonghan—sampai terbatuk-batuk—agar memakan habis kejantanannya.
Seungcheol mengerang panjang ketika ia mengeluarkan cairannya di dalam mulut Jeonghan. Kemudian keduanya saling bertatapan—setelah Jeonghan melepaskan kulumannya—Seungcheol mengelap bekas cairannya di bibir Jeonghan. Lalu mengecup bibir itu.
Awalnya hanya mengecup, lalu menjadi ciuman yang menuntut. Jeonghan membuka bibirnya sedikit—membiarkan lidah panas Seungcheol membelai langit-langit mulutnya—melenguh ketika Seungcheol menghisap lidahnya.
Seungcheol merasa kalau ia harus bertindak lebih. Maka, ia putar posisi mereka. Saat ini Jeonghan sudah telentang, bibirnya bengkak akibat pergumulan bibir keduanya. Sedangkan Seungcheol, ia sudah melabuhkan bibirnya ke seluruh tubuh Jeonghan. Ia bahkan sudah memenuhi keinginannya untuk membuat tanda kemerahan di leher Jeonghan.
Jeonghan berjengkit ketika Seungcheol memainkan lidahnya di sekitar putingnya—membuat gerakan memutar. Jeonghan mendongak sambil membusungkan dadanya.
Mmhhm...
Lenguhan Jeonghan membuat Seungcheol semakin bersemangat. Jujur, tubuh Jeonghan benar-benar menggiyurkan. Ia sendiri tidak bisa menghentikan bibirnya yang ingin terus-terusan menjajaki tubuh itu.
Lalu tangan Seungcheol mengarah kebagian bawah Jeonghan. Membelai lembut di sana. Setelah puas dengan dada Jeonghan, Seungcheol menurunkan lidahnya—membuat jejak liur di tubuh Jeonghan.
Dengan sekali gerakan, ia sudah mengulum kejantanan Jeonghan—membuat sang empu melenguh panjang—lalu ia mengemut twins ball Jeonghan dan berakhir di lubang Jeonghan yang sudah berkedut.
“ahhh! Ah! Ah! Haa....”
Cairan Jeonghan keluar dengan mengenai ujung rambut Seungcheol.
“Pak, maaf.” Jeonghan mencoba mengelap cairannya yang mengenai ujung rambut Seungcheol.
Seungcheol tertawa. “Gapapa gapapa, nanti saya keramas.” Sambil ikut mengelap rambutnya.
Lalu Seungcheol kembali menjilati lubang Jeonghan—agar ia bisa masuk tanpa pelumas—karena jujur saja mereka tidak membawa persiapan apapun. Jeonghan kembali melenguh panjang ketika Seungcheol menjilatnya dan mengocok kejantanannya.
“Mmhhm... ahhh....” Jeonghan menggeleng ribut—ia sudah tidak kuat menahan perlakuan Seungcheol.
Seungcheol mengarahkan kejantanannya ke lubang Jeonghan yang sudah ia basahi, mendorong sedikit agar bisa masuk. Kemudian matanya beralih ke Jeonghan yang kesakitan.
“Kalo sakit gigit lengan saya aja, Jeonghan.” Jeonghan menuruti tapi saat itu juga Seungcheol merasakan sakit di lengannya. Impas.
Jeonghan berteriak ketika kejantanan Seungcheol masuk sepenuhnya ke lubangnya. Seungcheol mendiamkan terlebih dahulu, agar Jeonghan bisa beradaptasi dengan miliknya lalu beberapa menit kemudian Jeonghan mengangguk menandakan ia memperbolehkan Seungcheol bergerak.
“Mmhhm... ahhh! Ah! Ah! Ah! Ah! Ah!” Desahan keduanya saling bersahutan di dalam ruangan kamar itu.
“Jeonghan, kamu enak banget—nghhh.” Kalimat yang tidak Seungcheol percaya akan keluar dari mulutnya. Tapi ini benar, lubang Jeonghan benar-benar menyeret masuk miliknya.
“Disitu, pak.” Seungcheol berhasil mengenai sweet spot Jeonghan, membuat Jeonghan makin mendesah.
“ahhh! Ah! Ah! Ah! Ah!”
Hampir satu jam mereka saling mengejar pelepasan—dengan Jeonghan yang sudah 3x keluar—sedangkan Seungcheol baru sekali.
“Nghhhhh—pak Seungcheol—Ah! Ah! Ah!“
“Bareng ya, Jeonghan.”
Jeonghan mengangguk. Lalu menit berikutnya keduanya sama-sama mendapatkan pelepasan mereka.
Seungcheol ambruk di atas dada Jeonghan. Dengan nafas tersengal ia kecup beberapa kali dada itu. Sedangkan Jeonghan ia juga masih sibuk meraup udara yang banyak sambil mengelus-elus kepala Seungcheol yang berada di dadanya.
. . . . . . . . . . . .
Keduanya memutuskan menginap di sana, karena sudah pukul 2 dini hari—karena keduanya menambah ronde mereka. Jeonghan masih meletakkan kepalanya di dada Seungcheol. Ia bisa mendengar suara degup jantung Seungcheol.
“Kamu besok gimana kerjanya?” Yup, besok masih weekday dimana keduanya masih harus bekerja.
“Saya kayaknya pulang dulu pak, gak bawa baju.” Jawab Jeonghan sambil memainkan jarinya di dada Seungcheol.
“Besok saya antar.”
Jeonghan mendongak menatap Seungcheol lalu menggeleng. “Saya sendiri aja, bapak langsung ke kantor.”
“Saya ga terima penolakan. Sekarang tidur.” Seungcheol mendorong kepala Jeonghan agar tidur di atas lengannya, posisi keduanya saat ini saling berhadapan—dengan wajah Jeonghan tepat di depan dada telanjang Seungcheol—dengan perasaan senang Jeonghan menaruh tangannya di atas pinggang Seungcheol, ia juga merapatkan tubuhnya ke tubuh Seungcheol lalu memejamkan matanya.
“Good night, pak Seungcheol.”
“Good night too, Jeonghan.”