Jeonghan benar-benar menepati janjinya. Setelah sesi terakhir mereka berakhir, Jeonghan benar-benar menjauh dari Seungcheol bahkan tidak pernah lagi menelpon atau sekedar chat seperti biasa. Dan itu cukup membuat hati Seungcheol sepi. Tidak tau kenapa, setelah sesinya selesai Seungcheol seakan tidak mau melepaskan Jeonghan. Tapi, dia buru-buru sadar kalau selama ini yang dia mau adalah Donita.
Saat ini Jun sedang menunggu Jeonghan sambil memainkan ponselnya.
“Jun, kok disini?” Jun menoleh, dan mendapati Donita dan Seungcheol di sana, lalu Jun menyapa Seungcheol.
“Nungguin Jeonghan, nit.” Jawab Jun.
“Memangnya Jeonghan kemana?” Bukan, itu bukan suara Donita tapi Seungcheol. Donita dan Jun menatapnya bingung, sejak kapan si bapak peduli?
“Maksud saya, kenapa ditungguin?”
“Oh itu pak, Jeonghan lagi ke toilet.” Baru saja Jun menjawab, Jeonghan sudah muncul tapi ia belum melihat Seungcheol dan Donita di sana—karena ia sibuk merapihkan bajunya.
“Jun, ayo—.” Jeonghan menatap Seungcheol dan Donita, lalu ia menyapa Seungcheol.
“Han, lo balik bareng siapa? Sama gue yuk, kebetulan gue di anter pak Seungcheol. Lo juga udah lama ga balik ke rumah kan, ga kangen sama nyokap bokap emangnya?” Tanya Donita
“Gue baru aja pulang kemaren, nit. Sekarang musti balik ke apartemen soalnya ga ada yang beresin.” Jawab Jeonghan
“Lo balik kok lo gak main ke rumah gue?”
“Gue ke rumah lo kok, nyokap lo bilang lo belom balik kemaren. Gue lumayan lama juga soalnya di rumah lo.”
“Oh kalo kemaren iya gue dinner sama pak Seungcheol.” Jawaban Donita membuat hati Jeonghan mencelos. Jun yang melihat suasana menjadi tidak enak, langsung memotong pembicaraan mereka.
“Tapi maaf banget nih pak Seungcheol, Donita, gue sama Jeonghan duluan ya? Soalnya pacar gue udah nungguin.” Ucap Jun.
“Lo nyamukin Jun terus sih, Han. Cari pacar dong.” Ucap Donita tertawa. Tapi hanya Donita yang tertawa sedangkan yang lain tidak sama sekali. Seungcheol bahkan tidak sengaja mengepalkan tangannya dibawah ketika mendengar ucapan itu. Tapi, kenapa dia harus marah?
“Yaudah kita duluan, pak duluan.” Seungcheol mengangguk. Memperhatikan punggung Jeonghan sampai menghilang dari pandangannya.
“Pak, yuk?”
Sebelum melangkah, Seungcheol menahan tangan Donita.
“Kenapa pak?”
“Saya ga suka kamu ga sopan kayak gitu. Mentang-mentang Jeonghan temen kamu, kamu ga bisa seenaknya bilang kayak gitu. Memangnya salah kalo belum punya pacar dan jadi nyamuk?” Donita menatap Seungcheol. Ini kali pertamanya ia melihat Seungcheol marah. Seungcheol marah.
“Pak, bapak marahin saya cuma karena itu?”
“Jangan dibiasakan menganggap remeh kehidupan seseorang.” Seungcheol langsung pergi, meninggalkan Donita yang mematung.
. . . . . . . . . . .
“Kurang aja banget tuh sih Nita. Dia pikir gampang apa cari pacar.” Jun sendiri kesal dengan ucapan Donita. Sedangkan Jeonghan hanya diam, pikirannya melayang jauh memikirkan ekspresi Seungcheol ketika Donita mengatakan hal itu.
Seungcheol marah, Jeonghan melihatnya.
“Han, lo jangan mau dong kalo digituin. Jangan gapapa-gapapa aja, ngamuk sesekali.”
“Tau ah Jun, capek gue. Donita emang dari dulu begitu, gue udah paham sifatnya.”
“Cuma kan kalo lo ga ngomong dia bakal terus begitu, Han.” Ucap Wonwoo
“Tapi gimana ya dia ngomong kenyataan.”
“Ah, lu rebut aja pak Seungcheol dari dia Han. Lu ajak ngewe—aww nu.” Jun meringis ketika Wonwoo mencubit pipinya.
“Jangan kasih saran aneh-aneh deh.”
“Tapi udah kok.” Jun dan Wonwoo menoleh.
“Gue udah ajakin pak Seungcheol ngewe.”.
“Anjing. Terus gimana dia mau?” Tanya Jun
Jeonghan mengangguk. “3x gue ngewe sama dia.”
“Anjing bener-bener anjing Yoon Jeonghan. Terus gimana?” Jun makin penasaran.
“Awalnya gue ga sengaja tau rahasia dia, cuma gue ga bisa bilang karena gue udah janji sama dia untuk ga cerita ke siapa-siapa. Gue bikin dia mau ngewe sama gue, 3x setelahnya gue ga bakal ganggu dia lagi. Gue pikir setelah ngewe 3x, perasaan dia ke gue berubah taunya engga, jadi ya akhirnya gue putuskan untuk udahan ngejar dia. Sekaligus nepatin janji, untuk gak ganggu dia lagi. Dia juga bilang mau ngelamar Donita abis kelar sama gue.”
“Han, kok sedih banget.” Jun sudah akan menangis kalau tidak Jeonghan pukul kepalanya.
“Tapi selama lo sama dia, lo pake pengaman kan Han?” Tanya Wonwoo. Tapi Jeonghan hanya diam. Dia baru sadar, selama ini mereka tidak pernah memakai pengaman selama bersetubuh.
“Han?” Panggil Wonwoo.
“Won, Jun.” Panggil Jeonghan lirih.
“Apa? Lo pake kan? Iya kan?” Jun menatapnya garang.
Jeonghan menggeleng. “Gue lupa, ini juga baru sadar pas ditanya.”
Jun tertawa sarkas. “Selamat Jeonghan, lo dapet oleh-oleh dari pak Seungcheol.”