Jeongcheol
Sore harinya Seungcheol sudah berada di kamar rawat Jeonghan.
“Juno rewel ga yang?” Tanya Seungcheol sambil menaruh semua barang yang tadi ia bawa—termasuk pie yang tadi ia tawarkan ke Jeonghan.
“Anteng banget mas, tadi di gendong Jisoo langsung tidur terus belum bangun nih.”
“Han, tapi nanti lu bangunin ya. Belum minum susu soalnya.” Ucap Jisoo. Jeonghan mengangguk.
“Dokter Mingyu belum kelar, Soo?”
“Mingyu bentar lagi kelar sih. Ini gue langsung ke ruangannya aja deh.”
“Thanks ya Soo.”
“Sama-sama Cheol. Han, gue pergi dulu. Kabarin kalo butuh apa-apa. Bayi, om Chu pulang dulu ya besok ketemu lagi.”
“Hati-hati Soo.”
Setelah Jisoo pergi, Seungcheol mendekati Jeonghan lalu mengecup kening Jeonghan. Jeonghan mengelus-elus pipi Seungcheol.
“Capek ya mas?”
“Lumayan yang, ternyata ribet juga ngurus semuanya.”
“Kenapa ga nunggu Han pulih aja mas? Biar Han bantuin.”
“Kan tadi mas udah bilang, Han kerjanya cuma tungguin Juno bangun aja, kalo yang begini kerjaan mas. Han gak boleh capek, ya?”
Jeonghan tersenyum, ia menangkup pipi Seungcheol. “Beruntung banget aku punya kamu mas.”
“Mas yang harusnya bilang begitu, mas yang beruntung dapet Han.”
Seungcheol memajukan kepalanya, kemudian ia mencium bibir Jeonghan dengan lembut. Jeonghan memejamkan matanya menikmati setiap gigitan kecil yang Seungcheol lakukan pada bibirnya. Ketika lidah Seungcheol sudah mulai membelai langit-langit mulutnya, ia merasakan sensasi yang lebih nikmat. Jeonghan melenguh kecil, meremas rambut belakang sang dominan.
Beberapa menit kemudian Seungcheol memutus ciuman itu, ia menatap Jeonghan yang terengah-engah dengan wajah merah padam.
“Mas.” Jeonghan merengek meminta agar Seungcheol melakukannya lebih lama.
“Udah ah, nanti mas gak bisa nahan. Han belum boleh ngelayanin mas.”
“Tapi Han juga pengen. Mas udah lama ga nyentuh Han. Mas udah ga mau ya nyentuh Han, karena perut Han jelek?”
“Hey, kok ngomongnya gitu? Mas gak pernah berpikiran begitu Han, mas bukan gak mau nyentuh Han cuma belum waktunya, sayang. Han juga belum boleh banyak gerak kan? Jaitannya Han belum kering ini, nanti kalo kenapa-kenapa gimana?” Jeonghan masih belum mau menjawab, ia masih merajuk.
“Han, ini di rumah sakit nanti kalo ada yang liat gimana?”
“Kan bisa di kunci.”
“Oke bisa di kunci, tapi emang Han mau ngelakuin di depan Juno? Ya mas tau ini gak masuk tapi kan tetep aja.”
Jeonghan menengok ke arah Juno yang masih tertidur pulas. Ia juga gak tega kalo biarin Juno denger hal-hal 'kotor' dari kedua ayahnya.
“Gimana, jadi gak?”
Jeonghan menggeleng. “Kasian Juno.”
Seungcheol tertawa kemudian ia kembali mencium bibir Jeonghan yang membengkak.
“Mas mandi dulu ya?”
Jeonghan mengangguk. “Jangan lama-lama. Takutnya nanti Juno keburu bangun.”
“Iya papa.”
. . . . . . . . . .
Seungcheol dan Jeonghan sedang menikmati makan malam mereka.
“Kamu gapapa ga kerja-kerja mas?”
“Mas kerja kok, tapi gak ke kantor. Juna bantu handle kerjaan di kantor.”
“Wah kayaknya nanti mas harus tambahin gaji kak Juna deh.”
Seungcheol mengangguk. “Gak usah kayaknya yang, emang udah ditodong aku.”
Jeonghan tertawa, menepuk-nepuk pucuk kepala Seungcheol. “Sabar ya.”
Saat sedang berbincang, Juno menangis. Juno sebenarnya sudah bangun tadi, minum susu dan langsung tidur lagi. Tapi ini belum sampai 2 jam sudah bangun lagi. Benar-benar mau melek karena ada ayah, ya? Pikir Jeonghan.
“Uuuhhh anak ayah udah bangun lagi, kenapa sayang?”
Seungcheol mengangkat anaknya itu. Lalu ia menatap Jeonghan.
“Ngompol yang.”
Jeonghan tersenyum, lalu ia meminta Juno pada Seungcheol. Seungcheol memberikannya, lalu ia mengambil perlengkapan bayinya.
Setelah selesai membersihkan Juno, Seungcheol menimang-nimang kembali Juno agar tertidur lagi. Beberapa kali ia menguap, tapi tetap harus sadar karena ada Juno di gendongannya. Dan setelah Juno tertidur, ia kembali menaruh anaknya itu di tempat tidur bayi. Jeonghan hanya melihat itu, karena ia sendiri belum bisa bergerak leluasa. Tapi kalo dipikir-pikir iya juga ya, ia belum boleh gerak banyak tapi sudah mau sok-sokan ngelayanin mas-nya itu, wong gerak sedikit aja rasanya kayak badannya dan kakinya misah.
“Han, kok ngelamun?”
“Engga kok mas, cuma lagi liatin kamu sama Juno.”
“Udah cocok ya aku jadi ayah?”
“Loh kan udah?”
“Udah apa?”
“Udah jadi ayah.”
Seungcheol menepuk keningnya. “iya juga ya.”
“Kamu mending tidur deh mas, capek kayaknya.”
Seungcheol tertawa, ia kemudian mendekati Jeonghan lagi. Duduk dipinggiran ranjang Jeonghan.
“Mas mau tidur disini sama Han?”
Seungcheol menggeleng. “Nanti kena perut Han. Mas cuma mau bilang.”
“Bilang apa?”
“Han?”
“Ya mas?”
“Nikah yuk?”